Bad Revenge || Tiga

1.4K 26 2
                                    

"Selamat pagi, Ale-Ale!"

"Lagi apa nih? Baca buku apaan nih?"

Sia yang semula mendiamkan sosok yang merecokinya akhir-akhir ini jadi mengerang kesal. Dia sedang membaca buku, untuk mempelajari tentang bagaimana mejadi sekretaris yang baik karena akhir-akhir ini Ean terus saja mendamprat dirinya karena banyak salahnya.

Tapi dia bersyukur sih, lebih baik Ean galak dan selalu marah-marah daripada mesum penuh dendam pada dirinya.

Ngomong-ngomong, selain si Bima yang sering muncul akhir-akhir ini di sekitarnya, Ean juga nampak aneh karena bersikap seolah baru mengenal dan cukup profesional. Tidak seperti pertemuan pertama dan kedua.

Tapi, enggan memikirkan dia lebih baik bersyukur dan tidak berharap yang tidak-tidak. Semoga saja Ean akan terus begitu dan tidak dendam padanya. Karena apa yang dia lakukan juga demi kebaikan Ean sendiri.

"Galak mulu perasaan hari-hari," gerutu Bima saat Sia menabok dirinya dengan buku karena kesal dia terus bertanya. "Kita berteman udah seminggu nihh, masa ketus mulu sih lo Ale-Ale sama gue."

"Gak usah sok akrab manggil Ale-Ale." ketusnya.

Sebenarnya Sia itu pribadi yang asik, tapi karena yang datang pada dirinya manusia modelan Bima yang nyebelin ya dia males banget beramah tamah. Malah rasanya pengen nampol mulu karena banyak banget kelakuan ajaib yang Bima lakukan di depan umum.

Contohnya waktu di bis Bima pernah minta makanan ke penumpang lain, jailin anak orang, minta makanan punya bocah juga, gombalin nenek-nenek dan kadang kalo dia abaikan berakhir ngobrol sama orang lain yang sekiranya ramah, kalau gak ada orang yang cocok diajak berinteraksi Bima berakhir merenung, seperti bocah kehilangan permen. Ekspresinya menyedihkan sekali.

Sia jadi berkesimpulan, kayanya Bima tuh manusia yang gak bisa diem. Satu jam diem kayanya dia bakal sawan.

Bima berdecak. "Kan kita emang udah akrab, udah seminggu nih kita naik bis bareng mulu pulang pergi. Udah kenal juga, gapapa lah manggil gitu. Biar beda dari yang lain, Ale-Ale kaya merk minuman eheheh." cengengesannya.

Sia diam saja, dia kembali membaca bukunya sembari menunggu bis. Hari ini ada meeting penting juga, bertempat di hotel. Dan dengan petinggi perusahaan yang besar-besar. Sia jadi gugup mendengar informasi tersebut dari Yoga—asisten Ean—secara dia belom pernah menjadi sekretaris sebelum-sebelumnya.

"Dih, di anggurin lagi gue."

Tanpa niat menjawab, dan bis sudah datang. Sia langsung bangkit dan naik ke sana, tentu saja Bima langsung mengekor.

"Gak usah ngikutin gue lo!" delik Sia saat mencari kursi yang kosong.

"Daripada lo sama om-om mesum, udah paling mending duduk sama gue sih, Le."

Sia mendengus. "Gue bukan Lele!" serunya tidak suka. Apaan, Le-le gitu.

Berakhir mereka duduk berdua lagi, karena kursi yang tersisa tinggal tiga. Yang satu sudah di tempati oleh bapak-bapak bertato membuat Sia ngeri untuk duduk bersama bapak-bapak itu.

"Bisa gak sih gak usah ngikutin mulu!?" ketusnya setelah duduk.

"Lah, siapa yang ngikutin?" bingung Bima.

"Ya lo lah!" jawab Sia ngegas.

"Mana ada! Gue gak ngikutin yaa." jawabnya.

"Terus seminggu belakang ini apa? Lo muncul mulu perasaan bareng gue, sebelumnya juga gak pernah ada di sekitar halte pas gue balik atau pergi kerja." cerocosnya pertama kali pada Bima. Agaknya Sia mulai kesal dan muak.

Dan yang terjadi, Bima malah tertawa. Kesel bener Sia kalau udah begini. "PD benerrr," ledeknya. Tapi tak lama dia menjelaskan. "Gue gak ngikutin lo kali." katanya.

Bad Revenge || I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang