Pada akhirnya, aku terpaksa berdamai dengan kesedihan. Berdamai dengan segala hal yang membuatku menangis, takut, dan gelisah. Pada akhirnya, kesedihan itu tidak harus dilawan, namun dirangkul.
Dulu, sekali, aku menolak untuk berdamai dengannya. Aku ingin bahagia, ucapku kala itu. Namun kita lahir untuk merasakan berbagai emosi. Bahkan ketika kita dilahirkan pun, kita menangis. Tetapi untuk alasannya, ada banyak. Ada kemungkinan karena kita lapar, atau merasakan ada hal yang sakit. Bayi mana bisa menjelaskan melalu tutur kata. Benar, bukan?
Kini aku berdamai dengannya. Aku menerima meski sebenarnya tak terima. Aku berusaha lapang meski titikkan air mata terus ada.
Dunia, tidak selalu tentang aku. Dunia berputar pada porosnya.
Baik dan buruknya, selalu ada hikmah dibaliknya.