21 - RAFAEL

4 1 0
                                    

Happy Reading!

. . .
. .
.

⁺୭̥⌠⌬﹞Chapter twenty one: private bargain ◌. °

ㅤㅤ
ㅤㅤ

"Selamat datang," aku menyambut tamu yang baru datang dengan senyum ramah. Setelah bersalaman dan menyuruh mereka untuk menikmati pesta malam ini, aku kembali melangkah mengitari ruangan, menyalami dan menyapa tamu lain.

Mataku menyapu sekeliling selagi berjalan, mencari keberadaan istriku. Aku menemukannya tengah duduk di salah satu kursi bar, sedang berbincang dengan segerombolan wanita sebayanya.

Sebuah senyum terulas di bibirku ketika aku melihat Mia tertawa. Oh, lihatlah wanita itu. Dia terlihat begitu menawan ketika tertawa.

Dan seakan merasakan tatapanku, Mia menoleh ke arah tempatku mematung. Matanya memeriksaku dari atas ke bawah. Dia lalu mengerlingkan sebelah mata, sudut bibirnya melengkung membentuk sebuah senyum menggoda. Mia mengangkat sebelah tangan dan menggoyangkan jemarinya, menyapaku dari jauh.

Aku menahan diri untuk tak tergelak karena melihatnya mencoba menggodaku dari jauh. Sungguh, siapa yang mengajari Mia untuk menggoda pria seperti itu? Apakah itu kelakuan sepupunya? Hannah memiliki sifat yang tak jauh berbeda dari suaminya, Jasper.

Pria yang telah lama menjadi sahabatku itu mempunyai reputasi sebagai penggoda wanita sejak kami masih kuliah dulu. Aku tidak paham bagaimana mereka bisa berakhir menikah, tapi aku senang melihat keduanya bahagia dengan satu sama lain.

Menggelengkan kepala demi membuyarkan lamunan, aku memutuskan untuk menghampiri istriku. Namun belum sempat aku mengambil langkah, seorang wanita menghadang jalanku.

"Mr. Davis," sapanya dengan nada ramah yang dibuat-buat.

Keningku mengernyit. "Apa aku mengenalmu?"

Aku memperhatikan wanita itu baik-baik. Dia terlihat familier. Di mana aku pernah melihatnya?

Wanita itu mengulurkan tangan dan memberikan senyum terbaiknya. "Cece Morgan," ia memperkenalkan diri.

Aku menjabat tangannya yang terulur, tak mengenali nama itu.

Seakan menyadari kebingungan dari raut wajahku, dia berdecak dan menjelaskan, "Cece Hawkins."

Ah. Sekarang aku mengenalinya. Celeste Hawkins. Ibu kandung dari Trevor. Kenapa wanita ini menemuiku? Apa ada sesuatu yang dia incar?

"Oh. Halo." Aku menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa aku mengenalinya, dan memberi gestur bahwa aku memperbolehkan wanita itu untuk menjelaskan maksudnya menghampiriku.

Mata wanita itu melirik ke sekeliling. "Bagaimana jika kita bicara di tempat yang lebih privat? Aku perlu bicara empat mata denganmu," pintanya.

Lagi-lagi, keningku berkerut heran. Ada sesuatu yang mencurigakan dengan tujuan wanita itu. Namun rasa penasaran berhasil memenangkan pergulatan batin yang saling berteriak di dalam kepalaku.

Mataku mencari keberadaan Mia di meja bar. Aku tahu jika dia pasti memperhatikan kami sejak tadi, jadi aku meminta ijin padanya melalui pandangan mata.

Aku melihat istriku memicingkan mata ke arah Cece. Ketika pandangannya kembali padaku, bibirnya yang dipoles lipstik merah mengerucut, dahinya mengernyit, menyiratkan ketidaksukaannya akan kehadiran wanita di hadapanku. Tapi pada akhirnya, Mia mengangguk samar, mempersilakanku untuk berbincang dengan Cece.

"Baiklah," aku akhirnya bersuara. "Mari. Lewat sini."

ㅤㅤ
Aku membawa Cece ke sebuah ruangan kosong yang terletak tak jauh dari ballroom pesta, namun cukup untuk memberi kami sedikit privasi. Aku sengaja tak menutup pintunya demi menepis pikiran buruk orang-orang yang mungkin melihat kami tengah bersama.

Meant To BeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang