Ibu

10 1 0
                                    

"Ibu."

Langkah kaki itu berlahan mendekat kearah wanita paruh baya yang sedang asyik membelai seekor kucing luar berbulu hitam hingga membuat wanita itu berdiri dan menoleh kearahnya dengan kebingungan.

"Siapa ya?"

"Ini aku Rey, Reynard Mahavir Bagaskara, apa ibu masih mengingatku?" Tanya Rey dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Reynard?" Tanya wanita itu yang penuh keraguan.

Pemuda itu pun dengan cepat memperlihatkan foto keluarga mereka agar wanita di depannya percaya kepadanya.

"Aku Reynard anakmu, apa Ibu mengingatku?"

Seketika wanita itu terkejut dan tangannya kini meraih wajah pemuda itu dengan setitik air mata terjatuh ke pipinya.

"Ini beneran Rey? Dimana pipi tembabmu? bagaimana cara ayahmu merawatmu?" Tanya sang ibu yang kemudian menangis, begitu juga dengan Rey sembari menarik lembut sang ibu yang sudah lama tak ia temui ke dalam pelukannya.

"Hikss....aku merindukanmu."

Kini di ruang tamu yang terbilang kecil, Aubrey dengan senang hati menyuguhkan secangkir kopi untuk Rey dan terus menatap wajah anak di hadapannya yang semakin tampan itu.

"Bagaimana kamu bisa menemuiku disini? Bagaimana kabar kalian?" Tanya wanita itu dengan Ramah.

"Kabar kita baik, dan aku mendengar kabar bahwa ibu di Yogyakarta, makannya aku kesini," jelas Rey yang membuat hati wanita itu tersentuh.

"Apa kau mencariku selama ini?"

"Iya! tentu saja, di tambah lagi Ruby yang sangat ingin bertemu denganmu,"

"Ruby? Adik kalian?"

Rey pun menganggukan kepalanya dan menunjukan sebuah foto saat mereka bertiga sedang bermain di time zone, dan seketika itu pula air mata Aubrey kembali mengalir.

"Ohh, dia sudah sangat besar rupanya...Anakku yang malang, sepanjang hidup ibu, ibu sangat menyesal ketika meninggalkannya saat bayi begitu saja."

Ketika melihat sang ibu yang kembali menangis, Rey pun berpindah tempat untuk duduk di sebelah ibunya dan memeluknya.

"Bagaimana kalian bisa bertemu?" Tanya Aubrey sembari menghapus air matanya, sedangkan Rey tersenyum mengingat pertemuan pertama mereka.

"Saat itu Ruby terlihat masih polos, dia mengetuk apartement kami dan menyuruh kami untuk mengurusnya..."

Aubrey mendengarkan cerita putra sulungnya itu dengan seksama, beberapa kali hatinya terenyuh saat mendengar beberapa kejadian yang mereka alami.

"Apa ibu mau ikut denganku untuk bertemu dengan Raymond dan Ruby?" Tanya Rey dengan lembut.

"Ibu ingin, tapi ibu belum siap."

"Kenapa?"

"Suatu saat ibu akan menceritakannya kepada kalian bertiga, jadi kapan-kapan ajaklah kembaranmu dan juga adikmu untuk kesini. Karena kamu sudah telanjur menemukan ibu, jadi ibu akan selalu terbuka untuk kalian."

Setelah menghabiskan hari dan tidur di tempat Aubrey, Rey pun kini kembali ke Jakarta dengan perasaan senang, bahkan di otaknya telah tercipta berbagai rangkaian kejutan yang hendak ia berikan kepada kedua saudaranya itu.

Sedangkan Raymond dan Ruby kini masih disibukan oleh kegiatan akademik mereka bahkan mereka pun juga tidak terlalu mempedulikan Rey yang baru saja pulang kerumah.

Hingga tibalah hari dimana pengumuman kenaikan kelas Ruby dan juga pengumuman akan kelulusan sidang skripsi Raymond.

"REY!! GUE LULUS!!" Teriak Raymond bersemangat dan langsung memeluk kembarannya yang tengah menjaga kasir itu hingga semua perhatian teralih kepada mereka.

Our Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang