3

902 129 30
                                    

Siang ini Ricky dan juga Shaki -yang terpaksa- tengah berdiam diri di ruang keluarga. Ricky terlihat sangat asyik bermain dengan playstation milik sang kakak sambungnya, sedangkan Shaki sedari tadi hanya diam sembari menatap Ricky geram. Bagaimana Shaki tidak geram pada si adik baru yang tidak lucu dan kurang ajar itu, setelah kepergian Sebastian dan Fanny, Ricky selalu menahan Shaki. Ia tak mengizinkan Shaki pergi kemana pun, bahkan untuk ke kamarnya sendiri juga tak boleh, seolah-olah Shaki adalah tawanan Ricky.

Ya, sebenarnya itu takkan menjadi masalah jika saja Ricky mengajaknya bermain bersama atau melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang memang benar-benar 'menyenangkan', tapi yang ada Ricky malah menyuruh Shaki ini dan itu, belum lagi ia juga tak henti henti nya menjahili sang kakak sambung. Seperti saat ini contohnya.

"Cuaca di luar panas banget nih, Shaki buruan ambilin gue air panas dong," titah Ricky seenaknya dengan tatapan yang masih fokus pada layar LCD besar yang ada di depannya dengan kedua tangannya yang masih memegang stick game keluaran terbaru milik Shaki.

"Nggak mau, kamu ambil saja sendiri. Kamu kan punya dua tangan, dua kaki pula," tolak Shaki dengan nada ketus.

"Ck, lo ini buta ya? Ga liat apa gue lagi main game? Lagi seru-serunya ini, udah sana buruan ambilin gue air panas!" ucap Ricky tanpa melihat ke arah si kakak sambung.

"Kebetulan Shaki ga liat tuh," sahut Shaki dengan santainya.

Ricky yang mendengar itu pun langsung menatap sang kakak sambung dengan tajam, "lo berani sama gue?! gue aduin ke om Tian kalau lo ga bisa jadi kakak yang baik, biarin aja biar lo di marahin sama om Tian," Ricky mengepalkan tangannya, seolah-olah bersiap untuk memukul Shaki.

"Ish iyaiya dasar anak kecil kurang ajar!"

"HEH—"

Belum selesai Ricky berteriak Shaki sudah terlebih dulu berlari kecil menuju area dapur meninggalkan Ricky yang mungkin kini tengah tertawa puas.

"Um.. Air panas itu yang mana ya?" tanya Shaki entah pada siapa, saat ia sudah berada di depan dispenser yang ada di dapur.

"Yang ini? Atau yang ini? Ah pasti yang ini!"

Melihat ada salah satu tulisan 'Hot' yang tertera disana, Shaki lantas mengarahkan gelas yang ia bawa ke arah dimana air akan muncul. Namun, karena ia tak tau jika dispenser itu otomatis dan ia kurang persiapan juga hati-hati jadi,

"Akh! Panas," pekik Shaki saat air panas itu mengenai tangan mulusnya.

"Panas huuu huuu," dapat di lihat kini tangan putih itu mulai memerah dan sepertinya harus cepat-cepat di olesi oleh salep, jika tidak maka akan timbul luka di tangannya. Shaki juga meniup luka tersebut saat terasa perih.

"SHAKI MANA MINUMNYA BURUAN DAH LAMA BENER!" teriak Ricky dari arah ruang keluarga.

"IYA SEBENTAR! SABAR DONG!" balas Shaki tak kalah berteriak.

Tanpa menunggu lagi Shaki langsung mengisi penuh gelas itu dengan air panas. Setelah itu, ia pun berlari kecil menuju ruang keluarga dengan hati-hati karena takut tangannya terkena tumpahan air panas lagi.

"Nih," Shaki menyodorkan gelas yang berisi air panas itu pada Ricky.

Sang adik sambung pun mengambil gelas itu tanpa menatapnya, "man— akh! Panas anjing!" Ia memekik keras saat memegang gelas tersebut yang ternyata panas.

"Ini kan isinya air panas ya udah pasti panas, makanya hati-hati!" ucap Shaki.

"Gue ga mau air panas, ganti jadi air anget aja lah! Lagian cuaca di luar kan lagi panas jadi ga cocok kalau minum yang panas panas," sahut Ricky.

SaudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang