Chapter 04

104 15 4
                                    

•~Repetition, And An Uncertain Ending~•

Malam yang damai serta bulan yang begitu terang sehingga membuat jalanan tidak begitu gelap oleh malam yang di penuhi bintang.

Angin yang bertiup pelan serta suara dedaunan yang terkena angin semakin mendukung malam hari ini.

Di mansion yang cukup besar bukan ada suasana yang begitu damai melainkan suasana yang begitu panas.

Count Hradnt memegang tongkat panjang yang tipis dan menghampiri putrinya yang sedang terdiam mematung.

Derapan kaki miliknya membuat hati gadis kecil yang terkepang rapih dengan pita pink tersebut berdegup kencang.

Count memegang surat dengan sampul milik dari duke yang sangat khas tersebut.

Rahangnya mengeras tangannya mengepal dan mengepal surat yang berisi tentang perjodohannya dengan Tuan muda duke matthias.

Nafas yang memburu seakan ingin melenyapkan sesuatu dengan sekali tebasan.

PLASS.

"angkat dengan benar Claudina Varn Hradnt."dinginnya suara count hradnt menatap putri semata wayangnya.

PLASS

PLASS

PLASS

Pukulan dari tongkat yang ramping dan panjang tersebut sangat menyakitkan.

Kalau disuruh memilih claudina pasti memilih di tampar dari pada tongkat ramping tersebut.

Countess hanya bisa berdiam tak bisa menolong, hal itu akan sia-sia jika ia menolong putrinya.

Air mata yang cukup ia tahan lolos ketika melihat betis putrinya mengeluarkan darah yang cukup banyak tersebut.

"sa-sayang cukup! Lihat kakinya sudah mengeluarkan darah, kumohon berhenti ya?"permohonan menyedihkan dari countess hanya bagaikan angin berlalu.

Bukan berhenti count hradnt tetap melanjutkan dengan lebih kencang.

Bersusah payah menahan sakit yang begitu perih, tanpa sadar ia menggigit sudut bibirnya hingga mengeluarkan darah.

2 jam berlalu dengan keringat yang begitu deras serta suasana yang begitu panas dan Countess yang menangis tersedu-sedu.

Melempar tongkat tersebut kesembarang arah ia meninggalkan putrinya dengan kaki yang sudah dipenuhi darah segar yang mengalir begitu saja.

Dengan cepat Countess memeluk putrinya dan menurunkan nya dari bangku pendek tersebut dengan hati-hati.

Hatinya begitu hancur melihat putrinya terdiam tanpa ekpresi.

Matanya memudar tanpa cahaya, wajahnya terlihat pucat dan sendu serta bibir yang memucat dan berdarah menahan rasa sakit yang begitu menyakitkan.

Tubuh yang kecil serta pucat dan nafas yang ter'engah-engah membuatnya semakin prihatin.

"mari kita kekamar untuk mengobati nya, maaf kan ibu sayang.."sesalnya dengan tangisan yang terus menerus tanpa henti.

Repetition, And An Uncertain EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang