LIMA

7K 308 7
                                    

LIMA

Jantung Isani berdebar cepat di dalam sana, menghitung detik demi detik dalam hati kedatangan suaminya ke dalam kamar ini.

Ia baru saja mengintip suaminya ke dalam kamar mereka, dan suaminya tengah berpakaian tadi. Tak membuang waktu lama, cepat-cepat Isani kembali ke dalam kamar anaknya. Kembali berbaring di samping anaknya yang tidurnya semakin pulas, tidak ada beban sedikitpun di wajahnya dan bahkan dalam tidurnya anaknya terlihat tersenyum. Membuat hati Isani lega dan senang melihatnya. Inilah yang di inginkan, di harapkan oleh seorang ibu, anaknya selalu bahagia bahkan kalau bisa dalam dunia tidurnya pun sang anak harus bahagia.

Ceklek

Suara pintu yang di buka dari luar,  menyapa nyaring telinga Isaani dalam kamar yang lengang ini. Dan aroma milik suaminya, parfum, sampo dan sabun yang mereka pakai berdua, langsung memenuhi seluruh sudut kamar ini, memenuhi indera penciuman Isani yang sudah mencengkram erat ujung selimut milik sang anak.

"Apakah kamu sudah tidur, sayang?"tanya suara itu lembut sekali, membuat jantung Isani semakin menggila di dalam sana. Tidak. Tidak. Bukan karena senang atau salah tingkah jantungnya semakin menggila di dalam sana, tapi karena amarah dan rasa jijik.

Andai aku tidak melihat kelakuan gilamu dengan, Vania, siang tadi, Mungkin aku akan menangis karena bahagia saat ini.

Tak ada jawaban atau sahutan, untuk menyalurkan rasa marahnya, Teza menggigit kuat-kuat bibir bawahnya.

Sial. Apa maksud semua ini? Kenapa Isani malah ikut tidur dengan anaknya?  Apakah Isani ingin dia tidur sendiri malam ini?

Tidak akan Teza biarkan. Teza yang setengah mati meredam  dan membuang rasa marah dan kesalnya agar tidak ada keributan malam ini tentang semuanya, Isani yang tak menyambutnya, dan yang utama belum kunjung-kunjung hamil lagi. , lalu dia melakukan tujuan dan keinginannya sampai berhasil,  yaitu membuat Isani-nya hamil.

Ya, hanya Isani. Isani dan Isani. Perempuan cantik dan hebat, yang selalu membuat dia jatuh cinta di setiap hari dan bahkan di setiap detiknya. Tidak ada ruang untuk wanita lain  dalam dirinya, tidak ada!

"Sayang..."panggil Teza lagi, masih menahan sabar. Kedua kaki panjangnya  melangkah pelan mendekati Isani yang tubuhnya terlihat bergerak pelan di dalam sana.

Teza tersenyum. Isani nya belum tidur.

"Aku hampir tidur, Mas. Untung ada kamu yang datang bangunin aku secara tak langsung,"ucap Isani parau. Isani yang terpaksa dan berat hati harus berpura-pura baik, melunak. Dan setelah mendapatkan obat yang dia minta Inez mencarinya saat ini. Bom. Ya. Isani akan melempar bom besar pada laki-laki jahat yang saat ini

Glek

Isani menelan ludahnya kasar, di saat tangan besar dan hangat suaminya sudah meremas lembut bokongnya saat ini. Dan tangannya yang lain, tengah mengelus puncak kepalanya lalu turun pada lehernya, membuat garis dan pola di sana dengan gerakan yang sangat lembut dan hati-hati, dan hal ini membuat Isani benci pada dirinya sendiri. Harusnya... harusnya sentuhan suaminya saat ini, tak membuat miliknya beraksi dan terasa agak gatal dan lembab di bawah  sana oleh cairan gairahnya. Suami jahatnya selalu berhasil memancing gairahnya dan dia sangat-sangat murahan kan saat ini?

Tidak. Tidak. Selama seminggu ini kamu wajib pura-pura baik, lemah pada  Mas Teza,  Isani. Bahkan..kamu masih harus melayaninya. Dan kamu tidak usah takut. Kamu tak akan hamil. Sudah ada alat kontrasepsi dalam tubuhmu. Batinnya berkata tegas dan tegar di dalam sana.

"Apa aku menganggu tidurmu, Sayang?"tanya  Teza parau.
Jelas kamu menganggu tudur istri cantikmu. Dasar bodoh. Maki batin Teza pada dirinya sendiri.

"Maaf, maaf. Aku sudah menganggu tidurmu..."minta Teza lembut tangannya dengan hati-hati,  membalik tubuh sang istri agar menghadap kearahnya. Dan Teza menahan nafas kuat di saat... Teza menatap pada kedua bibir istrinya yang basah dan bewarna pink alami tanpa polesan apapun saat ini.

Ah, sial. Teza tak bisa menahan tangannya untuk tidak menjempit bibir indah milik sang istri menggunakan kedua tangannya.

"Indah, indah sayang. Wanita lain lewat."gumam Teza dengan kedua mata terpejam. Teza membayangkan  bibir Vania yang dia kecup dan dia mainkan dengan tangannya. Lebih kenyal, indah, bibir milik istrinya. Teza bergidik. Membuka matanya di saat salah satu jarinya sudah istrinya kulum saat ini.

Senyuman menggoda yang di buat-buat Isani langsung menyapa pandangan Teza.

Teza yang tubunya tremor kecil dari ujung kali hingga ujung kepala saat ini.

"Mas,  "desah Isani parau.

"Apa sayang? Katakan, apa yang kamu inginkan?" Bisik Teza tepat di depan kedua bibir istrinya yang yang harum, hembusan nafas istrinya yang sepertinya barusan makan mie juga,  bahkan terasa harum di indera pencium Teza yang sangat cinta mati pada istrinya.

"Antara aku dan Vania, misal kami  sama-sama berada dalam bahaya, siapa yang akan kamu selamatkan lebih dulu?"tanya Isani takut-takut. Tidak, Isani tidak takut akan bunyi pertanyaannya. Isani takut, suaminya menjawab hal yang akan membuat dia sakit hati mendengarnya.

Dan Isani sungguh sangat kecewa. Suaminya terlihat berpikir keras. Apakah pertanyaannya barusan sangat sulit untuk di jawab?  Harusnya mudah kan? Suami lain pasti dengan tegas akan menjawab menyelamatkan istrinya terlebih dahulu. Tapi, suaminya sepertinya sangat susah untuk menjawab pertanyaan remeh di atas.

Jangan nangis. Jangan menye-menye Isani. Teriak batin Isani kuat.

Teza menelan ludahnya.  Dalam sekejap merasa kesal. Apa gunanya istrinya bertanya hal barusan? Isani adalah istrinya. Salah satu orang kaya di kota ini. Ya, jelas Isani tidak akan pernah berada dalam bahaya apalagi berada dalam bahaya bersamaan  dengan Vania.

"Aku, Mas? Misal antara kamu dan Noah berada dalam bahaya, dan aku bisa menolong kalian berdua. Tanpa pikir panjang, aku akan selamatkan Noah terlebih dahulu. Alasannya? Suami dan istri bisa berpisah atau cerai, setelah berpisah akan jadi mantan. Sedangkan dengan anak? Tidak ada istilah bekas atau mantan anak."ucap Isani tegas, tak memedulikan, betapa pucat wajah suaminya saat ini akan pernyataannya yang tanpa pikir panjang barusan.

Lalu Isani melirik kearah tengah tubuh suaminya. Isani menahan tawa sebisa mungkin. Penis suaminya berdiri tegak tadi, tapi saat ini? Sudah loyo dalam sekejap.

Mampus kamu, Mas. Kamu kira saja yang bisa buat aku sakit hati? Aku juga bisa! 

Untung bukan pria lain yang ku jadikan pilihan, lanjut hati kecil Isani puas.

Tbc

Suka dengan gaya Isani?😁

Menyesal Setelah KehilanganmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang