02. matre

0 0 0
                                    

tiba gue dirumah dan membuka pintu dan pas gue masuk, kaget gue kira ada Mak lampir didepan gue ternyata emak gue sendiri, rambut udah kaya rambut limbad begitu, malam malam gerbang rambut, heran gue sama betina

"oh my son nya mami, sayang udah jam berapa ini, pusying mami dimarahin dedi mu sayang, kaya betina mulutnya heran eke sama tingkah dedimu" ucap mami gue yang meluk gue erat seerat cinta gue sama lo pada

"kemana saja jam 00.78 baru balik?" ucap dedi gue yang udah mengintimidasi gue kaya detective

"mana ada jam 00.78 dad, mending tidur sana sama mami, jiwa dedi lagi bermasalah itu, kasihan anak diperut dedi nanti, adik aksa gakbisa keluar nanti"

"kurang ajar kamu, ini buncit ya, dedi cowo, mami mu yang bunting bukan dedi, dasar!."

"hah? omg mami bunting ded? demi apa? ah masa sih? coba lihat perut mami, rata kok kaya jalan tol" ucap gue gak percaya sama ucapan dedi gue

"bukan bodoh, dasar anak kamu ini mih, mau saja dikibulin, heran dedi lihatnya" ucap dedi gue yang ketawa lihat gue kayanya gue gemas gemas manjalita Dimata nya ya

"udah sana masuk, mami mau tidur, habis catokan sama maskeran lanjut tidur, ayo ded kita masuk" ucap mami gue yang ninggalin gue di balik pintu
"gue kira gue dimarahin, untung mereka pikun dan gak banyak tanya, udahlah gue kekamar aja dulu"

gue pun kekamar lalu gue mandi setelah itu gue ritual, tak lupa pula gue perawatan skincare itu harus cok, meskipun gue hobi berantam tapi gue wajib menjaga kulit gue yang mulyus ini tetap indah bak batu giok yang berharga kalau kata orang tua, intinya itu, selesai gue skincare gue lanjut tidur manjalita gue dan gue pun tertidur pulas

pagi pun tiba, gue dan keluarga gue, Abang gue, kakak gue tapi gue anak terakhir, enak sih tapi gue kurang suka kebanyakan dimanja, gue kan pengen di mandirikan meskipun udah bisa mandi sendiri, udahlah ngelantur gue, intinya sekarang gue ada diruang makan bersama yang lain nya

"jadi gimana?" tiba-tiba ayah gue ngomong disela sela kami makan dengan indahnya

"apa dad?" ucap kakak gue, gue sih mending makan daripada ngomong mangkanya gak gue gubris

"ini si bungsu gimana ranking berapa di kelas?" ucap kembali dedi gue

"jangan di tanya dad, kan udah tahu jawabannya apa, dari dulu kedulu gak pernah tinggi nilai nya" celetuk Abang gue

"hadeh, kamu sudah ada pilihan buat kuliah gak? mau dimana?"

"gue gak mau kuliah dad, mau kerja aja biar mandiri" ucap gue

"gak gak, mi lihat adik gak mau kuliah mih" ucap kakak gue yang ngadu ke mami gue

"sasa kuliah ambil jurusan teknik sesuai kemampuan kamu mengolah motor jadi kamu masuk teknik kuliah di universitas gunarindra" ucap mamih gue mutlak yang disetujui oleh semua anggota keluarga gue

"benar, mobil, motor mu Daddy tarik, dan uang jajan mu hanya daddy kasih secukupnya 500k sebulan, dan kamu pergi kuliah naik motor vario aja" ucap papi gue yang gue syok dengar nya

gue pun ngebrak meja dan Abang gue gebrak meja balik dan gue ya mana berani cok, gue duduk lagi lah "apaan sih bang sok ngikutin gebrak meja" ucap gue ke Abang gue

"dan untuk dedi, seriously dong ded, masa gue yang tampan kaya orang blasteran begini naik vario, dimana harga diri gue sebagai pemimpin geng ternama ded" ucap gue yang tidak senang sama yang dilontarkan dedi gue

"masa gue ngomong dibatin gue mau mandiri terkabul cok, kan bersyanda gue ya tuhan bisa gila gue" batin gue ngomong

"Dedi serius lah ded masa 500k sebulan, gue bisa beli apa cok, jajan di universitas gunarindra mahal mahal ded masa gue mati kelaparan disana, nyiksa anak lo ded"

"ded biar kakak yang ngomong ke dia" ucap kakak gue

"pertama, kamu harus dihukum, masa manggil orang tua mu sendiri, lo gue lo gue, sopan begitu? kedua kamu terlalu banyak menghabiskan duit yang sia-sia, bla-bla-bla" ucap kakak gue yang panjang lebar dan sulit gue cerna dan alhasil gue iyain ajalah anj, terobos ajalah cok daripada gue mumet

"oke lanjut makan, dan adek, nanti anggap kita gak kenal ya, Abang semester 6 dan ketua beberapa organisasi disana dan pastinya BEM juga, jadi jangan macam-macam" ucap Abang gue ke gue

"dih siapa juga yang mau kenalan sama muka dugong kaya lo, lagian masih beberapa bulan lagi buat gue mulai kuliah kan" ucap gue lanjut makan dan singkat kami semua selesai makan dan gue balik kekamar gue, dan menatap langit-langit kamar gue sambil tiduran

gue Aksa Gandhi Cakrawala umur gue 18tahun dan tinggi gue 170cm diantara geng gue, gue yang paling muda meskipun dion sekelas sama gue tapi dia setara anak-anak lainnya yang umurnya 19tahun, dan cuma dion yang menginjak dan tamatan sama kaya gue, yang lain kaya Lucas,dirga,lino,kevian, avin dan yang lainnya sudah menginjak bangku kuliah setahun lalu, dan lebih tepatnya mereka kuliah di gunarindra juga cok, mangkanya gue stress yakali gue disana, malu dong gue, gue masih berpikir keras ini kaya ngeluarin tai keras sampai keringetan dan tiba-tiba buyar semuanya anj perkara ketukan pintu dari kamar gue

"langsung masok kan bisa cok" teriak gue yang di balas sendal jepit nimpluk kepala gue

"aduh duh, apa sih abang ku yang ganteng cetar kaya dugong" ucap gue yang kesal tapi gakmau durkana

"nanti kuliah kamu harus kaya orang biasa, jangan ada perhiasan gelang gelang mu, jaket kebesaran mu jangan dibawa bawa, kepemimpinan mu juga, malu gue jadi abang nanti, sebagai orang berpengaruh disana" ucap songong Abang gue

"gue Jambak juga mulut songong lo nanti, bisa-bisanya lo kaya gitu gini gini gue ketua dari HDL siapa yang gak tahu geng gue, berpengaruh besar dikota ini meskipun di cap berandalan, seharusnya lo bangga" ucap gue yang lebih lantam daripada mulutnya dan omongan tetangga

"bacot, gue udah kabarin teman-teman lo dan nyuruh mereka pura-pura gak kenal sama lo, dan gue ancam mereka, termasuk bencong satu itu, yang nempel ke gue kaya tai cicak, kalau mereka dekat sama lo di universitas nanti, mereka gue jadiin santapan harimau gue" nelen ludah gue dengar nya, sebenarnya ucapannya gak menyeriuskan, tapi mukanya yang udah kaya orang bener itu bikin gue agak gimana gitu

"dan satu lagi, di universitas mereka selalu membanggakan geng mereka, mereka selalu bawa HDL dan mereka terkenal mafia universitas yang suka ribut dan semua kenal sama HDL seperti kata gue tadi, jangan sampai lo bilang lo pemimpin HDL, gue kasih makanan Belitung daging lo dek", ucap Abang gue yang ceramahnya udah kaya petinggi dunia aja, pening gue dan gue akhiri

"iya Abang walbilahi gue paham, jangan banyak bacot, waktu gue masih lama, mending kita jalan-jalan ayo" ucap gue yang meluk Abang gue sebenarnya gue malas meluk dia bau bekicot badannya, cuma gue butuh tenaga buat beli ice cream dan skincare gue, mumpung dia ada kenapa duitnya gak gue gunakan yakan, jadi laki-laki harus matre, dikira cewe aja, gue juga bisa kali

"yaudah ayo, siap-siap, Abang ganti baju dulu" ucap Abang gue yang ngusak pucuk rambut gue, kaya ada angin apa tiba-tiba dia nurut yakan, terheran heran hati gue sebagai adik yang berwibawa ini kan














lanjut..... gw harap lo semua suka ya, maaf salah kata gue.

with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang