Baik atau Buruk

202 10 0
                                    

Chindy mengerutkan keningnya sambil terus mengigit ringan kukunya, " Kenapa alur ceritanya berbeda? " Pikir Chindy. Seingatnya dalam cerita yang ditulis oleh ibu, tidak ada karakter Thierry. Atau mungkin itu ada karena ini cerita yang berbeda. Tapi tidak mungkin, semua karakter yang ditemui oleh Chindy, punya nama yang sama.

" Jangan menggigit kuku, Chindy. " Sofia yang duduk di depan, menarik tangan Chindy menjauh dari bibir adiknya itu.

" Apa kakak kenal Thierry? "

Sofia mengangguk, " Dia Duke dari Utara, kenapa? "

" Bagaimana sifatnya menurut kakak? "

Sofia sedikit berpikir, " Sifatnya sangat dingin. Terakhir kakak bertemu dengannya saat delegasi wilayah, Grand Duke memperkenalkan putranya yang sudah dinobatkan sebagai Duke
Northerm Vestia. Dia bahkan tidak menatap para putri dan Duchess yang lain. Sepertinya dia bahkan tidak tertarik dengan wanita. Itu rumor yang saat itu beredar, walaupun dia tampan tapi dia tidak tertarik dengan wanita. "

" Sudah pasti dia kesurupan tadi. " Gumam Chindy pasti.

" Siapa yang kesurupan? "

Chindy mengedikkan bahunya, " Pria gila dari Utara."

🤍

Hari sudah hampir menggelap saat dua bersaudara Scriptorez sampai di kerajaan. Di perjalanan, ban kereta mereka bocor karena anak panah yang berserakan di jalan. Mereka memang mengambil jalan pintas dalam perjalanan pulang tadi, bukannya kembali lebih awal mereka malah kembali jauh lebih lambat.

" Putri-putri ayah. Kalian tahu bagaimana cemasnya ayah karena kalian terlalu lama kembali. " Carlos memeluk erat kedua putrinya.

" Kenapa kalian sampai memilih jalan itu untuk kembali? " Griena bertanya sambil menatap lekat kedua putrinya.

" Aku salah mengira jalan, ibu. Aku pikir itu jalan pintas yang kita lewati saat ke Srene dulu. " Jelas Sofia menundukkan kepalanya bersalah.

" Jangan merasa bersalah kak, ayah dan ibu juga, berhentilah khawatir bukankah yang penting kedua putri kalian kembali dengan selamat. " Chindy berusaha menghibur kakaknya walaupun di pikirannya bertambah satu lagi alasan kenapa ia harus berhati-hati dengan Sofia. Yang pertama masalah Sofia berusaha mengambil perhatian pangeran Late, lalu yang kedua masalah jalan yang salah tadi, rasanya tidak mungkin seorang calon putri mahkota yang sering berpergian tidak mengenal jalan. Apalagi Sofia termasuk putri paling cerdas. Ditambah lagi, jalan itu dipenuhi oleh anak panah yang berserakan di jalan.

" Itu sangat berbahaya, Sofia. Disana dikenal penuh dengan bandit. Biasanya kau tidak pernah mengambil keputusan yang salah seperti ini Sofia. " Griena menatap Sofia sedikit marah.

" Sudahlah, istriku. Jangan marah lagi. Sofia juga manusia. Jangan menyalahkan putri kita lagi. " Carlos berusaha meredakan amarah istrinya.

" Kenapa ibu selalu menuntutku sempurna? Walaupun aku cerdas bukan berarti aku selalu benar. Baiklah, aku jujur. Aku sengaja mengambil jalan itu karena saat menyelinap waktu berpergian ke Vrieta, aku menemukan bukit dengan sungai yang indah disana. Aku ingin menunjukkannya pada Chindy. Tapi, ibu malah berpikir buruk tentang diriku. " Sofia menahan air matanya. " Aku bahkan menahan keinginanku sendiri agar adikku bahagia tapi ibu malah menuduhku ingin mencelakai adikku sendiri. " Sofia berlari masuk ke kamarnya tanpa mendengarkan Chindy yang memanggil dan mengikutinya hingga ke pintu kamar.

" Kenapa kau sangat marah, Griena? " Carlos mengajak istrinya duduk di kamar mereka.

" Aku hanya khawatir, jika saja kita tidak mengirim pengawal tambahan tadi, kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kedua putri kita. " Griena memijat keningnya.

" Aku tahu bukan hal itu yang membuatmu khawatir, tapi bukankah putri sulung kita sudah sembuh? Lihat saja, ia mampu merangkul semua tugas dan tanggung jawab sebagai calon putri mahkota. "

" Putri kita belum benar-benar sembuh, Carlos. Aku melihatnya dua hari yang lalu membunuh anak kucing kesayangan Chindy dengan kejam. Sofia memukulnya berkali-kali hingga tidak terlihat lagi bagaimana bentuk anak kucing itu. Lalu, menguburnya di taman paling belakang. Sofia bahkan memakai sarung tangan plastik dan gaunnya juga dilapisi plastik karena tidak ingin terlihat darah hewan mungil itu berserakan di tubuhnya. " Jelas Griena khawatir.

" Kenapa bisa? Aku kira putri sulung kita sudah sembuh karena ia sangat manis. " Carlos memukul pelan meja di depannya. " Besok akan kupanggil kembali dokter Jason untuk memeriksa kembali keadaannya. "

🤍

Chindy masih menunggu di depan kamar kakaknya, ia merasa bersalah sudah berpikiran buruk tentang Sofia. " Bagaimana bisa otakku bisa berpikiran buruk tentang Sofia. Dasar otak tak berguna. " Gerutu Chindy.

" Kakak, boleh aku masuk? " Pinta Chindy lagi. Kali ini, pintu itu dibuka oleh kakaknya.

" Kenapa Chindy? " Tanya Sofia lembut. Membuat Chindy tidak dapat menahan air matanya. " Kenapa menangis, ayo masuk dulu. " Sofia merangkul pundak Chindy mengajaknya duduk di kursi.

" Kakak.. " Suara Chindy sedikit tersekat karena menangis. " Maafkan aku karena berpikiran buruk pada kakak. Dan juga karena ingin memperlihatkan hal yang indah padaku, kakak jadi bertengkar dengan ibu. " Kata Chindy dengan air mata masih terus berlinang.

Sofia memeluk adiknya lembur, " Tidak apa-apa, Chindy. Kakak tidak menyalahkanmu. Kakak juga salah tidak memikirkan resiko yang ada. Kakak malah membuatmu hampir berada dalam bahaya. " Sofia menghapus air mata Chindy. " Jangan merasa bersalah lagi ya, kakak hanya sedikit mengatakan hal yang menyakitkan pada ibu. Bukan berarti kakak akan bertengkar selalu dengan ibu. "

Chindy kagum bagaimana bisa ada seseorang yang berhati luas seperti ini. Di dunia ini baru kali ini, Chindy menemukan seseorang yang sangat baik dan itu adalah kakaknya. Ya, walaupun itu kakaknya saat menjadi Chindy bukan Erine, setidaknya Chindy bersyukur ada orang yang menyayanginya begitu tulus disini.

" Aku tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan rasa syukur karena memiliki kakak sebagai kakakku."

" Jika kamu ingin berterimakasih pada kakak, hanya satu yang kakak mau, Chindy. Tapi mungkin ini sedikit sulit. " Sofia menekukkan kedua jarinya.

" Walaupun itu banyak hal, aku akan berusaha untuk memenuhinya, kak. " Chindy mulai bersemangat dan menghapus air matanya. " Jadi, apa yang kakak inginkan? "

" Kakak ingin masuk sekolah seperti dirimu. " Sofia menyelipkan anak rambutnya ke telinga, sedikit malu mengungkapkan keinginannya.

" Bersekolah? Bukankah itu hal biasa yang bisa kakak minta pada orang tua kita. Ya, walaupun itu artinya waktu belajar kakak akan bertambah. " Chindy tidak mengerti dengan permintaan gampang dari Sofia, awalnya Chindy mengira hal yang akan diminta oleh kakaknya akan sangat sulit contohnya seperti mengatur pertemuan antara dirinya dengan pangeran Alfrezt.

" Itu memang mudah tapi sulit bagi kakak untuk mengatakannya, apalagi beban menjadi putri mahkota sangat berat. "

Chindy mengangguk paham, " Baiklah, aku akan membujuk ayah dan ibu agar kakak bisa masuk ke universitas yang sama denganku. " Chindy mengacungkan jempol pada Sofia yang tampak tersenyum kecil pada Chindy namun menyeringai sinis ketika adiknya itu memalingkan wajahnya.

My Loveling Devil'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang