5. Welcome to Makassar

83 6 0
                                    

Happy Reading
───────•°•❀•°•───────


Mentari bersinar cerah di langit-langit kota Makassar ketika  pasangan baru itu menginjakkan kaki di bandar udara internasional Sultan Hasanuddin. Zhan dan Yibo tidak datang berdua saja melainkan turut memboyong serta Hendrik, Kevin, Xafier dan juga si pendek Azka ke ibu kota metropolitan Sulawesi yang kerap dijuluki sebagai Kota Daeng tersebut.

Mengapa keempat orang itu bisa ikut? Bukankah liburan kali ini khusus untuk Yibo dan Zhan?

Semua berawal dari kehebohan yang dilakukan pria manis itu di grup WA mereka, dua hari sebelum keberangkatan. Kekasih dari Wang Yibo itu tanpa aba-aba langsung memberi gebrakan dahsyat yang sukses membuat para penghuni grup speachless. Bagaimana tidak, selain berbagi kabar bahagia atas jelasnya status hubungan yang dimiliki dengan sang kekasih, Zhan juga turut memamerkan tiket dan rencana liburannya dengan begitu antusias.

Kabar bahagia itu tentu saja disambut dengan suka cita. Sebagai sahabat, Hendrik, Kevin, Xafier dan juga Azka turut senang atas kejelasan hubungan keduanya. Dan karena kabar bahagia itu pulalah, dengan dalih pajak jadian, Kevin meminta atau lebih tepatnya  memaksa Yibo untuk mengikutsertakan mereka semua.

Yibo tak keberatan sama sekali. Uangnya lebih dari cukup untuk membiayai keempat sahabatnya. Sebelum memesankan tiket tambahan, ia memberitahu ibunya terlebih dahulu terkait bertambahnya jumlah personel yang akan ikut nanti. Niatnya hanya ingin meminta bantuan pada wanita paruh baya itu agar villa yang semula dipesan diganti dengan villa lain yang berukuran sedikit lebih besar.

Di luar dugaan, Lusi justru berbaik hati untuk membiayai semuanya. Itulah yang membuat mereka semua bisa berkumpul di sini---Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

“Ayo kita ambil bagasi dulu,” ajak Yibo yang langsung diangguki oleh yang lainnya.

Sebagai tuan rumah dalam acara liburan kali ini, Yibo menempatkan diri dengan baik. Ia memimpin jalan. Bersama dengan pujaan hatinya, pria tampan itu melangkah dengan percaya diri mengikuti arahan papan petunjuk yang bertuliskan “Baggage Claim” atau  “Pengambilan Bagasi.”

Di belakang keduanya, Kevin dan Azka saling melemparkan tatapan mengejek pada tautan tangan pasangan baru itu.

Bagaimana tidak, sejak turun dari pesawat, tak pernah sekalipun Yibo melepaskan tautan tangannya dari Zhan. Jari-jari ramping Zhan digenggam mesra, lalu diiring pelan mengikuti ke mana kaki pria itu melangkah.

The real posesif boyfriend,” celutuk Azka pelan. Takut jika ucapannya sampai ke telinga Yibo ataupun Zhan.

Di samping pria pendek itu, Kevin mengangguk menyetujui. “Bucin parah,” tambahnya.

Xafier hanya tersenyum kecil. Ia memang tak sejulid Kevin ataupun cerewet seperti Azka. Pembawaannya sedikit lebih kalem persis seperti seorang wanita.

Jarak ke tempat pengambilan bagasi tidak terlalu jauh. Hanya sekitar sepuluh menit berjalan kaki, mereka pun telah tiba di tempat tujuan.

Kepala sedikit mendongak ke atas untuk melihat layar monitor yang tersebar di area tersebut. Layar yang dimaksud menampilkan beberapa informasi seperti nama maskapai, nomor penerbangan, kota asal, juga nomor conveyor belt.

Di saat perkara bagasi telah selesai, Yibo dan yang lainnya buru-buru ke luar bandara. Pasalnya, beberapa saat yang lalu, Yibo baru saja menerima panggilan jika mobil yang akan menjemput mereka telah menunggu di luar.

“Kak Adrian!” panggil Yibo ketika iris tajamnya menangkap sosok pria dewasa yang tengah bersandar santai di samping mobil mewah tipe Toyota Alphard.

Scary holiday (Yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang