3. Lo Nggak Boleh Mati!

87 7 0
                                    

Mendengar kata-kata keramat terlontar dari Senja membuat Cakrawala menghentikan gerakan tangan dan langsung menoleh ke belakang. Netranya terbelalak melihat adik tirinya sudah melangkah ke arah nakas. Sepersekian detik, dia langsung berlari dan memeluk Senja.

"Lepas, Bang, lepas! Gue mau mati aja, gue mau mati!!"

Meskipun berusaha berontak dengan kedua tangan yang memukul asal, tatapan mata Senja fokus pada laci. Di dalam sana, ada gunting yang bisa digunakan untuk mengiris urat nadinya. Kali ini, bukan sekedar gertakan seperti sebelumnya. Dia sudah teramat lelah dan memutuskan untuk mengakhiri hidup yang penuh sesak.

"Nggak, nggak boleh. Lo nggak boleh mati!" Cakrawala mengeratkan pelukannya tidak peduli seberapa keras Senja berontak.

Akan seperti apa jadinya kalau Senja mati? Bukankah akan percuma Cakrawala hidup jika orang yang paling dicintai tiada?

"Nggak! Lo nggak pengen gue hidup, lo pengen gue mati!" sergah Senja dengan raut memerah dan manik mata membola.

Jika Cakrawala ingin Senja hidup, dia tidak akan bersikap seperti itu selama hampir 3 tahun. Tidak akan melakukan hal-hal yang membuat adiknya merasa putus asa dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya berkali-kali.

"Sumpah demi apa pun gue nggak pengen lo mati. Itu sama aja gue bunuh diri, Senja," kata Cakrawala frustasi.

"Lepasin, Bang, lepas!"

Senja semakin kuat menggerakkan kedua tangan, bahkan kakinya pun ikut digerakkan. Kali ini dia benar-benar putus asa. Pikirannya kacau memikirkan kedua orang tuanya, jika sampai Cakrawala mengatakan perihal rencana gila untuk menikah.

"Diam!" bentak Cakrawala kesal.

"Gue capek, gue mau mati aja!"

Senja tidak lagi berontak, tetapi beralih mengacak rambutnya sendiri sampai menjambak seperti orang gila. Kemudian, meracau sambil memukul-mukul kepalanya.

"Gue bilang diam!!" bentak Cakrawala lagi.

"Gue capek, gue mau mati. Gue capek, gue capek, Bang, gue capek." Tubuh Senja melemas dengan tatapan yang terlihat kosong. Napasnya pun terdengar memburu karena terlalu banyak bergerak dan teriak.

"Ya udah, iya. Gue nggak bakal bilang ke Papa," ujar Cakrawala mengalah.

Melihat kondisi Senja yang tidak memiliki semangat hidup membuat Cakrawala takut. Sekarang mungkin dia berhasil menggagalkan rencana bunuh diri adiknya. Untuk nanti dan seterusnya, dia tidak yakin bisa karena tidak selalu bersama selama 24 jam.

"Bohong, Abang, bohong," sergah Senja menggeleng lemah dengan wajah yang sudah bersimbah air mata.

"Nggak, gue serius. Gue janji nggak bakal bilang apa-apa ke Papa." Raut wajah Cakrawala menunjukkan keseriusan. "Senja!"

Setelah ucapan Cakrawala terlontar, Senja jatuh pingsan. Mungkin dia lelah karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga. Mungkin juga karena terlalu stres dan ketakutan.

"Senja, bangun, Senja!" Cakrawala menepuk-nepuk pipi Senja sambil menopang seluruh tubuhnya.

Cakrawala terlihat sangat panik. Dia lekas mengangkat tubuh Senja dan membaringkannya ke tempat tidur.

"Senja, bangun! Plis, jangan bikin gue takut. Gue janji, gue nggak bakal bilang ke Papa. Sumpah gue nggak akan bahas apa pun masalah nikah."

Cakrawala mengusap-usap pipi Senja berusaha membangunkan. Rasa takut kehilangan menyeruak di dada. Bayang-bayang kekasihnya berlumuran darah dan sudah tak bernyawa membuat tubuh pria itu bergetar.

"Nggak boleh, lo nggak boleh mati," racau Cakrawala.

Pria itu membaringkan tubuhnya dan memeluk Senja dengan mulut yang tidak berhenti mengoceh. Entah sudah berapa lama, tanpa sadar Cakrawala tertidur.

Sepotong Asa Untuk SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang