Bagian Lima

36 1 0
                                    

Tak pernah awalnya terbayangkan Mas Rian akan memiliki rumah yang lain. Kehidupan kami terlalu baik-baik saja meski setelah sekian lama aku tak bisa memberikannya buah hati. Ia tetap memandangku dengan binar yang sama saat ku temukan pertama kali kami menjadi sepasang kekasih.

"Aku sangat mencintaimu Larissa, aku tak akan bisa hidup tanpamu" Ucapnya setiap aku menanyakan apakah kami berpisah saja.

Kekuranganku membuat ia tak bisa memiliki buah hati. Namun Mas Rian tak pernak mempermasalahkan semua hal tentang kekurangan ku. Kami telah menerima semuanya dengan lapang dada. Dan aku sangat bersyukur dengan semuanya. Sampai hari dimana aku temukan fakta lainnya.

Aku yang sedang menghadiri acara pembukaaan sebuah bisnis yan baru dibuka oleh salah satu teman.

Tak sengaja aku melihat Mas Rian keluar dari salah satu gerai perbelanjaan bersama seorang wanita.

Aku yang bingung mulai mengikuti mereka. Karena yang ku tahu suamiku berpamitan hendak urusan kerja ke luar kota. Namun aku melihatnya tepat di depan sana.

Mereka melangkah ke arah parkiran dan masuk ke dalam sebuah kemdaraan yang sangat ku kenali. Mobil Mas Rian melaju melewati perbatasan kota. Ia kemudian berbelok ke sebuah perumahan yang sama sekali tak pernah ku tahu.

Setelah mereka memarkirkan mobil di depan sebuah rumah. Mas Rian dan seorang perempuan keluar dari kendaraan tersebut. Terlihat sekali Mas Rian sangat menjaga perempuan tersebut karena ia membukakan pintu untuknya.

Aku menyerngit melihat interaksi mereka yang tidak seperti biasanya. Aku tak pernah mengenali perempuan yang bersama Mas Rian.

Namun aku tertegun kala netraku terpaku melihat keadaan wanita tersebut yang terlihat mengandung. Wanita tersebut terlihat menyalami tangan Mas Rian dan suamiku itu memberikan kecupan di kening wanita tersebut. Kemudian setelahnya terlihat Mas Rian melajukan kembali kendaraanya entah ke mana.

Aku yang melihat semua itu begitu terkejut, kemudian aku langsung menyadari sesuatu. Suamiku, Mas Rian telah memiliki Wanita lain selain diriku. Dan wanita itu saat itu sedang mengandung buah hatinya.

Air mata langsung keluar begitu saja. Air mataku mengalir deras menangisi kemalangan ku. Ternyata tanpa ku tahu aku telah diduakan oleh suamiku di luar sana. Ia memiliki wanita lain selain diriku ini. Aku menangisi kemalangan ku yang telah di duakan sedemikian rupa. Ia telah membohongiku dengan semua kata-kata manisnya.

Rasanya aku ingin sekali berteriak dan mendatangi Mas Rian dan wanita itu yang meruapakan selingkuhannya.

Namun aku langsung menyadari mengapa ini semua terjadi.

"Ternyata semua ini salah diriku, aku yang tak sempurna yang tak bisa memberikan buah hati ke pada mas Rian sehingga ia bisa mendua seperti ini" Batinku mencemooh diriku atas semua kekuranganku sendiri.

Jemariku langsung mengelus perut rataku. Tuhan tak pernah memberikan aku kesempatan untuk mengandung buah hati untuk Mas Rian, hingga ia mencari wanita lain karena mungkin sudah tak bisa menahan untuk memiliki seorang anak.

Aku yang sudah tak tahan langsung melajukan kendaraan untuk pergi dari sana. Saat itu aku hanya butuh menenangkan diri. Rasanya masihlan belum percaya dengan apa yang ku saksikan. Suami yang begitu ku cintai ternyata telah mengkhianatiku

***

Setelah hari itu, entah mengapa aku selalu mengikuti wanita yang mengandung anak Mas Rian setiap suamiku pergi untuk bekerja.

Rasa marah masih besar ku rasakan. Namun entah mengapa begitu arah pandanngku berhenti pada bagian perutnya yang membesar. Aku merasakan rasa yang lain. Entah rasa apa namanya. Namun aku merasa begitu terikat dengan bayi yang ada di dalam kandungannya.

Aku menyadari di sana telah tumbuh buah hati suamiku. Dan aku merasakan rasa yang tak pernah ku rasakan. Aku juga ikut menantikan kehadiran bayi yang ada di kandungan dirinya.

Saat itu terlihat dia sedang berjalan menanti kendaraan umum untuk pulang. Dari arah mobil aku bisa menyaksikan ia terlihat agak kesusahan membawa semua barang belanjaannya. Apalagi ia dalam kondisi mengandung begitu.

Aku ingin sekali turun untuk membantu dirinya. Namun aku merasa belum punya kekuatan sebesar itu untuk menemui wanita itu.

Aku bisa melihat dari arahku ia telah mendapat kendaraan umum, namun kendaraan tersebut rupanya menunggu dirinya di sebrang jalan. Aku bisa melihat ia berusaha untuk menyebrang jalan yang begitu ramai sekali.

Saat akan melangkahkan kakinya untum menyebrangi jalan, terlihat dari arah kiri seorang wanita membawa motor nya dengan keceoatan yang sangat tinggi.

Dapat ku lihat wanita itu tidak menyadari keberadaan motor yang melaju tersebut. Setelah seperkian menit aku sudah menyaksikan wanita itu tergeletak dan semua belanjaannya berhamburan ke seluruh jalan.

Aku yang begitu terkejut langsung keluar dari mobilku menuju arahnya. Aku langsung berteriak meminta pertolongan untuk memasuki wanita itu ke dalam mobilku. Aku begitu takut terjadi apa-apa dengan dirinya dan kandungannya.

****

"Mbak terimakasih telah menolongku" Ucap wanita itu terus menerus.

Baru kutahu ternyata wanita kedua suamiku bernama Mila, nama yang cantik sama seperti wajahnya.

Aku tersenyum mendengar perkataanya.

"Sama-sama, aku juga senang telah menolongmu" Ucapku dengan tulus. Aku sangat bahagia janin yang ada dalam kandungan baik-baik saja. Aku tak ingin terjadi apa-apa dengan anak yang telah lama di tunggu-tunggu oleh suamiku.

"Mbak sebentar lagi suamiku akan ke sini, kalian harus bertemu"

"Aku ingin mengenalkan orang yang telah menyelamatkanku padanya" Ucapnya dengan ekspresi bahagia.

Deg...

Aku yang mendengarnya terkejut. Aku tak ingin sampai bertemu dengan Mas Rian disini. Aku tak ingin dia mengetahui semua ini. Mas Rian tak boleh tahu jika aku mengenali Mila.

"Maaf Mila, sepertinya aku tak bisa berkenalan dengan suamimu, aku harus segera pergi" Ucapku buru-buru berpamitan dengannya sebelum Mas Rian datang.

Ia terliahat keberatan, namun aku benar-benar tak ingin Mas Rian tahu semuanya.

"Kalo begitu bisakah kita tetap terus berteman? " Ucapnya bertanya. Ia terlihat penuh harap.

aku yang merasa terburu-buru akhirnya mengiyakan permintaanya.

"Baiklah aku minta alamatmu, aku akan menjenguk kalian jika aku ada waktu bebas" Ucapku menyuruh Mila menuliskan alamatnya di ponselku.

"Maaf aku harus segera pergi" Ucapku terburu-buru dan segera menerima ponsel yang ada dalam genggaman Mila.

****

"Larissa kamu kenapa"

Suara dari arah pintu membuatku kembali dari ingatan tujuh tahun yang lalu. Aku tak sadar ternyata air mata telah keluar membasahi pipiku. Ia langsung menghampiriku. Ia terlihat sangat khawatir.

.

Guys ini cerita hanya terdiri dari 15 part saja.....!!

.

Jangan Lupa Like dan Commenta ya, Thanksss

.

MENCINTAIMUWhere stories live. Discover now