Thunder

315 25 0
                                    

"Ampun, Cher, aku janji gak bakal bikin kesalahan lagi!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ampun, Cher, aku janji gak bakal bikin kesalahan lagi!"

Cowok berkacamata menangis. Luka lebam di sebagian wajah dan tubuh yang dibalut pakaian penuh debu itu menggambarkan keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Gadis yang dipanggil Cher, tak lain adalah gadis yang kini berdiri menjulang di depan tubuh si cowok yang hanya bisa terduduk lemas.

Jemari lentik itu mencengkeram rahang si cowok hingga membuatnya berdesis kesakitan karena lukanya tak sengaja tersentuh. Meski melihat ekspresi kesakitan itu, Cherrel, si gadis yang kini menyeringai malah tampak sumringah.

"Cium kakiku, Thunder!" perintah Cherrel sontak membuat kedua mata Thunder membelalak.

"Ba-baik, Cherrel."

Begitu saja, Thunder bersujud dan mencium kedua kaki Cherrel. Tindakan yang membuat Cherrel langsung tertawa terbahak-bahak.

"Cherrel kau benar-benar keterlaluan!"

Suara seorang cowok menginstruksi kegiatan itu. Seorang cowok berambut hitam datang dengan wajah penuh amarah. Cowok itu langsung menarik Thunder untuk bangkit dari sujudnya.

"Uw ... Theo, apa yang kau lakukan di sini, mantanku?" Cherrel bertanya dengan entengnya.

Thunder, tampak terkejut melihat keberadaan Theodore, sang kakak. Tampak jelas Theo yang begitu kesal dengan apa yang dilakukan Cherrel.

"Jika kau kesal padaku, jangan melampiaskannya pada orang lain!"

"Jadi, kau mau menggantikannya mencium kakiku?" Cherrel tergelak, tertawa melengking sengaja meremehkan Theo.

Sontak, apa yang ia lakukan berhasil menyinggung Theo hingga membuatnya menyipitkan kedua mata semakin kesal.

"Kau benar-benar yang terburuk Cherrel! Kau pikir aku akan diam saja setelah apa yang kau lakukan?"

Menggelengkan kepala, Cherrel semakin mendekatkan tubuhnya dengan Theo. Mengabaikan Thunder yang menatapnya entah dengan artian bagaimana dari samping. Cherrel tak peduli. Ditariknya kerah baju Theo hingga membuat cowok itu terpaksa menundukkan pandangan.

"Aku akan terus menjadi mimpi dan kenyataan terburukmu, Theo."

"Kau gila!"

Cherrel tersenyum lebar. "Memang."

***

Cherrel menyukai Theo, tetapi kenyataan bahwa Theo memutuskan hubungan dengannya demi bertunangan dengan wanita lain tak bisa diterima. Beruntung, Cherrel menemukan Thunder, adik sekaligus anak haram keluarga sang mantan, melampiaskan semua amarahnya pada Thunder. Meski tidak yakin bisa membuat Theo kembali padanya, tetapi melihat ekspresi kesal Theo cukup membuatnya puas.

Hari itu, hanya secuil dari penderitaan Thunder. Theo yang harus kuliah di luar negeri tak mampu melindungi sang adik tiri sepenuhnya. Alhasil, Thunder selalu berada di bawah cengkeraman Cherrel. Tak peduli di mana pun, Cherrel selalu beraksi tanpa mempedulikan banyak pasang mata melihat bagaimana buruknya ia memperlakukan Thunder.

"Anjing yang buruk!" Cherrel melepaskan satu cambukan tepat di atas kulit punggung polos Thunder.

"Ampun, Cherrel." Thunder merintih.

Ptazzz!

Rahang Thunder mengeras, menahan rasa perih dan sakit yang terasa meremukkan tulangnya. Hari itu, ia melihat Cherrel menyiksanya dengan tangisan.

"Cherrel, jangan menangis," punya Thunder tanpa sadar.

Perkataan Thunder itu membuat tatapan Cherrel menajam. Bagaimana mungkin dia tidak menangis setelah mendapatkan kabar kematian Theo karena kecelakaan. Cherrel marah, dan hanya kepada Thunder ia bisa melampiaskan amarahnya.

"Kalau kau tidak ingin aku menangis, gantikan saja aku menangis!"

Ctazzz!

***

Bertahun-tahun berlalu. Cherrel meniup lilin dengan angka dua puluh lima dengan tatapan kosong. Kedua matanya tampak menghitam, kulitnya pucat, tampak begitu enggan untuk hidup.

"Bagus, Sayang ...," ucap Thunder sembari mengelus wajah Cherrel. "Selamat ulang tahun!"

Thunder memberikan sebuah kotak kado yang tampak begitu mahal. Namun, Cherrel hanya memandangnya dengan tatapan muak. Dengan kasar dibantingnya kado itu hingga jatuh ke lantai.

"Aku benar-benar muak dengan semua ini," desis Cherrel mendongakkan wajah, memandang wajah Thunder yang dipenuhi senyum sumringah.

Berbeda dengan penampilannya yang begitu sederhana; mengenakan celana pant, kaos putih oblong dan rambut yang begitu acak-acakan seolah tak disisir beberapa hari. Thunder, pria itu tampak begitu rapi dengan setelan jas kantor melipis. Rambutnya juga disisir rapi ke belakang, membuatnya tampak sangat berkelas.

"Kau boleh muak dengan dunia, tapi kau tidak boleh meninggalkanku," balas Thunder mengulum senyum sembari mengecup punggung tangan Cherrel. "Aku mencintaimu."

"Aku sangat ingin membunuhmu!" tukas Cherrel kesal.

Alih-alih merasa takut, Thunder justru tertawa. "Aku juga."

***

End

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


End

Reincarnation of The Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang