Utarakan

2 1 0
                                    

Pikiran ini kacau dan penuh. Rasanya tenggorokanku terlilit.

Teriak? Tidak.

Aku menahannya.

Mengutarakan hal yang sia-sia, tidak ada gunanya.

Di tengah malam yang sepi, aku menulis. 

Kalau menurut mereka aku hanya bisa menangis, aku akan berkata iya. Aku tidak pandai membela diriku sendiri karena renunganku akan terus berlanjut. Sehingga pembelaan itu lama-lama berisi rasa bersalah.

Aku tidak takut jika tidak ada yang menemaniku. Aku terbiasa akan kesepian sedari dulu. Terbiasa mengenal orang yang sebenarnya tidak ingin aku kenal.

Bagaimanapun, dunia ini tidak selalu berjalan sesuai ekspetasiku. Jadi aku mempersempit harapanku.

MINDEDNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang