Sakit dan Air Mata

4 2 0
                                    

5 hari lagi pengumuman kelulusan

Bintan banyak bekerja keras agar bisa menyelesaikan tugasnya.

Ia mau tidak mau menahan sakit nya.

Karena tidak mungkin untuk berhenti setelah sejauh ini.

Dan ternyata Bintan benar-benar sudah sejauh itu.

Ia ragu apakah bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?

Jika ia tidak lulus di SNMPTN.

Maka pupus sudah harapannya untuk melanjutkan pendidikannya.

Kira-kira hal itu lah yang belakangan ini di pikirkan oleh Bintan.

Tiba-tiba Bintan merasakan nyeri di leher nya.

Itu adalah salah satu tanda sakit Bintan kambuh.

Sialnya saat ini ia sedang di sekolah.

Bintan duduk dan diam.

Ia memejamkan matanya dan meremas ujung bajunya.

Benar-benar rasa sakit yang tidak bisa Bintan jelaskan.

Dahulu jika hal tersebut muncul, orang-orang akan banyak bertanya pada gadis itu.

Padahal posisinya gadis itu benar-benar butuh ketenangan dan tidak bisa di ajak bicara.

Lalu perlahan orang di sekitar mulai mengerti.

Bagi yang tidak peduli akan mengabaikan dan bagi yang peduli akan melakukan hal seperti yang di lakukan Rara,Kinan dan Fifah saat ini.

Mereka ikut duduk menemani Bintan dengan Rara yang menggenggam obat,Fifah membawa air mineral dan Kinan memegang roti.

Setelah nyeri itu mereda, Bintan langsung meminum obatnya.

"Bin, semoga kamu segera sembuh ya"ucap Rara pada Bintan.

"Santai aja muka mu Ra,aku gapapa kok"ucap Bintan menyipratkan air ke wajah Rara.

"Si Rara sok sedih aja itu bin, padahal dia senang itu liat kamu menderita"ucap Kinan

"Anjir fitnah kau ya"ucap Rara pada Kinan.

"Udah woi,aku lapar. Mending kita ke kantin"ucap Fifah membuat Kinan dan Rara melongo.

Bintan tertawa.

Ia sangat terhibur melihat teman-teman nya ini.

Ya walaupun sebenarnya rasa sakit itu tetap terasa adanya meski Bintan berlari sejauh manapun.

Waktu pun berlalu dan Bintan sudah pulang sekolah.

Ia kembali ke kamar yang sepi ini.

Sebab Abang dan adik sepupu nya saat ini tengah ada kegiatan di luar.

Asyiknya mereka bisa berkegiatan secara leluasa.

Bintan benar-benar iri.

Ia sangat ingin tapi ia tidak mampu.

Tiba-tiba sakitnya datang lagi.

Kali ini nyeri di leher sekaligus nyeri yang menjalar di kaki kirinya.

Wah sudah lama sekali mereka tidak berkolaborasi seperti ini.

Itu pasti tandanya Bintan melakukan aktivitas yang berlebihan belakangan ini.

Bintan hanya bisa menangis menahan sakitnya.

Rasanya ia benar-benar ingin mati saja agar tidak merasakan sakit ini lagi.

Ia juga tidak perlu menderita dengan trauma nya pada ayah.

Namun tidak semudah itu Tuhan memberikan nya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menangis saja!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang