Kematian Yang Menyedihkan

147 13 4
                                    

Shanika Kana Wilton gadis muda yang kini terbaring lemah karena penyakit liver yang dideritanya. Matanya yang sayu menatap pintu kamar rumah sakit dengan penuh harap. Harapan agar keluarganya datang melihatnya walau hanya sebentar.

Sudah 1 tahun Shanika menderita penyakit liver, sejak sakit Shanika berjuang sendiri untuk melawan penyakitnya tanpa dukungan dari keluarganya hingga kini Shanika hanya bisa berbaring ditempat tidur tanpa bisa melakukan apa-apa karena penyakitnya yang sudah sangat parah.

Shanika terus menatap pintu kamar inap dengan penuh harap. Shanika tersenyum cerah dengan tatapan penuh binar harapan saat pintu kamar inapnya dibuka. Senyumnya cerah Shanika memudar melihat orang yang masuk kedalam kamar inapnya adalah dokter yang menangani dan juga orang kepercayaan ayahnya.

"Bagaimana kabar mu hari ini Shanika?." Tanya Dokter sekedar basa basi. Bisa dilihat dari wajah Shanika yang sangat pucat dan bibirnya yang kering mengelupas menandakan dirinya tidak baik-baik saja.

Shanika berusaha tersenyum dihadapan dokter dan orang kepercayaan ayahnya, dengan suara yang serak Shanika menjawab pertanyaan dokternya.

"Aku baik-baik saja dok, tidak ada masalah hari ini."

Shanika memasang wajah ceria sebaiknya mungkin untuk menutupi raut kecewanya yang mengharapkan kedatangan keluarganya untuk menjenguknya walau hanya sebentar saja.

"Tidak ada yang sakit?." Tanya dokter lagi sembari memeriksa tubuh Shanika.

"Tidak ada."  Bohong, Shanika mengatakan jika tidak ada yang sakit. Nyatanya dia tengah menahan rasa sakit pada perutnya.

"Ohh ya ini Ben dia adalah orang yang dikirim oleh ayah anda ke sini." Ucap Dokter memperkenalkan pria yang dari tadi berdiri disampingnya.

"Aku tau, halo paman Ben bagaimana kabar paman."

Pria yang dipanggil paman Ben menatap iba melihat Shanika. Wajah Shanika sangat pucat seperti tidak ada aliran darah, bibirnya yang indah kini kering dan mengelupas, tubuh Shanika terlihat sangat kurus karena harus melwana penyakitnya.

" Baik, saya kesini ingin menyampaikan pesan dari tuan."

Shanika terlihat senang mendengar perkataan  Ben. Ben yang melihat ekspresi gembira merasa tidak enak hati untuk menyampaikan pesan yang harus dia sampaikan. Hati kecilnya tidak tega menghancurkan kebahagiaan kecil yang Shanika rasakan sekarang.

"Kenapa paman Ben hanya diam, ayo katakan pesan apa yang ayah kirim untuk ku aku sudah tidak sabar lagi mendengarnya."

Ben merasa dicubit hatinya mendengar antusias Shanika yang ingin mendengar pesan dari ayahnya. Ben berusaha untuk memantapkan hati agar bisa menyampaikan pesan dari tuannya.

"Ayah nona berpesan..." Ben menghentikan ucapannya melihat binar kebahagian dari mata Shanika.

"papa berpesan apa?."

"Tuan berpesan jika nona..." Ben menghentikan ucapannya lagi. Ben menghela napas kasar dengan berat hati Ben mengatakan pesan yang dititipkan tuanya.

"Tuan berpesan jika sebaiknya nona jangan mengganggu beliau karena sekarang beliau sedang sangat sibuk. Sebentar lagi pesta ulang tahun nona kedua jadi beliau meminta anda untuk tidak merengek lagi. Ji-jika nona ingin perhatian tuan ma-maka pergi saja ketempat yang sangat jauh."

Dokter yang berdiri disamping Ben terkejut dan langsung menoleh melihat Ben dengan tatapan tidak percaya. Setelah mengatakan pesan dari tuan nya Ben menundukkan kepalanya tidak berani untuk melihat ekspresi Shanika.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu padanya." Bisik Dokter. Ben hanya diam tidak memberi jawaban, harusnya dia menolak saat mendapatkan perintah dari tuannya tadi. Sekarang Ben merasa sangat menyesal dengan keputusannya sendirian.

My Second Life Changes DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang