Hampir 6 bulan penyakit ini membersamai Bintan. Ketua asrama akhirnya memulangkan dirinya sehingga ia akan berangkat sekolah dari rumah saja. Bintan terpaksa harus berpisah dengan teman-teman asrama nya.Kadang mereka masih chating dan bertegur sapa kalau berpapasan di sekolah. Mau bagaimana lagi. Mereka berbeda kelas.
Bintan akhirnya kembali pulang bersama ayah.
Jarak dari rumah ke sekolah sangat jauh jika di tempuh dari rumah ayah.
Ayah mulai mengeluh kembali.
"Bin,ayah bisa di pecat kalau terlambat terus gara-gara nganterin kamu ke sekolah gini"ucap ayah selepas Bintan turun dari motor.
Bintan mengepalkan tangan kanannya erat.
Padahal Bintan mati-matian bertahan agar tetap sekolah meskipun sakit. Bintan tidak pernah mengeluh.
Namun ayah mengeluh di depannya.
Sebenarnya itu juga salah ayah karena sulit untuk dibangunkan oleh Bintan dan malah marah-marah.
Memang ayah selalu begitu, sulit dibangunkan pagi dahulu oleh ibu untuk bekerja.
Walau begitu, Bintan tetap menyalim ayahnya tanpa sepatah katapun lalu segera berlari ke dalam.
Air mata menetes di sela-sela ia berlari.Bintan pun di stop oleh pemimpin asrama dahulu.
Bu wiwid menatap tajam Bintan.
"Bin,sudah ibu katakan jangan berlari-lari kamu nanti terjatuh lagi. Jalan seperti biasa saja ya"ucap Bu Wiwid lembut."Iya Bu,maaf hehehe"ucap Bintan menghapus air matanya lalu tersenyum. Ia menyalim Bu Wiwid lalu pamit karena takut akan terlambat masuk kelas.
Saat Bintan masuk kelas,ia di sambut oleh kehebohan geng Febri dan Andi.
"Woahh pramugari kita udah datang,sehat hari ini bin? udah sarapan belum? biar a'a traktir deh"ucap Andi centil.
Bintan hanya tertawa dan menampar pelan bahu Andi lalu berjalan menuju bangkunya.
Rara,Fifah dan Kinan melihat ada yg berbeda dari mata temannya ini.
"Hoi bin,masih pagi loh matamu ini kenapa"ucap Rara heboh membuat Bintan menjadi pusat perhatian.
Kinan langsung menampar mulut Rara.
"Ehh...oohh Bintan matanya kena debu rupanya.Nasib ya bin rumah jauh nih sekarang"ucap Rara pandai mengalihkan.
Suasana kelas pun kembali pada kegiatannya masing-masing.
Kebetulan saat ini jam literasi dan ya beginilah kalau tidak ada guru pasti seisi kelas sibuk pada kegiatan masing-masing.
Bintan dan temannya asik tertawa yang mana juga terkadang geng Febri dan Andi ikut nimbrung sesekali.
Bukannya Bintan sombong kepada Andi ataupun Febri. Ia takut nanti dirinya akan di kerjai lagi oleh Lila dan geng nya. Entah kenapa mereka tidak suka dengan Bintan dan teman-teman nya.
Waktu masih di asrama,Lila pernah mengerjai Bintan.
Ia menyembunyikan sendal Bintan saat sholat di mesjid. Ia meletakkan nya di depan kelas. Dan papan tulis kelas sudah tertulis nama Bintan cinta siapalah waktu itu, gadis itu sebenarnya tidak ingin mengingat hal tersebut.
Dahulu juga yang membuat Bintan tidak nyaman di kamar asrama pertamanya juga mereka.
Ya benar-benar tidak pernah ada ketenangan dalam kehidupan seorang Bintan.
Belum selesai masalah pertama, sudah mengantri masalah yang lain.
Waktu berlalu,dan akhirnya jam pulang sekolah tiba.Semua siswa bergegas menghampiri ayah,ibu atau saudara yang menjemput.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menangis saja!
Non-FictionMenangis selalu mendapat stigma negatif bahwa orang yang menangis berarti mentalnya lemah. Hal tersebut yang terkadang membuat sebagian orang takut untuk mengekspresikan emosinya. Padahal menangis dapat membantu mengurangi stres dan memberikan energ...