Fight! (2)

2.7K 293 18
                                    

"TUNGGU, BEDEBAH! pertandingan tidak jadi dilaksanakan saat pulang, aku mau menghajar mu sekarang, bajingan." Geram Jeno.

Jaemin membalikan badannya, menyeringai mendengar kalimat Jeno. Ia berhasil memancing emosi milik Jeno.

"Tidak masalah, dimana arena nya?"



***

Jam pelajaran dibatalkan seluruhnya. Saentaro sekolah memusatkan perhatiannya pada pertandingan yang akan dilaksanakan oleh Zeus mereka, Jeno dan murid pindahan yang berasal dari London, Jaemin.

Aula pertandingan penuh sesak, seluruhnya antusias melihat Jeno akan menghajar habis Jaemin. Seruan seruan terdengar, beberapa dari mereka bertaruh, hampir separuh dari mereka bertaruh untuk Jeno, tapi, beberapa berani bertaruh untuk Jaemin.

Jisung berbisik lirih, "Jaem, kau yakin akan benar benar melawan Jeno sekarang?" Wajah Jisung pucat, ia juga takut.

Sementara Jaemin hanya mendengus pelan, ia sudah menduga seluruh sekolah akan menonton, tetapi ia tidak menyangka guru-guru akan rela menghentikan jam pelajaran hanya untuk ini. Heh, sekolah swasta bergengsi memang hebat.

"Lama sekali, heh?!" Berang salah satu siswa. Sudah setengah jam mereka menunggu. Biasanya hanya butuh lima menit dan lima belas menit hingga murid pindahan jatuh terkapar dengan hidung patah atau berdarah.

Jaemin juga bertanya-tanya, kemana Jeno? Apa yang membuat pemuda itu memakan waktu yang cukup lama?

Tetapi pertanyaannya segera terjawab saat Jeno sudah terlihat, pemuda itu melepas bajunya. Jaemin bersiul melihat pinggang ramping tetapi dengan otot perut yang terbentuk sangat apik.

Ingar bingar penonton semakin terdeengar saat Jeno keluar dengan bertelanjang dada. Terlalu kencang hingga Jaemin ingin merobohkan gedung itu.

Jisung menyikut Jaemin, membuat pemuda itu menaikkan salah satu alisnya, "Apa?"

"Buka baju juga," balas Jisung.

Jaemin menyeringai, nah, ini akan jauh lebih menarik.

Jaemin naik ke atas arena, bersitatap dengan manik tajam Jeno selama beberapa detik. Tangan Jaemin dengan gerakan pelan melepas seragamnya satu persatu, dimulai dari dasi dan berakhir di kancing terakhir kemejanya.

Jisung menganga, ia tidak pernah melihat tubuh se atletis milik Jaemin. Tubuhnya tinggi menjulang, bahunya yang lebar serta biceps yang besar, juga dengan otot perutnya. Satu Aula dibuat menahan nafas melihat debutnya tubuh telanjang dada milik Jaemin.

Jeno memicingkan matanya, "ototmu bagus juga, heh?"

Jaemin tertawa, "Terimakasih untuk pujiannya."

Donghyuck naik ke atas arena, tangannya terangkat.

"Aku akan membacakan peraturan di arena ini, tolong di dengarkan secara seksama."

Seluruh arena terdiam, mendengarkan apa yang akan dibacakan oleh Donghyuck. Setiap pertandingan memiliki peraturan yang berbeda.

"Masing masing dari kalian tidak di bolehkan menggunakan feromon untuk melemahkan lawan, meskipun kalian berdua adalah seorang Alpha,"

"Siapapun yang tergeletak selama lebih dari sepuluh detik dinyatakan kalah."

"Menyerah, atau mengangkat tangan juga dinyatakan kalah."

"Dan siapapun yang menang, ialah Zeus."

Suasana semakin memanas, beberapa dari mereka beranggapan kalau Jeno akan tetap menjadi Zeus untuk kedepannya. Tetapi, kemenangan mutlak tidak selamanya abadi, kan?

***

Jaemin merebahkan badannya di kasur queensize miliknya, hari ini cukup melelahkan. Pemuda itu kenbali menatap langit-langit kamarnya. Ia segera bergelung di dalam selimutnya, hari yang melelahkan harus dibayar dengan tidur yang nyenyak.

Suara ketukan pintu membangunkan Jaemin yang hampir terlelap, pemuda itu mendengus, "siapa?"

"Tuan muda, seseorang ingin bertemu denganmu." Sahut seseorang dari balik pintu.

"Suruh bertemu dengan ku lain kali saja, aku ingin istirahat." Timpal Jaemin, hendak kembali tidur.

"Mereka memaksa, tuan muda."

Jaemin jadi ingin mengamuk sendiri. Terpaksa, segera di langkahkannya kaki jenjang itu menuju pintu. Membuka pintu besar itu dengan satu tangannya, disana sudah berdiri salah satu orang kepercayaannya.

"Siapa, Ram?"

"Seseorang dari sekolah anda, Tuan muda."

Jaemin mendengus, lambat atau cepat mereka akan segera menemuinya. Ia menerima jas yang diberikan oleh Ram, mengenakannya dengan cepat sembari berjalan menuju ruang tamu. Disana, duduk seorang laki-laki paruh baya dan sedang meminum teh.

"Kau tidak punya sopan santun sekali, heh?!" Hardik Jaemin.

Laki-laki itu tertawa pelan, "aku justru mau bertanya padamu, Jaemin. Kau tidak malu masih berpura-pura menjadi bocah sma ingusan?"

FIGHT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang