Bad Revenge || Empat

1.2K 32 12
                                    

Setelah berdandan cukup lama akhirnya Sia selesai dengan dandanannya. Dia memakai make up sesuai kemampuan yang dia punya. Sebenarnya kepribadian Sia sedikit tomboy, tapi saat memasuki perusahaan yang jabatannya menjadi seorang sekretaris dia langsung belajar banyak untuk merubah penampilan.

Ya, masak iya seorang sekretaris berpenampilan seperti pria? Kan gak mungkin, gak menarik dongg.

Tapi, malam ini Sia cukup puas dengan make up nya yang dia pelajari dengan otodidak. Tidak mengecewakan, dan... Cukup cantik menurutnya sendiri.

Berdiri di depan kaca full body yang ada di kamar, Sia memutar tubuhnya ke kiri dan kanan dengan takjub. Dandanannya di wajah tidak terlalu memukau sama sekali menurutnya. Tapi, karena dress yang dia kenakan terlihat begitu mewah Sia merasa begitu menyala-nyala.

Beneran enggak menyangka dia bisa memakai baju semahal ini. Mana sampai sekarang masih gemeteran, takut-takut bajunya rusak dia pakai.

"Duitnya nyisa-nyisa sampai beli baju beginian, buat meeting semalem doang padahal." gumamnya masih takjub.

Dress yang Sia kenakan berwarna hitam, bukan dress seksi. Cuttinganya juga tidak yang seksi begitu. Tapi, bagian rok bawahnya cukup pendek, hanya sebatas atas lutut. Jadi, Sia menambahkan stoking untuk dia kenakan. Warna stokingnya pun berwarna kulit, dia hanya meminimalisir penampilan yang buruk.

Siapa tau tanpa dia ngeh ada koreng di kakinya, kan gak lucu.

Bagian lengannya panjang, dan lehernya berjerah model blaser yang memanjang seperti kupu-kupu, dan bagian depannya terdapat kancing yang berfungi sekaligus membuat dress tersebut menjadi semakin cantik.

Sia berpose beberapa kali, dia mundur menjauh dan berjalan berlenggak-lenggok di depan kaca. Kemudian dia malu sendiri, tapi tetap saja Sia melanjutkan karena siapa tau nanti jalannya aneh.

Ke kiri, ke kanan, mundur, maju ke depan, dan berhenti di tengah. Kegiatan itu dia lakukan beberapa kali, sesekali Sia berdialog tidak jelas juga. Hingga, suara cekikikan membuat Sia langsung menoleh cepat ke arah pintu.

"Nara dari kapan di situ??" tanyanya pada sang adik itu.

Sia malu sekali, wajahnya saja sudah memerah. Arghhh! Memalukan! Mana tadi dia berlagak seperti sedang menjelaskan sesuatu lagi. Udah kaya dosen aja.

Nara masih cekikikan. "Kakak lucu," katanya bukannya menjawab.

Sia jadi malu, dia cemberut. "Ish! Sengaja ya kamu? Malah nonton Kakak, kan malu, Naraa." serunya merengek seperti bocah dan duduk di ranjang.

Nara menghentikan sisa kikikannya dan mendekati Sia. "Kenapa malu? Orang Kakak Nara emang cantik kok. Coba ngaca, cantik banget. Nara baru kali ini loh liat Kakak dandan secantik ini. Nanti ajarin Nara ya kalo udah gede." serunya berbinar-binar.

Sia jadi terkekeh, dia acak rambut adiknya yang panjang. Adiknya yang sedang di fase remaja baru pubertas itu memang sedang menyukai hal-hal yang berbau wanita dewasa. Bukan wanita dewasa sih, tapi memang apapun yang di pakai oleh wanita yang rata-rata sudah berumur tinggi. Tapi, bukan berarti anak di bawah umur tidak boleh pakai.

"Siap! Nanti Kakak ajarin, tapi Nara harus buktiin ke Kakak dulu nilainya bakal naik dari sebelumnya pas kelulusan nanti."

"Oke! Aku bakal belajar lebih giat lagi! Aku bakal buktiin ke kakak kalo aku bisa!"

Tawa Sia menguar, dia gemas dengan adiknya yang ceria sekali ini. Dia masih enggak nyangka, Nara yang masih kecil sekali yang dulu berjalan saja suka jatuh-jatuh kini sudah begitu besar.

Sudah berapa lama mereka habiskan tumbuh dan berkembang bersama, juga bertahan dan berjuang. Ternyata Sia baru menyadari bahwa perjuangan mereka memang sudah begitu jauh tanpa orang tua.

Bad Revenge || I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang