Keesokan harinya, terlihat pagi ini si sulung Karl tengah melangkahkan tungkainya menuju kamar sang adik, yang mana adik itu adalah adik bungsunya -Shaki-. Semalam ia tak sempat pulang karena begitu banyak pekerjaan dan tugas kuliah yang menumpuk, sehingga Karl lebih memilih menghabiskan malam di studio miliknya untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan nya satu persatu.
Cklek~ Karl membuka pintu kamar Shaki dengan perlahan, dapat dilihat oleh kedua netranya sang empunya kamar masih tertidur dengan selimut tebal yang menyelimuti tubuh ringkihnya membuat Karl yang melihat pun terkekeh pelan, adik kecilnya itu terlihat seperti bayi besar. Tanpa menunggu lagi, ia lantas melangkahkan tungkainya memasuki kamar sang adik.
"Adik.." panggil Karl lembut saat sudah mendudukan tubuhnya di samping ranjang.
"Adik ayo bangun.." sekali lagi Karl mencoba membangunkan adik kecilnya, dan berhasil sang adik pun mulai menggeliat lucu seperti bayi dengan bibirnya yang mengerucut lucu.
"Eungh.."
"Hey bangun my little fox!" seru Karl, kali ini dengan suara yang sedikit lebih keras.
Perlahan namun pasti, kedua netra indah sang adik pun mulai terbuka lalu mengerjap beberapa kali agar penglihatanya semakin jelas, membuat Karl yang melihat pun jadi gemas.
"Ugh.. mas Karl," panggil Shaki pelan seraya menatap sang kakak dengan tatapan sayunya.
"Iya mas disini, adik. C'mon wake up little fox!" sahut Karl seraya menepuk lembut pipi gembil sang adik.
"Mas peluk peluk," rengek Shaki seraya merentangkan kedua lengan nya, dan tanpa mengatakan apapun, Karl lantas membawa tubuh sang adik bungsu ke dalam pelukan hangatnya.
"Mas Karl kemana aja? Kenapa tidak pulang?" tanya Shaki seraya menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak.
"Di studio baby, semalem kan mas sudah bilang, mas banyak tugas kuliah sama ada beberapa kerjaan yang harus mas selesaikan, jadi mas ga bisa pulang," jawab Karl.
Shaki mengangguk-nganggukan kepalanya dengan mata yang masih terkantuk-kantuk, lucu sekali. Ah sepertinya bayi besar Kim itu masih mengantuk.
Karl lalu mengusap surai sang adik dengan lembut, "adik masih ngantuk hm?"
"Um!" tanpa sadar Shaki menganggukan kepalanya lucu namun tak lama dari itu, "eh tidak tidak, sudah tidak ngantuk, mas!" ucapnya.
"Ya udah kalau gitu, adik cuci muka dulu gih," titah Karl yang di gelengi pelan oleh sang adik.
"Tidak mau! Mau peluk peluk mas sepuasnya, Shaki rindu dengan mas Karl," manja Shaki semakin mengeratkan pelukanya pada tubuh sang kakak.
Karl yang melihat tingkah sang adik yang begitu manja pagi ini hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu tangannya terangkat untuk menyentuh dahi sang adik, dan dapat ia rasakan suhu tubuh adiknya terasa lebih tinggi.
'Hm pantesan manja gini, demamnya masih belum turun.'
"Adik masih demam, kata kak Jake kemarin sore adik bleeding lagi ya?" tanya Karl, memang kemarin sore adik keduanya yang tak lain adalah Jake mengabari jika adik kecil mereka mengalami 'pendarahan' lagi. Karl tentu saja khawatir dan berniat untuk pulang, tetapi Jake memastikan bahwa adiknya baik-baik saja jadi Karl tidak perlu pulang ke rumah.
"Hehe iya, Shaki mimisan banyak sekali! Terus setelah bleeding badan Shaki jadi lemas, Shaki ga bisa jalan tau mas, kaki Shaki sakit ga bisa di gerakin, pokoknya Shaki tidak bisa berjalan huhu," jawab Shaki, memang jika sudah mengalami bleeding tubuh Shaki akan terasa sangat lemas dan sakit sampai tidak bisa berjalan. Bahkan jika kondisi Shaki sedang dalam keadaan tidak baik, setelah mengalami bleeding Shaki tidak bisa berjalan sampai beberapa hari atau seminggu penuh, tapi beruntunglah bleeding yang terjadi kemarin sore tidak terlalu parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara
أدب الهواةShaki tidak tau jika mempunyai adik itu akan sangat menyebalkan.