Terlihat Rei yang sudah terduduk di atas tanah dengan kursi roda yang sedikit jauh dari jangkauan. Ia di olok olok para bocil disana. Hagan yang melihatnya tentu saja geram , ia mengepalkan kedua tangannya dan berjalan mendekat.
"cukup!" sentaknya membuat seluruh atensi memperhatikannya , termasuk Rei yang ketakutan. Ia menatap takut dan senang pada Hagan, takut di marahi dan senang karna di tolong.
"Jangan ganggu! kita mau main sama dia!" balas salah satu bocah , namanya Teguh.
"iya tuhh!"
'pergi sana'
'gangguuu'"lo pada punya etika kaga?, pergi sono bocah! jangan ganggu suami gua!" balas Hagan lagi, ia hendak melempar sandal. untung saja tu bocil kabur semua.
"Sialan." gumamnya, ia mengangkat tubuh Rei dan mendudukkannya di atas kursi roda kembali.
Hagan membawa Rei ke rumah Alta kembali, ia di cerca banyak pertanyaan dari semua orang. Alta yang mengerti pun menyuruh Hagan agar tidur di kamar saja bersama Rei.
Malamnya...
Hagan menatap Rei yang masih tidur, tangannya terulur untuk mengusap pipi sedikit berisi sang empu. Bibirnya terangkat, Hagan tersenyum kecil.
"gemes. kenapa ya susah banget buat nerima lo Rei?" gumam Hagan, mengeluh pada Rei yang terlelap. Hagan menyelimuti Rei dan ikut tiduran di samping si empu, ia memeluk pinggang Rei dengan mata yang terus menatap manik teduh milik sang Suami.
"Istirahat yang nyenyak Rei,"
'cup..
Setelah dirasa kantuk mulai menyerang, Hagan ikut menutup matanya dan tertidur dengan posisi masih memeluk Rei.
"I love you."
••••
Seperti tujuan awal, sore ini kediaman orang tua Alta ramai sekali, karena acara ulang tahun adik perempuannya itu.
"Rei, bisa tolong bawain bungkus piring bolu ini?" titah Alda, mama Al. Rei yang kebetulan menganggur mengangguk, ia menerimanya dan menggunakan kursi roda menuju ruang tamu.
"bawa apa?" tanya Hagan yang ingin masuk dapur, ia ber 'oh' ria saat melihat bawaan Rei.
"tunggu disini, gua buang air kecil dulu." titah Hagan, tanpa menunggu jawaban ia segera lari kedalam kamar mandi.
"ih aneh," gumam Rei, namun tak urung ia menunggu sembari tersenyum senang.
Hagan datang kembali, ia langsung mendorong kursi roda suaminya itu tanpa berbicara panjang lebar.
•• Rei manggil Agan apasih😭😭.
Acara selesai, yang ada hanya sisa sisa bekas anak anak bermain. ya berantakan sekali rumah Al.
"kak, mau kemanakah? kita kan harusnya bantuin merekaa" tanya Rei saat Hagan malah membawa dirinya pergi dari rumah, dan sepertinya menuju halaman belakang.
(lupa rei manggil agan apa)
"hm," gumam Hagan tanpa membalas ucapan si empu.
Rei yang memang dasarnya takut hanya memilih diam, ia mengikuti arahan Hagan pada kursi rodanya.
"kapan ya aku bisa jalan.." gumam Rei pada dirinya sendiri saat tak sengaja melihat gadis seumuran dirinya yang berjalan dan berlari tanpa Halangan.
"nanti, butuh proses" balas Hagan tanpa menatap sang empu.
Hagan menghentikan langkahnya di depan sebuah pohon bunga, ia memetik satu bunga dan membungkuk di hadapan Rei yang setengah kaget dan salting.
"kenapa?"
tanpa menjawab Hagan memasang bunga itu pada sela telinga milik Rei, bibirnya terangkat sempurna (senyum ini) dan dengan nalurinya ia mengecup kening Rei.
Jangan tanyakan bagaimana hati rei sekarang, karena.. sudah pasti ia berbunga bunga.
"lo cantik, gue suka." tutur Hagan, ntah ia sadar atau tidak, namun tentu saja berhasil mengajak Rei terbang.
"a-ah hehee bi..bisa aja" balas Rei tersipu malu, Hagan terkekeh pelan dan mengangguk.
"Sorry, gua gagal jagain lo."
Rei terdiam, ia menatap kedua manik coklat milik Hagan bermaksud untuk mencari kebohongan. tapi ia tak menemukannya.
"gagal?"
"iya.. gua gagal, harusnya gua bisa jaga lisan dan ga nyakitin hati lo. Rei," jelas Hagan merasa bersalah, ia meminta maaf dengan sungguhan.
Hagan berjongkok, ia menghadap Rei dan memegang kedua tangan si Suami.
"Rei, mungkin gua belum bisa jadi suami yang baik.. yang bisa jagain lo dan sayang sama lo lebih dari apapun.. tapi tolong, jangan cape apalagi sampe nyerah. gua gamau nikah beberapa kali, cukup sekali seumur hidup." tutur Hagan, keduanya bertatapan beberapa waktu sebelum akhirnya hagan melihat arah lain.
Rei tersenyum dan mengangguk, ia mengangkat sebelah tangan hagan dan menciumnya tanpa di suruh.
"Aku janji, asal.. mas beneran mau berubah dan buka hati buat aku.." balas Rei, Hagan mengangguk cepat. ia menarik Rei kedalam dekapannya dan memeluk tubuh mungil itu dengan erat.
"bantuin ya? pelan pelan pasti bisa kok gua lebih sayang sama lo."
Rei yang terkejut atas perlakuan hagan tentu saja diam, ia membalas pelukannya dan mengangguk haru.
"coba dari pengubahan kata ya, aku kamu jangan lo gua terus.."
Hagan kembali mengangguk, ia akan menuruti permintaan Rei. ntahlah tapi rasanya, ia akan menyesal jika terus mengacuhkan lelaki mungil di dekapannya ini.
keduanya menghabiskan waktu bersama di tempat itu, bernyanyi, tertawa, hingga suara tangis dan tawa terdengar akibat Hagan yang Jail.
END.
••••••
BERCANDA☝️.
Tapi semisal ga rame udah pasti tak end beneran... maaf ya atas ketidak jelasan dan typo untuk halaman ini.. happy reading sayangg🙇♀️🤍.
maaf lama banget sampe duabulan ilang😭😭😭. muah
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Jodohkan || Hyuckren
General FictionPerjodohan yang harus Hagan terima dengan lapang dada , ia yang terpaksa harus bisa membiasakan diri dengan kehadiran seorang submissive. Reilo Hantres. bisakah semuanya berjalan mulus?atau banyak hal yang harus Rei lakukan agar Hagan bisa menerima...