22

142 4 0
                                    

Setelah bermalas-malasan seharian. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore. Byan yang sama sekali tidak berniat untuk datang terpaksa harus bersiap-siap.

Setelah membersihkan dirinya, Byan langsung bergegas memakai jas hitam yang sudah disiapkan oleh Bundanya.

Byan berdiri di depan kaca sambil menggerutu, "Coba aja yang dijodohin sama gue itu Nana."

Kemudian Byan mencari perban yang akan di gulungkan pada tangan nya yang terluka. Karya seni hasil memukul tembok semalam terpaksa harus ditutup.

Byan turun dari tangga perlahan, ia melihat Ayah, Bunda, dan Cici sudah menunggu dirinya. Ia hanya bertegur sapa dengan Bunda dan Cici. Byan bahkan sama sekali tidak menengok ke arah Ayahnya.

"Babay gendong," ucap Cici sembari mengangkat kedua tangan nya agar di gendong oleh Byan.

"Cici nanti jas nya Byan jadi gak rapih."

"Udah gapapa Bunda,"

"Yaudah ayo berangkat. Bawa dua mobil."

"Bunda, Cici mau sama Babay."

"Byan?" Tanya Bunda takut Cici nantinya merepotkan Byan.

Byan mengangguk bermaksud tidak apa-apa jika Cici bersama dirinya. Tak lama mereka berangkat ke Hotel Bintang Lima. Ada dua supir yang mengantar mereka pergi, mobil pertama ada Ayah dan Bunda, dan mobil kedua ada Cici dan Byan.

Selama perjalanan, Byan tidak bersemangat sama sekali. Cici yang melihat Kakak laki-lakinya murung pun bertanya, "Babay kenapa? Itu tangan nya sakit ya?" Tanya Cici khawatir sembari menunjuk tangan Byan yang diperban.

Byan yang tersadar dari lamunan nya, tersenyum tipis mendengar pertanyaan Cici. "Gapapa Ci," ucap Byan lalu mengelus kepala adiknya.

Byan berpikir sepertinya anak kecil seperti Cici peka dengan apa yang ia rasakan. Baru kali ini juga Cici ingin bersama dirinya, biasanya hanya ingin bersama Bunda.

Tak lama mereka sudah sampai ke Hotel itu. Bunda dan Ayahnya turun dari mobil disusul Byan yang juga turun dari mobil sambil menggendong Cici.

Mereka masuk kedalam dan berjalan kearah meja yang sudah direservasi. Byan melepaskan dan menaruh Cici diatas kursi dengan hati-hati.

"Bunda, Byan mau ke toilet bentar."

"Iya. Jangan lama-lama," ucap Bunda.

Nana baru saja sampai ke Hotel yang ia tuju. Mereka turun dari mobil dan berjalan menuju meja yang sudah direservasi.

"Leonn endong," panggil Rey meminta agar di gendong oleh Leon. Leon terkekeh pelan dengan permintaan adiknya dan langsung menurutinya.

Nana memperhatikan Leon yang sepertinya sudah akrab dengan Ray dan Rey. Bagaimana tidak, Leon saja jarang pulang ke rumah. Sudah dipastikan kalau Abang nya memang asik bermain bersama Ray dan Rey.

"Nanananana endong," ucap Ray yang membuat mata Nana terbelalak. "Tante sini biar Ray Hera aja yang gendong," ucap Nana terkekeh gemas melihat adiknya.

Siapa juga yang kuat kalo yang minta bayi begini.

Ibu Tirinya dengan senang hati menerima tawaran Nana. Kini ia bebas dari kedua anak kembarnya. Setelah sekian lama ada yang membantu dirinya menjaga Ray dan Rey.

Setelah itu mereka duduk di meja yang sudah direservasi. Sembari menunggu, Leon dan Nana sibuk dan asik tertawa menjahili dua adiknya.

Tanpa disadari, tamu yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya datang. Nana melihat laki-laki dengan jas hitam yang berpenampilan culun.

BYANTARA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang