2. All About You

63 14 4
                                    

Semua mata kuliah yang Hinata ambil telah selesai pukul 3 sore. Ia memutuskan untuk segera pulang. Hinata tinggal sendiri untuk kuliah di Tokyo, dan kedua orang tua serta adik perempuannya masih tinggal di kota asal mereka, Shizuoka. Ia tinggal di sebuah kamar kos sederhana. Hanya berjarak 10 menit berjalan kaki dari kampusnya. Bangunannya cukup tua, tapi asri. Selain karena dekat, harga sewanya juga cukup murah.

Selesai mandi dan membereskan kamarnya. Hinata kembali pergi untuk menuju apartemen Naruto. Menuju halte terdekat untuk menaiki bus.

Jarak tempuh kosnya ke apartemen cukup jauh, menggunakan angkutan umum membutuhkan waktu setidaknya 30 menit. Ia sampai di sana pukul 6 petang. Berbeda dengan kos kecilnya, apartemen Naruto terbilang sangat mewah. Berada di kawasan elite, gedung tingkat yang megah, serta keamanan yang tinggi. Ah, wajar saja! Kekasihnya itu orang terkenal, banyak yang ingin tahu kehidupan pribadinya. Sehingga butuh fasilitas mumpuni untuk menunjang kenyamanan atau sekedar menjaga privasinya.

Hinata berhenti di unit nomor 27 di lantai 9. Ia segera memasukkan kode akses lalu membuka pintu. Kode aksesnya Hinata tentu sudah hapal, karena entah bagaimana kode itu sama persis dengan tanggal dan bulan lahirnya. Padahal selama berpacaran sembunyi-sembunyi hampir 1 tahun dengan Naruto. Lelaki itu tidak pernah bertanya perihal hal itu, dan Hinata pun tak pernah memberitahukannya. Saat ditanya Naruto hanya akan bilang jika angka itu istimewa bagi dirinya.

Gelap menyambut ketika Hinata masuk. Ternyata pria itu belum pulang. Ia segera berjalan menyusuri apartemen tipe classic six itu kemudian menyalakan lampu di setiap ruang. Setelah semua lampu menyala, tatapnya kemudian beralih pada pemandangan kota Tokyo di luar sana. Kerlap-kerlip lampu jalan membuat Hinata semakin mendekatkan dirinya ke arah kaca jendela besar di ruang tengah. Hingga tanpa ia sadari tangan kekar memeluk pinggangnya posesif disusul dengan kepala yang jatuh di bahu kanan Hinata.

Hinata tersenyum. Tangannya terulur lalu mengusap pelan kepala pria itu dengan lembut. Hendak berbalik tapi dengan cepat pergerakannya ditahan.

"Biar kaya gini dulu, aku masih kangen."

Posisi mereka bertahan selama kurang lebih 10 menit sebelum suara kucing mengalihkan perhatian keduanya.

Hinata segera duduk di sofa tempat kucing itu mengeong seakan memanggil. "Kurama udah sehat?" tanya Hinata pada kucing ras somali berbulu full oranye itu. Kucing itu terus mengeong sambil menggesek-gesekkan seluruh tubuhnya pada Hinata.

Naruto ikut mendudukkan dirinya di samping Hinata. Dengan sofa tipe L, Naruto yang duduk di pojok bisa memandangi Hinata sambil selonjoran. Ia terus memandangi wajah cantik yang terus tertawa ceria itu hingga tanpa sadar tertidur.

Hinata yang sadar Naruto tertidur, segera menurunkan Kurama. Ia membenahi bantal sofa di kepala Naruto lalu mengambil selimut dari kamar lelaki itu. Wajah tampannya terlihat sangat lelah dan damai. Hinata yang berjongkok di depan Naruto dengan iseng mengambil beberapa foto menggunakan kamera ponselnya. Ia bahkan memiliki folder foto khusus Naruto yang sering ia ambil diam-diam, berbagai keadaan juga gaya. Folder itu tentu saja tersembunyi, hingga hanya dirinyalah yang tahu jika itu ada.

Setelah memotret beberapa kali Hinata masih betah memandangi wajah pulas Naruto. Ia jadi ingat bagaimana pertemuan pertama mereka hingga langsung menjadi sepasang kekasih.

10 Oktober, tahun lalu.

Hinata celingak-celinguk karena toko buku dekat kampus memang cenderung selalu penuh. Selain karen paling dekat dengan kampus, buku di sini memang komplit, dan harganya ramah di kantong mahasiswa. Hinata yang baru semester satu tentu perlu banyak buku referensi untuk menunjang belajarnya. Hingga berakhirlah ia di sini, di rak paling pojok dalam toko buku.

Ia hendak mengambil buku di rak paling atas, tapi sepertinya melihat beberapa karyawan yang sibuk lalu lalang Hinata jadi tak enak untuk sekedar meminta tolong. Maka dari itu dia mencari pelanggan yang sekira ia bisa mintai tolong. Ia sudah mencari buku yang sama di bawah dan nihil, seperti hanya buku itu saja yang tersisa.

Tak lama seorang pria tinggi dengan kacamata hitam berjalan ke arahnya, mengambil buku yang hendak Hinata beli, kemudian berjalan ke arah kasir tanpa mengatakan apa pun. Hinata melongo, ia kira lelaki itu akan membantu ternyata malah membeli buku yang tersisa satu itu. Sial!

Hinata berkali-kali berdecak saat keluar dari toko buku. Hingga sebuah sepatu mahal keluaran terbaru membuatnya berhenti dan mendongak. Pria berkacamata hitam tadi tersenyum sambil menyerahkan sebuah paperbag pada Hinata.

Hinata celingak-celinguk lalu menunjuk diri sendiri untuk memastikan dirinya yang diajak bicara oleh pria necis ini. Setelah pria itu mengangguk, Hinata segera meraih paperbag tadi lalu membukanya. Dan tentu saja isinya buku yang ingin Hinata beli tadi. Ia segera membuka tas ranselnya untuk mengambil dompet.

Melihat tingkah Hinata, Naruto segera menghentikannya. "Jangan, saya kasih kamu gratis kok," ujar Naruto.

Hinata mengernyit, alisnya menyatu. "Maksudnya gimana?"

"Bukunya boleh buat kamu, gratis."

"Nggak, jangan. Gue nggak enak kalau gitu," tolak Hinata.

"Kalo gitu sebagai gantinya, kamu harus jadi pacar aku." Naruto kali ini membuka kacamata hitam tadi, berharap Hinata akan mengenalinya. Namun, yang terjadi perempuan itu malah semakin mengernyit.

"Dasar gila," gumam Hinata lalu pergi meninggalkan Naruto.

"Hei, tunggu dulu—" Naruto menarik lengan Hinata hingga gadis itu berbalik.

"Apa sih? Gue udah punya tunangan, dah sana minggir," jelas Hinata galak. "Jangan sok kenal."

Naruto malah tersenyum. "Kamu Hyuga Hinata, mahasiswi tingkat satu jurusan kedokteran. Sudah punya tunangan dan akan dilamar saat usianya 20 tahun. Begitu, kan?"

Hinata melongo sambil berkedip-kedip lucu.

Mulai dari sana, Naruto selalu mengganggunya ketika mereka hanya berdua saja. Mengikuti kemana pun Hinata pergi. Tapi ketika sudah ada orang lain, Naruto akan bertingkah cuek, seakan mereka tak saling mengenal.

***

Hinata membuka matanya ketika cahaya matahari menyusup masuk dari sela-sela gorden. Ia menggaruk kepalanya setelah menguap cukup lebar kemudian merentangkan kedua tangan ke atas. Sepertinya tidur cukup nyenyak tadi malam. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, ternyata benar ini kamar Naruto. Semalam, tampaknya ia juga ikut ketiduran di sofa dan berakhir Naruto yang memindahkannya ke sini.

Ketika Hinata keluar kamar, suasana sudah sepi. Hanya Kurama yang sedang tertidur di atas kasur empuknya di pojok ruangan. Sepertinya Naruto sudah pergi, mungkin ia juga ada kelas pagi. Lelaki itu sibuk sekali akhir-akhir ini. Selain tugas kuliah, dia juga katanya tengah menggarap sebuah film pendek yang akan tayang dalam waktu dekat. Hinata bahkan hampir tak pernah papasan dengannya di kampus.

Hinata memutuskan untuk sekalian menumpang mandi saja. Jadi ia hanya tinggal pulang lalu ganti baju dan segera berangkat kembali masuk kelas siangnya nanti. Saat di dapur  ia melirik sarapan yang ternyata sudah tersedia di sana. Hanya beberapa potong sandwich, semangkuk salad buah, juga segelas susu. Ada sticky note di sampingnya.

Have a good day. I love you.

Hinata tersenyum. Entah kenapa tingkah Naruto selalu berhasil membuatnya jatuh cinta.

Setelah mandi ia memutuskan sarapan sambil menonton televisi. Mood Hinata sangat bagus, ia terus memperhatikan sticky note itu sebelum sebuah berita infotainment dari televisi membuatnya muak.


STAR: Shion Miku! Lawan main yang Naruto pilih sendiri untuk film pendek produksinya.


Shion sangat mirip untuk karakter utamanya. Dan itu bisa meningkatkan chemistry saat mereka beradu peran, ungkap Naruto pada wartawan Star kemarin.





















To be continued ....

PROMISE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang