Long time no see

234 19 1
                                    

"Cuuuy, buset ada cewek cantik di belakang asrama! Aku dapat nomor WA- nya dong!" seru Jaya heboh. Ia baru saja kembali dari naik jaga, dan harus menyampaikan berita ini kepada teman-temannya yang lain.

"Siapa? Penunggu pohon beringin belakang asrama?"

Jaya melempari kaosnya yang basah karena keringat ke arah Harsa. "Bukanlah setan. Katanya Project Manager untuk pembangunan di belakang."

"Kecut banget woy, jijik!" teriak Harsa lalu menendang kaos milik Jaya hingga terpental jauh.

"Pembangunan apa?" Maven yang baru saja kembali dari Rumkit tidak tahan untuk tidak masuk dipembicaraan para anak muda itu.

"Diiih kudet. Pembangunan rumah dinas di belakang asrama kita lah," sewot Jaya yang kesabarannya memang setipis sendal swallow Galin.

Di Squad mereka, Maven memang menjadi yang tertua, tapi tidak bisa dipungkiri jika ialah yang sering terbuli.

"Gak boleh gitu sama orang tua, kualat baru tau," tegur Jenovan

Jaya tersenyum tanpa dosa, "Maaf, Ndan."

"Tumben masih sore udah rapi aja, Bang. Mau ke mana?" tanya Jizan

Jenovan memperbaiki tatanan rambutnya. "Mau ngapel. Semalam mau keluar gaada motor."

Galin menatap Jenovan dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan cup pop mie di tangan. "Mau balas dendam nih ceritanya gara-gara semalam gajadi malam mingguan?"

"Menurut ngana? Bang Maven, pinjam jaket, yah? Jaket aku basah semua."

"Pake aja, tapi jangan lupa bawa martabak."

"Siap bos."

"Bang Novan mah gitu, kalo sama Bang Maven aja baik. Pilih kasih," rutuk Galin

Jenovan menghela napas lalu mengelus pucuk kepala Galin hingga membuat sang empunya sontak menghindar.

"Ijin, Ndan. Geli!"

"Biar gak dibilang pilih kasih," ucap Jenovan santai.



.



.



.





Karena tidak membawa baju ganti lain selain baju yang ada di badannya saat ini, Jemina hanya bisa mendongkol dalam hati. Ia tidak diberitahu sebelumnya jika lokasi proyek terbaru mereka berada di pedalaman yang artinya jauh dari pusat perbelanjaan.

Waktu tempuh dari lokasi proyek ke kota memakan waktu hampir satu jam. Di sepanjang perjalanan hanya ada pepohonan rindang dan gunung-gunung yang berbaris rapi. Jika Jemina membuat perbandingan, setidaknya udara di sini jauh lebih segar daripada di kota-kota besar.

"Big bos gak ngasih tau dulu tah kalo mba ditugasin di sini?"

Jemina menggeleng. Bahkan ia merasa diusir dari perusahaannya sendiri.

Posisinya saat ini memang Project Manager di PT. GLORY ADITAMA, tapi perusahaan itu tetaplah milik Almarhum Ayahnya yang suatu hari nanti akan menjadi milik Jemina.

Menunggu Jemina benar-benar siap, perusahaan itu kini dikelola oleh pamannya sendiri yang sekarang menjadi bos Jemina.

"Paman emang se spontan itu dan kadang gak pake otak. Tunggu aku yang ambil alih perusahaan, biar aku deportasi dia ke perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan," kesal Jemina

Mobil mereka melaju memasuki area kota. Ternyata benar, Papua jauh lebih dingin daripada Surabaya. Mereka berhenti di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup besar dan ramai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAJAWALI [NOMIN] GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang