18

478 86 11
                                    

Yuan berdiri di kegelapan dengan gaun tidur bahan satin yang biasa ia pakai. Tapi malam ini, Dero sangat ingin menyentuhnya.

***

"Apa yang kalian lakukan?" tegur Caca.

Dero dan Yuan terkejut dan mereka saling menjauh.

"Kamu bangun?" Tanya Dero.

"Kenapa kamu mau bermain dengannya di saat waktumu adalah milikku?"

"Bukan gitu Ca..."

"Sayang... Kamu biasanya panggil aku sayang. Kalian melukai ku." Kata Caca marah dan menangis.

"Sayang maaf... Ini bukan begitu. Aku tadi mau masak ke dapur tapi ternyata ada Yuan. Aku bukan maksudnya ehm..." Dero bingung harus bilang apa. Ia merasa bersalah tapi masalahnya menurutnya tidak ada yang salah.

Caca menatap Yuan marah. Dero melihat Yuan yang cuma bisa terdiam mematung. Ia kasihan karena seolah-olah pihak yang salah di sini adalah Yuan, padahal ia yang tak bisa menahan diri dan terus mencari Yuan. Lalu saat tahu Yuan di dapur dirinya inisiatif melakukan hal tadi.

"Aku sudah bilang sejak awal. Sudahlah. Sebaiknya akhiri ini." Kata Dero ia menarik tangan Caca membawanya ke kamar mereka.

Yuan masih tidak tahu harus bagaimana. Rasanya seperti baru ketahuan melakukan perselingkuhan. Tetapi bukankah dirinya juga istri Dero?

---

"Apa yang kamu lakukan dengannya di dapur?"

"Tidak ada."

"Sayang?" Caca menatap Dero kesal.

"Apa Ca?" Tanya Dero bernafas kesal. Hati Caca rasanya teriris teramat sangat. Dero tak prnah bersikap begini padanya.

"Kamu nggak pernah bersikap begini sebelumnya ke aku?"

Dero mengusap wajahnya. "Ca aku harus gimana lagi sekarang? Aku ke dapur ketemu Yuan, istriku, dan aku nggak boleh memeluk nya? Aku tidak melakukan apapun oke?"

"Tapi ini jadwalnya kamu sama aku tapi kenapa kamu sama dia?"

"Aku nggak sengaja ketemu dia. Aku mau ke dapur buat masak karena kamu selalu dimasakin kan?"

Kening Caca berkerut. "Kamu keberatan? Setelah bertahun-tahun bersama dan menikah kamu keberatan sekarang? Kamu? Jangan-jangan kamu nggak cinta lagi ya sama aku?" Tangis Caca.

Dero mengusap wajahnya. Kepalanya mau pecah rasanya.

"Ca, kamu tahu aku nggak suka bertengkar. Kamu tahu aku selalu menuruti mau kamu. Bahkan saat kamu jual aku pun, aku tetap sabar. Kamu istriku Ca, tapi dia juga istriku. Kamu yang menyeret aku ke dalam lingkaran ini. Aku minta maaf kalau kamu cemburu. Tetapi harusnya kamu pertimbangkan dari awal."

"Tapi nggak gini maksudnya Sayang? Aku juga nggak pernah jual kamu!" Tangis Caca menjadi-jadi.

Dero tiba-tiba merasa sangat eneg, ia merasa sesak dan pengap. Seolah-olah ia terkekang dan tak bisa menghirup udara bebas. Tapi melihat Caca seperti ini ia juga tidak tega.

"Maafkan aku." Akhirnya Dero yang kembali mengalah meskipun ia sedang tak merasa bersalah. Dan benar Caca langsung merasa lebih baik.

"Aku sayang kamu, Dero..." Ucapnya memelas. Dero memeluknya erat.

"Aku juga mencintai kamu. Tapi Yuan juga istriku."

"Kamu udah bersama dengan dia dari jam delapan pagi sampai jam 6 sore di tempat kerja, terus masa di rumah juga kamu lebih banyak bersamanya?"

"Jadi maunya gimana Ca?"

"Aku mau kamu menghindari dia kalau kita di rumah. Terus pembagian waktunya kamu tidur sama aku 5x seminggu, dan kamu dengan dia 2x seminggu."

Tamtama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang