1. Tanzanite

102 16 5
                                    

I'm back with second account. You can waiting update my story in here.

Nice to see you, guys. Really!

Naruto© Masashi Kishimoto



Kelas pagi Hinata baru saja selesai. Dengan cepat ia melangkahkan kaki menuju kantin fakultasnya. Suasana koridor cukup ramai, padahal biasanya di jam-jam seperti ini gedung fakultasnya akan sepi karena tak semua jurusan ada kelas pagi. Mungkin, hanya jurusan kedokteran seperti yang Hinata ambil yang selalu memiliki kelas pagi.

Hinata segera memasuki kantin. Dan benar saja dugaannya, kantin ramai bukan karena para mahasiswa dan mahasiswi yang hendak masuk kelas pagi. Tapi, karena sang Idola Kampus sedang sarapan bersama gengnya di sana.

Hinata memutar matanya, jengah. Ia berjalan ke salah satu stand makanan lalu segera memesan.
     
"Nat, sini!"

Hinata tersenyum, lalu menghampiri Ino dan Sakura yang melambai nyuruhnya mendekat.

"Kalian ngapain jam segini udah ngampus, bukannya nggak ada kelas pagi?" tanya Hinata saat dirinya baru saja duduk dan menyimpan makanannya di atas meja.

"Kita emang nggak ada kelas, tapi bias ada," jawab Sakura.

Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya, sebenarnya sudah bisa menebak kalau mereka pasti ke sini karena ingin melihat bias yang dimaksud yaitu Naruto. Pun dengan kebanyakan mahasiswi yang memenuhi kantin, mereka juga pasti mengincar waktu ini untuk bisa melihat pria tampan yang sedang makan sambil bercanda di sudut ruangan.

"Bias gue makin ganteng aja, astaga," ujar Ino sambil bertopang dagu.

Hinata mengikuti arah pandang Isti yang mengarah pada Naruto, pria itu tengah meneguk kopi kalengan. "Biasa aja," ujarnya santai.

"Dih, begini nih kelamaan jomblo ngga bisa bedain cowok biasa aja sama cowok ganteng," jawab Ino, tak terima bias-nya dikatakan biasa saja.

"No, ganteng itu relatif. Mungkin menurut Hinata,  Naruto nggak ganteng-ganteng amat," terang Sarah, sebelum melanjutkan, "Nggak kaya kita berdua yang udah cinta setengah mampus tapi nggak di notice-notice."

"Kegantengan Naruto itu bukan relatif lagi, Ra. Tapi mutlak, ya!" tegas Ino.

"Bener, tapi kemarin gue liat di internet dia udah ada gandengan baru masa."

"Wah! Sekarang ama siapa lagi?" tanya Isti penasaran.

"Kemaren kepergok lunch ama Shizuka."

"Yang selegram itu?"

     
BRAK!
 
Sakura dan Ino yang tengah asyik bergosip jadi melonjak kaget saat Hinata menggebrak meja dengan nampan yang berisi piring juga gelas yang sudah tandas isinya.

"Ye, ngagetin aja lo, Nat," ujar Ino sewot.

Hinata terkekeh. "Habis khusyuk banget ghibahnya. Gue udah selesai, nih. Duluan, ya!" Ia melambai pada Sakura dan Ino yang juga melambai ke padanya.

Setelah dari toilet, Hinata menuju taman belakang yang sepi untuk menunggu kelas selanjutnya. Masih ada satu jam sampai kelas dimulai, ia akhirnya memutuskan membuka bukunya.

Duduk di bawah pohon menjadi pilihan, dengan angin yang berhembus pelan membuat suasana semakin nyaman. Hinata menyandarkan punggung juga kepalanya pada batang pohon. Memejamkan matanya sejenak.

"Bunda udah sembuh." Bibir gadis kecil itu melengkung ke bawah dengan sedih.

"Itu bagus, kan?"

PROMISE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang