Bagian Kedua

486 33 5
                                    

Sweetheart

Sam memutar pensil yang tengah ia genggam dengan gelisah. Sebentar lagi sudah jam istirahat, dan saat surat kemarin diambil, ia belum membacanya karena bermaksud membacanya di kamarnya. Tapi, karena nasibnya yang sedang sangat malang, ia malah bertemu dengan sang iblis yang merebut suratnya.

Dan pada siang ini, Sam diharuskan untuk membantu pembelajaran Anthony. Sam ingin sekali melompat ke jurang karenanya, dan sekarang ia harus membantunya.

Setelah beberapa lama, bel pun akhirnya berbunyi. Norah menegur Sam yang terus tenggelam dalam lamunan.

"Samantha Atkins!" panggil Norah lagi. Sam menoleh ke arahnya. 

"Norah." balas Sam. Norah memutarkan matanya.

"Ding dong. Bel berbunyi, waktunya makan?" ujar Norah.

"Oh, ya tentu saja." Sam bergegas  membereskan bukunya dan mengikuti Norah pergi ke kantin. 

Sam sedang memilih antara stroberi atau cherri ketika tiba-tiba, bayangan yang tinggi besar menggelapkan pandangannya. Sam berbalik dan menemukan Anthony. "Ikut denganku." ujarnya sambil mengambil piring yang sedang Sam pegang.

Sam yang tidak ingin membuat keributan pun mengikutinya dengan tidak acuh. Namun, Sam berdiri terpaku ketika ia menyadari bahwa Anthony meletakkan piringnya di meja populer. Meja populer adalah julukan untuk meja yang berada di paling tengah di ruangan kantin yang hanya diduduki oleh orang-orang yang berada di tingkatan sosial teratas di sekolah.

"Apa yang kau tunggu, Atkins?" tegur Anthony. Dan karenanya, semua orang yang duduk di meja populer menoleh ke arah Sam. 

Sam tertawa gugup. "Ah, tidak apa-apa. Makanlah, aku harus membeli yang baru." ujar Sam lalu langsung melarikan diri. Tapi, ia dicekal oleh Anthony.

"Duduklah, Atkins." bimbing Anthony dengan licik. Ia menuntun Sam yang terpaksa ikut dengannya dan duduk.

"Aku tidak bisa meninggalkan Norah sendirian." protes Sam. 

"Dan kau tidak meninggalkannya." ucap Anthony sembari menunjuk ke arah Norah yang sedang duduk di meja populer juga sambil bercanda ria dengan yang lain. Memang adalah sifat alami Norah untuk bisa bergaul dengan siapa saja. Tetapi, karena Sam, Norah harus terjebak bersamanya walaupun Norah yang menginginkannya. Dan, Sam merasa bersalah karenanya.

"Jadi, kau adalah teman baru Tony?" tanya laki-laki yang Sam ketahui bernama Henry Peterson padaku. Sam membalas pertanyaannya dengan mengangguk kaku. Henry tersenyum dengan menawan pada Sam. 

"Dan, namamu adalah?" tanyanya lagi. Sam merasa agak tercekat karena tiba-tiba, ia yang biasa dianggap tidak ada malah sedang berbicara dengan Henry Peterson dan duduk dengannya.

"Samantha." jawabnya.

"Tenanglah Samantha, tidak ada yang akan memakanmu di sini." ucap Heny diselingi tawa ringan. Dan Henry menenangkan Sam dengan pesonanya. Keduanya berbincang hingga akhirnya pembicaraan mereka membuka kesempatan pada Sam untuk berbicara dan berteman dengan yang lainnya seperti Quinton, Chelsea dan yang lainnya.

-

Waktu berlalu dengan cepat. Kini sudah tiba waktunya untuk Sam untuk membimbing Tony. Ketika Sam sampai di perpustakaan, Tony menyerahkan seluruh tugasnya kepada Sam lalu pergi ke arah balkon begitu saja.

Ketika Sam baru akan mulai mengerjakan, ia sadar bahwa pensil yang ia bawa sudah hilang dan tidak tersisa satupun dan tidak ada seorang pun di perpustakaan sekarang selain penjaga perpustakaan, Tuan Egan yang terkenal galak. 

Mengumpulkan kesabaran, Sam berjalan menuju ke balkon hanya untuk menemukan Tony sedang merokok. "Kau tahu, kau seharusnya menyayangi kehidupanmu." ucap Sam dengan sinis.

"Dan kau tahu, kau juga seharusnya menyayangi kehidupanmu dengan mengerjakan tugasmu." balas Tony.

"Aku tidak mengerjakan tugas sekolah untuk orang mati." jawab Sam. Tony menghela nafas dalam lalu membuang rokok itu. 

"Kau puas?" tanya Tony.

"Tidak begitu. Semua alat tulisku hilang." keluh Sam. Tony melangkah masuk ke dalam perpustakaan sehingga Sam mengikutinya. Tony pun mencari perlengkapan menulis yang bisa ia temukan dalam tasnya. Selagi Tony mencarinya, Sam melihat sebagian kecil kertas amplop berwarna oranye yang ia yakini adalah miliknya. 

Tanpa aba-aba, ia segera merebut benda itu dari tasnya. Ternyata itu hanyalah secarik kertas berwarna oranye polos. "Kau pikir aku sebodoh itu, Atkins?" tanya Tony dengan nada kemenangan. Sam hanya memutarkan bola matanya.

Setelah menemukan apa yang dicari, Sam pun melanjutkan untuk mengerjakan tugas Tony dengan Tony duduk di sampingnya dengan wajah bosan.

"Kerjakan ini." perintah Sam padanya. Tony menautkan kedua alis matanya. "Seingatku, kepala sekolah kita, Ny. Allen mengatakan bahwa aku harus membimbingmu. Bukan mengerjakan seluruh tugas ini." lanjut Sam sambil tersenyum.

"Baiklah, Atkins. Kau menang kali ini." ujar Tony tanpa bisa menyembunyikan senyuman yang keluar dari bibirnya sendiri setelah melihat Samantha Atkins tersenyum. 

"Jadi, siapa yang sebenarnya sudah mengirimkan surat itu untukku?" tanya Sam dengan pelan. Tony menatapnya kembali, berusaha menetralkan ekspressinya.

"Nanti kau juga akan tahu." jawabnya

Setelah beberapa lama, keduanya mulai bisa berbicara dengan lebih santai meskipun keduanya tetap saling mengejek satu sama lain. Tiba-tiba, dering ponsel yang bernada konyol mengisi udara di sana. Sam terburu-buru menjawab panggilan itu agar suaranya langsung reda dan tidak mengganggu Tn. Egan. 

"Halo?"

"Atkins. Kau sedang ada di mana?" suara yang Sam kenali sebagai suara Norah bertanya padanya.

"Di perpustakaan, Nor." jawab Sam.

"Kalau begitu, Quinton akan pergi ke sana untuk menjemputmu dalam sepuluh menit." Setelah itu, Norah menutup panggilan tersebut tanpa memberikan Sam kesempatan untuk menjawabnya. Ia bermaksud untuk menelpon Norah lagi, tetapi baterai yang lemah tidak memungkinkannya untuk bisa melakukan panggilan keluar. Ia berbalik lagi dan melanjutkan sesi belajar dengan Tony,

"Ada apa?" tanya Tony sambil serius mengerjakan essai.

"Entahlah, Quinton akan menjemputku dalam sepuluh menit." jawab Sam dengan jujur.

"Quinton?" tanya Tony. Sam hanya mengangkat kedua bahunya.

-

Ketika Quinton sampai di sana, Quinton membawa Sam pergi ke salah satu restoran favoritnya di kota yang ternyata adalah rumah Henry, teman barunya. Meski Henry sedang tidak ada dan hanya ada mereka berdua, Quinton dengan berani memesan enam makanan dengan porsi ekstra. 

"Kau sudah gila, Quinn." ujar Sam yang mulai mengakrabkan diri dengan Quinn.

"Apakah kau takut, Sammy?" tanya Quinn dengan nada menantang. Sam tersenyum lebar menerima tantangan Quinn. Ketika makanan sudah tiba, keduanya memakannya dengan lahap bahkan tidak tersisa.

"Jadi?" tanya Sam dengan senang.

"Kuakui, kau itu lumayan hebat nona Atkins." puji Quinn yang menuangkan keceriaan yang lebih kepada Sam. 

"Kau juga tidak buruk, Quinn." balas Sam. Tak berapa lama setelah keduanya selesai, Quinn mengantar Sam pulang ke rumah dengan mobilnya. 

"Quinn, terima kasih untuk hari ini." ucap Sam dengan tulus.

"Hari ini?"

"Yup, kau sudah menjadi teman baruku hari ini." ucap Sam sambil tersenyum. Dan senyuman Sam, adalah sesuatu yang menular. Quinn ikut tersenyum dengannya. 

"Tentu saja, Samantha."




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang