Chapter 3

123 14 0
                                    

Ternyata rasa hancur bisa membuat seseorang kehilangan setiap rasa. Tangisan, tawa maupun senyuman semuanya pudar di telan kehancuran.

Begitulah yang dialami Caroline. Sehingga saat ini, Zachary masih mencoba segala cara untuk membuat Caroline bereaksi terhadap siksaan yang muncul pada benaknya.

"Duduk!" perintah Zachary pada Caroline.

Caroline pun duduk, walaupun di tempat duduk itu terdapat besi yang sudah dipanaskan, Caroline tetap saja mendudukinya.

Wajah Caroline tidak menunjukkan raut apa pun, dia menatap kosong ke depan. Entahlah, tidak ada siapa pun tahu apa yang dipikirkan oleh Caroline saat ini.

"Cih, lagi-lagi tidak berhasil!" gerutu Zachary.

Zachary pun mendekati Caroline, lalu berlutut di hadapan Caroline. Dia coba menatap wajah Caroline dengan lebih dalam. Apa sebenarnya yang berlaku pada wanita ini?

"Kau tidak mati?" tanya Zachary.

Caroline memutar bola matanya, menatap Zachary. Tiba-tiba terlihat bibir Caroline sedikit terbuka.

"Mati," sebut Caroline.

Zachary mengangguk, "Iya, kau tidak takut?"

Caroline cukup lama berdiam, hingga dia tiba-tiba menggelengkan kepalanya. Semburat merah kehijauan pada wajah putihnya begitu terlihat indah, namun sayangnya, Caroline tidak memiliki raut apa pun.

Zachary kembali berdiri dan menarik Caroline. Dia memeluk Caroline, lalu diusapnya punggung Caroline dengan lembut.

"Apa yang kau lalui? Aku benar-benar penasaran," ucap Zachary dengan lembut.

Dengan lembut? Zachary bersikap lembut? Yang benar saja!

Sebenarnya, Zachary sudah bertekad akan menjaga Caroline jika ide terakhirnya gagal. Oleh itu, seperti yang bisa terlihat, Zachary dengan memeluk tubuh Caroline dengan intens.

Ketika Zachary melepaskan pelukan, dia mengukirkan senyuman pada Caroline. Walaupun, Caroline tidak membalasnya, dia tetap saja tersenyum.

"Ayo! Aku akan menyuruh bibi Rara mengukur baju untukmu," ucap Zachary sembari mengandeng tangan Caroline.

Entah, Caroline mengerti atau tidak, Zachary tetap saja terlihat sumringah.

"Bibi, bibi Rara," panggil Zachary dengan sopan.

Rara yang berada di dalam dapur langsung saja keluar dengan wajah kebingungan. Kenapa ya Zachary bisa bersikap lembut?

"Iya, nak Zach," sahut Rara ketika sudah berada di ruang tamu.

"Bi, ukurkan tubuh Caroline karena aku akan menyuruh mereka membelikan baju yang layak untuknya," perintah Zachary.

Rara mengangguk, dia pun mengambil alat pengukur dan mengukur setiap inci tubuh Caroline. Setelah selesai, Zachary memanggil beberapa pengawal untuk membelikan Caroline pakaian dengan ukuran yang telah diberikan.

"Sabar ya, baju-baju bagus akan datang sebentar lagi," ujar Zachary sembari mencolek hidung Caroline.

Rara yang berada dekat mereka sedikit ragu, apakah ini semacam ide menyiksaan baru dari Zachary? Tidak mungkin 'kan Zachary begitu cepat berubah.

Zachary terlihat begitu memperlakukan Caroline dengan lembut. Senyumannya juga terlihat lebih tulus daripada biasanya.

Drrtt...

Ponsel Zachary berbunyi. Zachary merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya, dia melihat nama teman sekampusnya tertera dilayar.

"Ada apa, Ndra?" tanya Zachary setelah menjawab panggilan telepon tadi.

Psychopath Baby (TERBIT!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang