POV AUTHOR
Rumah Nayla yang biasanya terdengar canda tawa saat bersenda gurau dengan mamanya tercinta, kini nampak sepi.
Ranti Septiana, nama mama Nayla. Ia tak henti-hentinya sesenggukan menangisi kepergian anak semata wayangnya dengan cara terpaksa. Tubuhnya yang kuyu bangkit perlahan dari duduknya yang menahan sakit setelah mendapat dorongan keras dari mantan suaminya, Danu.
Tangan kirinya meraba-raba kepala bagian kiri yang terasa perih, setelah terbentur dinding kamar saat ia terjerembab tangan kekar Danu.
"Oh... kepala ku berdarah. Begitu teganya kamu memisahkan aku dengan anak yang ku kandung sembilan bulan dalam rahim ku. Ku susui selama dua tahun. Dan tak lupa ku bacakan dongeng di setiap menjelang tidurnya. Danu, kamu sudah melupakan janji manis mu saat akan menikah dengan ku. Saat aku tak berdaya dan sakit-sakitan, Kini kau tinggalkan dan kau buang begitu saja diri ku yang sudah tak berdaya ini," pekik Ranti meratapi nasibnya yang memilukan.
Sejak setahun silam, kesehatannya semakin menurun. Penyakit yang menggerogoti tubuhnya tak bisa dikendalikan lagi. Sudah banyak usaha yang telah dilakukan olehnya untuk mengurangi rasa sakit yang menyerang rahimnya.
Kanker leher rahim stadium empat, saat ini dideritanya. Milyaran uang sudah ia keluarkan untuk menyembuhkan penyakitnya. Hingga seluruh harta warisan dari orang tuanya telah habis ia jual, demi niat yang satu, sembuh dari keganasan penyakit yang menyerang dirinya setiap waktu.
Ranti yang dulu cantik jelita dengan berbagai penghargaan atas prestasinya. Hingga bisa memikat hati seorang pemuda tampan, anak satu-satunya pemilik pengusaha terkenal di kota tempat ia tinggal. Danuarta Wijaya, biasa dipanggil Danu, adalah salah satu dari sekian banyak pemuda yang berusaha mendapatkan perhatian dan cinta seorang gadis bernama Ranti.
Namun dengan kegigihan dan kesungguhan Danu, akhirnya Ranti tak bisa menolak cinta yang ditawarkannya kala itu. Dan akhirnya setelah lulus kuliah, Ranti memutuskan segera menikah dengan pengusaha muda penerus tahta perusahaan terbesar di kota itu, siapa lagi kalau bukan dengan Danuarta Wijaya.
"Aku mencintai mu Sayang. Aku sangat beruntung memiliki mu." Ucap Danu setelah resmi menjadi suami Ranti delapan tahun silam.
Kebahagiaan menaungi mahligai rumah tangga sepasang sejoli yang tengah di mabuk cinta. Tak ada celah yang bisa memisahkan kebahagiaan mereka, apalagi setahun kemudian lahirlah bayi cantik yang mereka beri nama Nayla Maharani Wijaya.
Namun, setelah beberapa tahun berlalu, badai besar telah menerpa ketenangan dan kebahagiaan istana yang di bangun Danu dan Ranti. Setelah dokter memvonis penyakit kanker leher rahim yang di derita Ranti sudah masuk stadium dua.
Kemoterapi telah ia jalani, namun takdir berkata lain. Kanker ganas sudah tak bisa dikendalikan lagi, sampai ia tak bisa menjalankan tugas sebagai seorang istri. Mulailah percekcokan dan masalah kecil yang muncul, hingga menyulut amarah Danu yang tak lagi bisa terpenuhi hasratnya sebagai seorang laki-laki normal.
"Mas, maafkan aku. Kini aku sudah tak bisa menjalani tugas ku sebagai seorang istri seperti dulu. Sekali lagi, maafkan aku Mas Danu. Hik hik," tangisan Ranti pecah, kala Danu mulai menyentuh tubuhnya yang ingin melampiaskan hasratnya.
Danu pun hanya bisa diam dan tak melanjutkan kegiatan ranjang yang seharusnya ia lakukan bersama Ranti, istri tercintanya.
"Sudahlah, kita tidur saja," jawab Danu untuk menutupi kekecewaannya.
Seiring berjalannya waktu, datanglah seorang wanita cantik jelita dengan pesona yang tak bisa Danu tolak karena sudah sekian lama ia menahan hasrat. Melisa, seorang wanita muda, cantik, badan molek, pintar, yang selalu menemani kegiatan kantornya, sejak ia mengangkatnya sebagai sekretaris di perusahaan tempat ia bekerja.
Ana ing tresno jalaran saka kulino, karena seringnya Danu dan Melisa menghabiskan waktu bersama, baik di kantor maupun kegiatan luar kota. Akhirnya tumbuhlah benih-benih cinta di antara keduanya.
Siapa wanita yang bisa menolak tawaran kasih sayang dari pria tampan, tajir melintir, pemilik perusahaan tersohor, Danuarta Wijaya? Demikian yang dirasakan Melisa sejak pertama kali, Danu berterus terang atas rasa yang ada dalam hatinya.
Hari demi hari, bulan demi bulan, akhirnya keinginan Danu untuk memiliki Melisa seutuhnya sudah tak terbendung lagi. Dengan berterus terang pada Ranti, ia putuskan untuk menikah lagi dengan sekretaris yang sudah ia pacari beberapa bulan terakhir.
"Ranti, seminggu lagi, aku akan menikah dengan Melisa. Aku butuh istri yang bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Kamu harus bisa menerimanya," demikian kalimat yang diucapkan Danu malam itu pada Ranti yang sudah tergolek lemah dengan rambut mulai rontok, efek dari kemoterapi.
"Iya iya... Mas. Aku bisa terima keputusan mu. Kamu juga berhak bahagia. Sedang aku sudah tak bisa memberikannya," jawaban Ranti malam itu dengan menatap sendu wajah Danu yang berdiri di depannya dengan senyumnya yang menawan.
Walau Ranti dengan kerelaannya bersedia berbagi suami dengan wanita madunya, namun dalam lubuk hati yang terdalam, ia tak bisa menerima begitu saja keputusan Danu. Apalagi setelah itu, Danu yang sebelumnya perhatian padanya, menjadi jarang pulang.
Pesona Melisa telah membuatnya terhipnotis dan berpaling pada istri barunya itu. Sedang Ranti tetap tinggal bersama Nayla putri semata wayangnya dengan keceriaan dan tingkah lucunya. Hari-harinya dihabiskan dengan bersenda gurau dan melampiaskan kasih sayang pada putri kecilnya yang semakin hari semakin pintar saja.
Namun, lagi-lagi penyakit kanker yang sudah masuk stadium empat membuatnya semakin menderita. Tubuh Ranti semakin tak terawat, apalagi Danu sudah semakin menjauh dan tak mau membiayai perawatannya lagi.
Rumah megah yang dimiliki Ranti, sebagai warisan dari kedua orang tuanya akhirnya ia jual demi pengobatan untuk dirinya. Lalu ia dan Nayla memilih tinggal di rumah sederhana yang Ranti beli dari sisa penjualan rumah mewahnya.
"Sayang, maafkan mama ya Nak. Mulai sekarang, kita tinggal di rumah ini. Nayla nggak boleh sedih ya!" ucap Ranti sambil memeluk putri kecilnya yang selalu tersenyum dan menghibur dirinya.
"Nggak apa-apa, Ma. Yang penting Nayla bisa terus sama Mama. Nayla sayang Mama," demikian ucapan lembut seorang Nayla kecil yang bisa meluluhkan hati mamanya. Hingga Ranti meneteskan air mata, karena rasa syukurnya telah diberikan seorang anak yang bisa mengurangi rasa sakit pada tubuhnya.
"Kenapa Mama nangis? Apa Mama sedih karena Papa sering marah dan nggak pernah ke sini lagi?" tanya Nayla dengan polosnya.
"Nggak Sayang. Mama nangis karena senang, masih bisa memeluk Nayla dan menemani Nayla sampai hari ini," jawab Ranti sambil memeluk erat tubuh Nayla di pangkuannya.
"Nayla janji, akan selalu menemani Mama. Mama nggak boleh nangis lagi ya." Ucap Nayla sambil menatap teduh wajah mamanya yang semakin keriput digerogoti penyakitnya.
Jari-jemari Nayla menyentuh pipi Ranti, dan mengelap dengan perlahan sisa air mata yang membasahi kedua pipinya.
"Terima kasih, Sayang. Mama sayang Nayla." Ranti tersenyum merasakan sentuhan lembut tangan kecil Nayla.
----------------
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPALSUAN MAMA TIRI
General FictionImpian saat ulang tahun ku yang ke tujuh adalah ucapan selamat dan mendapat ciuman dari orang-orang yang kusayangi. Namun bukanlah itu yang kudapatkan, tapi perceraian papa dan mama yang membuat nasib ku berubah drastis. Apalagi sejak itu, aku di p...