希望と絶望の狭間で
“Tenang saja. Nyawamu tidak seberapa berharga bagi kami.”
Mirai geram. Tangan dan kakinya sudah dirantai dan terhubung dengan sumber listrik yang akan bereaksi tiap kali ada aliran chakra yang aktif. “Lalu, apa maumu?” tanyanya pada lelaki berjubah di hadapan.
“Hanya ingin menyampaikan sedikit pesan untuk Tsuchikage-sama,” jawab laki-laki itu ambigu dan sekenanya.
“Pesan apa?” selidik Mirai.
Hubungan antara Konoha dan Iwagakure baik-baik saja. Setidaknya, itu yang Mirai ketahui. Hubungan eksternal yang selama ini terjalin memang tidak mengalami kendala berarti, tetapi Mirai kini dapat mencium adanya kepentingan politik lain di dalam Iwagakure itu sendiri.
“Kau akan tahu sendiri. Masalah kau akan mati di sini atau tidak, aku belum tahu. Mari kita lihat suasana hatiku esok hari.” Laki-laki tersebut pun meninggalkan Mirai sendirian di ruangan tertutup, bagian dari sebuah bangunan yang entah di mana letaknya.
Arogan sekali, pikir Mirai. Ia pun menghela napas kasar. Dalam hatinya, Mirai merasa tidak enak, juga gagal dalam misinya menjaga Kakashi karena ia sendiri lengah sampai dirinya dapat diculik dengan cukup mudah. Namun, ia tahu penculikan terhadapnya hanya akan menjadi tindakan menggertak dari entah pihak mana pun yang ingin berselisih dengan Iwagakure atau Konoha, bahkan mungkin kedua desa tersebut sekaligus. Yang menjadi masalah, ia tidak dapat menggunakan chakra atau menggerakkan kaki dan tangannya saat ini.
✦✦✦
Kakashi dan Shizune sudah berusaha melacak keberadaan Mirai. Pencarian mereka berakhir di tengah sebuah jalan kecil. Para ninken milik Kakashi tidak lagi dapat mendeteksi bau Mirai. Siapa pun yang terlibat dalam hilangnya Mirai kemungkinan besar memiliki teknik dan kemampuan tingkat tinggi dalam penculikan serta manipulasi sensor. Baik Kakashi maupun Shizune sudah cukup lama mengenal Mirai dan mereka yakin bukan kunoichi itu sendiri yang memutuskan untuk kabur dari misi atau semacamnya.
“Kita akan melapor pada Tsuchikage.”
Shizune langsung menoleh dan menatap Kakashi tajam. “Sejujurnya, Kakashi, aku tidak percaya pada mereka.”
“Aku juga,” jawab Kakashi singkat.
Angin berembus dingin. Malam sudah larut. Di saat ini, Mirai menjadi kekhawatiran utama bagi Kakashi dan Shizune karena bagaimanapun, kesuksesan misi mereka nantinya tidak akan berarti jika Mirai tidak dapat pulang bersama mereka.
“Lantas apa yang membuatmu berpikir kita perlu melapor ke Tsuchikage-sama?”
“Kita tidak akan bergantung atau mengandalkan mereka untuk menemukan Mirai.” Kakashi menatap balik Shizune dengan ekspresi datar. Oleh Kakasih, tidak terpikir sebelumnya bahwa misi mereka di Iwagakure akan lebih merepotkan dari perkiraan. “Kita akan melapor hanya untuk membaca gerak-gerik mereka, juga respons dari Tsuchikage.” Ia kemudian menarik napas dalam-dalam. “Aku tidak betah berlama-lama di tempat ini.”
Shizune mengangguk, paham akan jalan pikiran Kakashi.
Setelah pencarian tanpa hasil, keduanya kembali ke penginapan dan langsung memberi kabar pada salah satu shinobi Iwagakure yang bertugas untuk menjaga penginapan selama mereka tinggal di sana.
Kakashi menghampiri shinobi tersebut. “Permisi.”
“Apa ada yang bisa saya bantu, Hokage-sama?”
Kakashi pun menjelaskan situasi yang tengah mereka hadapi. Tak ada yang ia tutup-tutupi. Ia menceritakan secara singkat pula bahwa ia dan Shizune sudah mencoba mencari Mirai karena tak ingin merepotkan para shinobi yang menjaga mereka di penginapan. Berasumsi bahwa desa-desa shinobi yang ada di negara besar cenderung aman tentu bukanlah suatu kesalahan. Lagipula, akan menjadi permasalahan besar jika memang hilangnya Mirai disebabkan oleh penculikan oleh pihak tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sixth's Smile
FanficContent warning: yaoi, mpreg. Don't like, don't read. Baik Kakashi maupun Obito telah memulai lembaran baru dalam hidup mereka. Akan ada hal-hal yang harus masing-masing dari mereka hadapi, juga ada masalah yang keduanya perlu atasi. Kembalinya Obit...