9 - TREVOR

68 26 56
                                    

Happy Reading!

. . .
. .
.

┊⌇ ⌦ Chapter nine: I hate to see them together ❞

ㅤㅤ
ㅤㅤ
ㅤㅤ
Dari dalam gedung sekolah, aku mendengar suara bel pulang berbunyi nyaring. Aku menegakkan punggung, jantungku berdetak kencang dipenuhi rasa antisipasi. Mataku memindai satu demi satu wajah siswi yang berjalan keluar dari gerbang sekolah, mencari keberadaan gadis yang telah kunanti sejak tadi.

Senyumku segera mengembang begitu gadis itu berjalan keluar gerbang, ditemani dua orang teman perempuannya. Aku melihatnya tersenyum dan tertawa, sebelum melambaikan tangan lalu memisahkan diri dari kedua siswi tersebut.

Aku segera turun dari motor dan menghampirinya. Namun sebelum aku sempat mencapainya, gadis itu telah lebih dulu mendekati sebuah mobil tua yang terparkir di dekat gerbang, beberapa meter jauhnya dari motorku.

Wajahku berubah pias begitu aku menyadari siapa pemilik mobil tersebut. Grey.

Sial. Aku keduluan.

Mengabaikan rasa kesal yang membuncah di dada, aku memfokuskan perhatian ke arah mereka. Aku melihat Lily memasuki mobil Grey, dapat melihat interaksi kecil keduanya melalui kaca belakang mobil yang transparan.

Aku segera mengenakan helmku begitu menyadari mobil Grey hendak pergi meninggalkan area sekolah. Aku menghidupkan mesin motor, dan mengikuti ke mana perginya mobil tersebut.

ㅤㅤ
Aku menjejalkan kedua tangan ke saku jaket. Sambil berusaha menyembunyikan diri di kerumunan, aku mengikuti sejoli itu dari jarak aman.

Lily terlihat riang hari ini, terlepas dari apa yang telah dia saksikan kemarin malam di club. Aku bisa merasakan bahwa gadis itu sedang menghindariku. Lily tak membalas pesanku, dan tak menjawab ketika aku menelepon.

Baru beberapa jam tak berkomunikasi, aku sudah merindukan gadis manis yang selalu mengejarku itu. Aku merindukan pesan singkatnya, aku merindukan pesan suara yang selalu ia kiriman tiap kali gadis itu merasa kesal atau ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, aku rindu foto-foto random yang selalu ia kiriman padaku. Aku merindukan keberadaannya di dekatku.

Sial, ini berita buruk. Aku jatuh hati terlalu dalam pada Lilybeth Davis.

...Tapi, kenapa kebenaran itu tak terasa menyeramkan setelah aku berhasil menerimanya?

Karena tenggelam terlalu dalam pada pikiranku, pundakku menyenggol salah satu pengunjung tanpa disengaja.

Pria yang kutabrak tampak mengerutkan kening dan melirik sinis ke arahku, membuatku meringis seraya aku menggumamkan permintaan maaf padanya. Untungnya, pria itu melenggang pergi tanpa berkata apa-apa.

Ketika aku mengalihkan pandangan ke depan, aku menyadari bahwa Lily dan Grey telah berada jauh di depanku. Aku mempercepat langkah demi mempersempit jarakku dengan mereka.

Di sana, aku melihat Grey meraih lengan Lily dan menarik gadis itu memasuki sebuah toko boneka. Sesuatu yang diucapkan pria itu membuat mata Lily berkilat penuh semangat.

Gadis itu memisahkan diri dan berlari kecil mengitari toko. Aku tersenyum pada diri sendiri, terpesona. Lily terlihat seperti gadis kecil di toko permen. Penuh antusias.

Aku memperhatikan dari luar toko. Kaca transparan toko boneka tersebut mempermudahku mengawasi Lily dari tempat aku berdiri. Gadis itu berlari kecil ke sana kemari, dengan tiga buah boneka terdekap erat di kedua lengannya.

Fokusku teralih pada Grey yang terlihat ikut memasuki toko. Namun sepertinya, dia memisahkan diri dari Lily. Karena ia terlihat seperti pencuri yang sedang mengendap-endap memasuki rumah kosong.

Meant To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang