Satu tahun berlalu.
Meggie maupun Aghata saat ini sudah dipenghujung masa-masa indah saat SMA.
Meggie yang saat ini sudah menyicil membawa pulang barang-barang nya dari asrama ke rumah. Agar nanti ketika sudah hari-H kelulusan bawaannya tidak terlalu banyak karena anggota keluarga nya akan ikut menjemput.
"Gie, kok sekarang lu jarang update di sosmed sih?" Tanya Delisa yang saat ini sedang rebahan sambil bermain handphone dikasur nya.
Meggie menengok ke arah Delisa dan beberapa saat menatap temannya itu yang bertanya tapi fokusnya tetap ke layar handphone.
Tidak ada jawaban Delisa pun melihat ke arah Meggie yang sedang menatapnya. "Hp gue rusak", ucap Meggie dan kembali melanjutkan aktifitas nya saat ini yaitu mencoba produk skincare yang akan dia review nantinya agar pengikutnya di sosial media dapat informasi apakah produk tersebut layak dibeli atau tidak.
Lagi, Delisa bertanya, "terus gimana dong lu bikin konten?"
Meggie menarik nafas berat. "Nanti pas pulang ke rumah gue minta beliin ortu". Setelah itu hening.
Karena Meggie yang sepertinya sedang enggan banyak berbicara apalagi mengenai handphonenya, dan Delisa yang menyadari mood teman sekamar nya itu sedang tidak baik.
Kalau kalian berfikir mengapa Meggie tidak membeli handphone baru sendiri, kan sudah bisa berpenghasilan dari kegiatannya di sosial media?
Jawabannya, belum berpenghasilan.
Memang pengikutnya sudah banyak di sosial media, akan tetapi belum cukup untuk bisa menarik para pengusaha pemilik brand-brand kecantikan mengajaknya berbisnis dan menjadikan ia brand ambassador.
Meggie hanya melakukannya karena senang mendapat respon hangat dari para pengikutnya. Kalaupun nanti ada yang melikriknya memberi endorse, dia akan jauh lebih bahagia.
Anak baik memang.
**✿❀ ❀✿**
Kita beralih ke Aghata yang tengah sibuk membuat plan-plan life after graduation dari high school nya ini.
Terlihat ada plan A sampai D. Walau sebenarnya Aghata ngeri sendiri melihat plan D yang ia buat itu. But, we never know bagaimana Tuhan sudah mengatur segala kehidupan kita. Tapi yang pasti Aghata tidak boleh menjadi manusia pasrah, jadi ia buat dulu rencana yang harus ia realisasi kan itu.
Saat tengah asik membuat Mindmapp untuk segala plan nya, datanglah sahabatnya itu menghampiri.
"Lu masuk ranking pararel kan Ta?", tanya Wendy. Aghata menghentikan aktivitas nya dan menoleh sambil mengangguk menanggapi pertanyaan temannya itu.
" Kenapa?" Aghata bertanya pada Wendy.
"Udah daftar ke Univ mana yang lo mau?" Wendy mendudukan dirinya didepan meja Aghata. Sambil melirik kertas dibawah lengan Aghata.
"Udah aman. Tapi gue ga yakin banget Wen", jawab Aghata dengan wajahnya yang sedikit resah.
" Apaansi, lu pasti bisa dapet apa yang lo mau. Percaya deh". Wendy menatap Aghata sambil tersenyum agar sahabatnya itu tenang.
Wendy juga masuk ranking pararel kok, dia baru kembali dari ruang BK untuk konsultasi. Makanya dia paham perasaan Aghata saat ini yang tidak jauh berbeda dengan dirinya namun tidak ia tampilkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion & Edelweiss
FanfictionBukankah Dandelion dan Edelweiss itu sama-sama bunga yang cantik? Lantas mengapa Edelweiss selalu merasa buruk dibandingkan dengan Dandelion? Mereka hanya berbeda bentuk kelopak dan tangkai. Padahal Edelweiss merupakan simbol dari kesungguhan yang...