Mood Meggie yang selalu buruk dan murung, dan Aghata si percaya diri namun akhir-akhir ini dihantui perasaan tidak enak yang penyebab nya tidak diketahui, akhirnya sekarang terjawab.
Sepulang dari cafe dimana Aghata berkumpul dengan teman-temannya untuk membuka pengumuman seleksi masuk universitas itu, ia menemukan rumahnya yang ramai.
Ahh! Ingin sekali saat ini Aghata menghapus pikiran buruknya dan pertanyaan terlarangnya yang terus berputar dikepalanya.
"Apa ada yang meninggal di rumahku?" Mata nya sudah berkaca-kaca, namun tangan dan kakinya masih dalam keadaan mengendalikan mobilnya untuk memasuki pekarangan rumah dan mencari posisi untuk parkir.
Aghata bukanlah anak gegabah, ia sangat berhati-hati dan selalu memiliki pikiran yang matang sebelum bertindak. Itulah didikan orang tuanya.
Setelah selesai urusan mobilnya, ia melangkahkan kaki dan mendekati pintu rumahnya yang dipenuhi oleh, wartawan?
"Hah ada apa ini?" Semakin tidak terbaca situasi didalam rumahnya.
Dengan sedikit tergesa dan meminta para awak media itu sedikit memberikan celah untuk ia masuk, akhirnya ia melihat keluarga nya tengah berkumpul sambil menangis.
Ada apa?
Pertanyaan yang tidak henti muncul di kepala nya, namun bingung harus bertanya pada siapa. Karena semua orang sedang sibuk dengan perasaan mereka sendiri.
"Tata.. " Akhirnya ada yang memanggil namanya, ia mengedarkan padanganya dan melihat tante nya menangis dari arah pintu kamar utama rumah ini.
Aghata masih diam namun melangkah mendekat, "ada apa ini tante? mama papa dimana?"
Tante nya itu merangkulnya sambil semakin terisak, "ayo ke kamar".
Saat itu langkah kaki Aghata tiba-tiba terasa lemas, darahnya terasa dingin didalam tubuhnya. Keringat dingin tak lupa sudah mulai membuat kulitnya terasa lengket.
Sampai pada pintu kamar, ia masuk perlahan.
Ada dokter.
Ada perawat.
Ada seseorang yang terbaring di atas kasur orang tuanya dan sedang dibalut selimut.
Aghata menghentikan langkahnya, ia menoleh pada tante nya lagi. Meminta secara tidak langsung kisi-kisi apa dan siapa, lalu kenapa? namun tante nya menuntun ia untuk lebih masuk ke dalam kamar.
"Nak.. " Mama Aghata bangkit dan memeluk putri nya itu. Sambil mengelus punggung dan mengecup kepala nya.
Aghata mulai menangis, melihat ayah nya lah yang sedang terbaring tak berdaya.
Tapi...
Syukur lah tidak meninggal. Lalu ini kenapa?
Ibu yang selalu kuat ikatan batin dan dapat membaca semua gerak-gerik anaknya, "papa tiba-tiba pingsan, dan didiagnosa terkena stroke saat tadi di kantor. Sekarang papa sedang diperiksa kembali dan diberi obat oleh Dokter". Ucap mama nya.
Aghata diam saja, tidak berani mendekati papa nya. Ia melihat dengan tatapan ngeri atas perubahan tubuh ayah nya yang tiba-tiba menjadi tidak berfungsi.
"Lalu kenapa banyak wartawan di luar?" Aghata masih heran.
Mama nya melirik ke arah pintu kamar sebentar, "mereka kira papa langsung meninggal. Makanya banyak media datang ingin membuat berita. Tapi kita belum menemui mereka dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi". Jelas Mama Aghata.
Aghata hanya mengangguk.
"Maafin kita ya sebagai orang tua, kamu pasti panik banget waktu masuk ke halaman rumah yang ramai". Lanjut Mama nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/359246642-288-k360197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion & Edelweiss
FanficBukankah Dandelion dan Edelweiss itu sama-sama bunga yang cantik? Lantas mengapa Edelweiss selalu merasa buruk dibandingkan dengan Dandelion? Mereka hanya berbeda bentuk kelopak dan tangkai. Padahal Edelweiss merupakan simbol dari kesungguhan yang...