Ambang Kehancuran

33 1 0
                                    

" Aku harus segera kembali ke Maneeka. " Lirih Chindy pelan tapi raut panik di wajahnya tidak kunjung hilang. " Sialan..dimana buku itu? " Chindy mengacak seisi kamar tapi ia tidak bisa menemukan buku yang diambilnya di gudang waktu itu.

" Apa yang kamu cari? " Tanya Thierry yang masuk kedalam kamar Chindy.

" Aku mencari sebuah buku tapi sebelum itu bagaimana kau bisa masuk kesini? Seharusnya kamu tidak boleh masuk kekamar wanita yang belum menikah. " Chindy menaikkan alisnya menatap Thierry.

Thierry tersenyum, " Caranya mudah, aku mengatakan pada Yang Mulia Ratu bahwa aku mencintaimu dan ingin menikah denganmu. "

" APAAA!! Kamu sudah bilang semuanya? Lalu bagaimana tanggapan ibu? Rasanya hubungan kita akan sangat sulit mendapat restu. " Chindy menghela nafas pelan perlahan ia duduk di kasur.

Thierry berlutut dihadapan Chindy meraih tangan gadisnya, " Pokoknya apapun rintangannya aku akan berusaha untuk mendapatkan restu Yang Mulia tapi itu akan kita lakukan setelah semua ini selesai. "

Chindy mengalihkan tatapannya dari tanah menatap Thierry, " Bisakah kita sampai disana dalam waktu cepat? Aku takut hal yang buruk akan terjadi pada kakak. "

Thierry mengangguk, " Aku tahu sebuah jalan pintas menuju Maneeka. Ibuku sudah lebih dulu berjalan ke Maneeka. Sebaiknya kita juga cepat. "

Chindy mengerutkan keningnya, " Ibumu, Duchess Lilyana? Apa itu tidak apa-apa? "

" Tenang saja, ibuku jauh lebih kuat dari bayanganmu. Apalagi ini berkaitan dengan ilmu hitam. Aku tidak tahu pasti hanya saja sepertinya ibu tahu tentang ini semua. " Thierry menyerahkan sebuah buku kepada Chindy. " Sepertinya barang ini yang kamu cari. "

Chindy langsung memeluk erat buku itu, " Aku kira buku ini hilang. Syukurlah. "

" Tadi aku merebutnya dari Zier, ada yang aneh dari pria itu. Tapi aku tidak yakin karena dia pengawal kepercayaan kerajaan. " Ujar Thierry mengurut dagunya.

Chindy menepuk keningnya, " Aku hampir lupa tentang Zier, pria itu pelakunya. Aku tidak bisa menjelaskan detailnya saat ini. Hanya saja dialah dalang dari semua kekacauan ini. Aku yakin itu. " Chindy kembali fokus pada bukunya, " Disini dijelaskan bahwa ilmu hitam tercipta sendiri karena hasrat jahat manusia?!! Apa itu mungkin? "

Thierry mengangguk, " Itu semua mungkin. Karena diantara semua makhluk hidup manusialah yang paling tidak bisa ditebak, mereka selalu berubah seiring berjalannya waktu. "

Chindy terdiam, benar juga teori Thierry. Tidak ada satu orangpun yang berhak menilai kebaikan dan kejahatan seseorang. " Baiklah, ayo kita berangkat sekarang. " Ujar Thierry menepuk pelan pundak Chindy ketika mendengar suara terompet yang berbunyi nyaring menandakan hari sudah fajar.

" Kami mendoakan kalian selamat. " Bibi Fruitia berlirih pelan.

" Kami pasti akan memberi kabar yang baik nanti, bibi. " Chindy memeluk bibi Fruitia yang mulai berlinang air mata. Sifatnya hampir mirip dengan ayahnya yang juga penangis.

" Ayah akan lewat jalur biasabersama dengan ibumu agar perhatian lawan tidak mengarah pada kalian. " Carlos membelai rambut Chindy pelan, " Jadi tetaplah jaga keselamatanmu putriku. "

Chindy memutar matanya berusaha menahan air mata yang akan jatuh, " Ayah tidak perlu mengkhawatirkanku justru aku sangat khawatir pada ayah yang akan melindungiku. " Chindy memeluk tubuh Carlos erat.

Sebelum air mata Carlos semakin berderai, Griena menarik pelan tubuh suaminya, " Sudahlah suamiku, kita harus cepat. " Ujar Griena tersenyum pada Chindy yang dibalas anggukan kecil oleh Chindy. Ia mengerti, ibunya itu berusaha menahan tangisnya pecah.

My Loveling Devil'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang