Bagian Enam

36 0 0
                                    

"Larissa kamu kenapa"

Suara dari arah pintu membuatku kembali dari ingatan tujuh tahun yang lalu. Aku tak sadar ternyata air mata telah keluar membasahi pipiku. Ia langsung menghampiriku. Ia terlihat sangat khawatir.

****

Mas Rian terlihat sangat khawatir. Aku yang sedang merasa tak baik-baik saja langsung memeluknya. Mengingat semuanya kembali masih begitu menyisakan luk. Aku mengeratkan pelukanku padanya. Setidaknya aku akan selalu merasa nyaman jika berada dalam pelukannya.

"Aku tidak Apa-apa Mas" Ucapku berbohong padanya. Bagaimana bisa aku jujur apa yang membuatku sedih adalah dirinya, aku tak akan bisa melakukan itu. Karena aku tahu itu juga akan menyakitinya.

"Tapi kamu Menangis Larissa" Ucapnya masih tak percaya. Ia semakin mengeratkan pelukannya padaku. Ia terus membelai rambutku. Dan aku sangat menyukainya. Kedekatan seperti ini yang selalu aku rindukan. Mas Rian selalu membuatku lebih mencintainya lagi.

"Mas tak perlu khawatir, aku tidak apa-apa" Ucapku menghibur hatinya. Aku tahu ia masih begitu khawatir padaku.

Padahal aku selalu berhasil menyembunyikan kesedihan . Aku sangat tahu ia akan selalu khawatir berlebihan jika mengetahui aku terluka. Dan aku tahu dia akan ikut tersakiti jika aku tersakiti. Dan aku tak akan pernah dapat menyakitinya. Ia terlalu berharga dan sangat ku cintai.

"Jangan pernah terluka Larissa, karena aku juga yang akan lebih terluka, aku sangat mencintaimu" Ucapnya menatap mataku Dengan binar yang sama.

Aku yang melihatnya hanya membalasnya tersenyum, rasanya sangat bahagia masih menemukan binar cintanya.

Tak ingin membuatnya terus bertanya-tanya. Ku berikan kecupan pada bibirnya. Sungguh aku sangat merindukan Mas Rian. Apalagi besok sudah memasuki hari libur kembali. Dan aku sangat hapal ia akan izin ke luar kota kembali pastinya. Untuk mendatangi Rumahnya yang lain.

Mas Rian terlihat menatapku lekat. Ia mencoba meneliti wajahku setelah nya ia memangkas jarak wajah kami. Bibirnya yang selalu ku sukai telah memagut bibirku dengan lembut. Aku yang sangat takut kehilangannya akhirnya membalas ciumannya. Sunguh rasa cinta yang ku miliki sangatlah besar. Dan ku tahu cintaku bukan cinta sepihak.

Rasa yang sama membuat kami akhirnya melebur dalam buaian cinta. Aku sangat suka ketika ia terus memandangku dengan intens setiap kami menyatu dalam Cinta. Rasanya milikku kembali pulang.

****

Ada yang terlihat berbeda dari Mas Rian. Akhir-akhir ini entah mengapa ia terlihat banyak melamun. Apalagi ini sudah mendekati hari sabtu. Namun sampai sekarang ia belum mengatakan apa-apa padaku. Ia belum meminta izin ke luar kota kembali.

"Mas apa ada yang mengganggu fikiranmu?" Tanyaku ketika ku dapati ia terdiam melamu di meja makan. Sungguh sikapnya tidak seperti biasanya. Aku rasanya sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Hanya beberapa masalah tentang pekerjaan sayang. Tidak ada yang perlu di khawatirkan" Ucapnya menarik diriku masuk dalam pelukannya. Ia mengeratkan peluakannya pada diriku.

Sungguh waktu seperti ini yang ingin ku habiskan dengan dirinya begitu berharga. Aku tahu tidak selamanya aku bisa akan selalu bersama dengan dirinya.

"Bagaimana kalo kita pergi jalan-jalan sayang?" Ucapnya memberi jarak pada pelukan kami. Ia menatap diriku dengan penuh harap.

Dan aku hanya bisa menyetujui keinginannya. aku memang tak pernah bisa menolak semua keinginan Mas Rian. Aku terlalu mencintainya.


Namun entah mengapa ada yang berbeda dari dirinya. Aku tak berani menanyakan lebih lanjut semuanya. Karena terkadang aku begitu cemburu ketika Mas Rian terlihat melamun dan penuh fikiran. Karena aku tahu mungkin ia sedang memikirkan keadaan wanitanya yang lain. Dan itu hanya akan menyakitiku lebih dalam lagi.

"Kalau begitu aku akan bersiap-siap dulu mas" Ucapku padanya. Tak lupa pula aku memberikan kecupan pada pipinya.

Ia hanya terlihat tersenyum dan menggeleng kepalanya dengan tingkahku.

****

Kami menyusuri pusat perbelanjaan yang lumayan terkenal. Mas Rian terus menggandeng tanganku menyusuri berbagai stand berbagai peroduk yang menawarkan berbagai perlengkapan. Ia terus memaksa diriku untuk membeli semua yang ku inginkan. Mas Rian memang selalu memanjakanku.

Setelah kami membeli beberapa kebutuhan. Aku dan Mas Rian memutuskan untuk mencari hiburan. Akhirnya kami memutuskan untuk ke salah satu stand permainan.

Mas Rian terlihat begitu bebas. Ekspresi yang tadinya muram kini berubah menjadi wajah yang cerah. Aku tersenyum memperhatikannya yang terlihat bahagia.

"Aku selalu menang dari mu Larissa" Ucapnya menyombongkan diri, setelah berhasil mengalahkanku setelah bermain beberapa permainan.

Aku yang mendengarnya hanya mendelik ke arahnya. Memang Mas Rian sangat sulit terkalahkan. Ia terlalu mahir dalam semua permainan yang ada.

"Mas Aku sepertinya ingin ke toilet, kamu tunggu aku disini ya" Ucapku padanya. Ia terlihat ingin mengantarku. Namun aku tak membiarkannya untuk mengikutiku.

"Kamu sebaiknya tunggu di sini" Ucapku berjalan meninggalkannya. Aku sudah tak bisa menahannya. Aku mencari toilet terdekat.

***

Ketika aku kembali. Aku tak menduga apa yang ku lihat saat ini. Sungguh aku tak pernah menduga akan melihat pemandangan sebuah keluarga di depanku.

Dari arah ku berdiri. Aku bisa melihat suamiku sedang berberbicara dengan wanita yang sangat ku kenali.

Dia adalah Mila istri keduanya bersama ilham. Mas Rian terlihat berbicara bersama Mila dan terlihat mas Rian mencoba memberikan pengertian kepada wanita itu yang akan mendebat dirinya.

Aku bisa melihat betapa besar binar yang Cinta yang Mila pancarkan dari matanya. Ia menatap Mas Rian dengan penuh kasih.

Dan aku bisa melihat betapa besar rasa sayang Mas Rian pada Mila dan Ilham. Terlihat Mas Rian mengelus pundak Mila berulang kali sebelum ia menyerahkan ilham pada ibunya dan mereka pergi meninggalkan Mas Rian.

Aku yang melihatnya hanya mematung berdiri di tempatku. Aku tak bisa menahan rasa cemburu dalam hatiku. Aku bisa melihat suamiku menatap dengan lembut wanita dan anak tersebut yang terlihat berjalan meninggalkan nya. Rasa sakit itu rasanya kembali merasuki hatiku. Mereka terlihat seperti keluarga yang tak bisa ku berikan pada Dirinya . Aku dilanda rasa cemburu. Sungguh rasa ini sangat menyakitkan.

.

Guys ini cerita hanya terdiri dari 15 part saja.....!!

.

Jangan Lupa Like dan Comment ya, Thanksss..

.

MENCINTAIMUWhere stories live. Discover now