02. Tentang Haikal

179 30 8
                                    

Maaf kalau tulisannya amburadul dan ga rapih, kalau udah end aku berusaha perbaiki (revisi) 🥲

Nikmatin aja ya meskipun amburadul hehe, lagian ini ga setiap bab sedih kok :)

Akhirnya Haikal sampai di rumah. Saat sampai di depan rumah, Haikal menghela nafasnya mempersiapkan mentalnya sebelum merasakan kekejaman neraka di dunia.

Ia membuka pintu rumah dan ya. Apa yang dapat diharapakan? Haikal masuk lalu meletakkan makanan di samping meja ibu.

Ia berjalan ke arah kamarnya lalu menutup pintu kamarnya dengan keras, memasang headset kesayangannya yang hampir rusak dan putus itu ke telinganya.

Mendengarkan lagu tahun 90-an, meski ia tidak lahir di tahun 90-an tapi ia sangat menyukai vibes dari lagunya, playlistnya juga dipenuhi oleh lagu tahun 90-an.

Pikirannya terus menuju kepada Jidan, kadang juga ia berpikir mengapa bisa ada manusia sebaik Jidan, apakah manusia masih banyak yang baik?

Atau mungkin... Karena dia yang terlalu jahat?

Pikirnya bahkan tak sampai disitu saja. Mungkin karena bawaan ibunya, dia selalu diperlakukan jahat. Sampai saat ini ia masih berusaha menemukan "Arah Rumah" nya.

Andai saja ia dapat memilih keluarga, tidak akan mau dia terlahir di keluarga ini. Namun, sayang ia tak dapat memilih.

Ia mulai memejamkan matanya dan berusaha untuk mengistirahatkan lelahnya, namun lagi dan lagi. Jidan selalu terlintas di pikirannya, sampai-sampai membuatnya tak bisa tertidur.

Perlahan-lahan ia mulai merasakan kantuk dan akhirnya ia tertidur, tidak pulas. Ia sering terbangun hampir setiap jam, pikirannya memang sedang kacau. Tapi kejadian tidur tidak pulas memang sudah sering dialami nya.

Keesokan harinya ia telat bangun, jam sudah menunjukkan pukul 07:10. Yang menandakan dia telat pergi ke sekolah, dia memandangi jam itu sejenak, mengumpulkan nyawanya.

Saat menyadari ia telat, ia langsung berlari ke kamar mandi. Bahkan dia hanya cuci muka, tidak mandi. Setelah selesai cuci muka ia segera mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah dan langsung berlari menuju ke sekolah.
Perjalanannya memakan waktu 10 menit yang berarti Haikal telat 20 menit.

Sesampainya disana, pintu gerbang sekolah sudah ditutup oleh satpam. Mau tidak mau Haikal harus memanjat gerbang sekolah dan bergegas menuju ke kelasnya.

Saat ia hendak masuk kelas, seorang guru langsung menghalanginya untuk masuk ke dalam kelas.

"Enak banget ya kamu telat 20 menit dan mau nerobos masuk kelas? Sekarang kamu harus lari 20 kali keliling lapangan sekolah, baru boleh masuk!" Ujar seorang guru dengan nada tegas

Haikal memutar bola matanya kesal, lalu berjalan ke lapangan dan ia mulai berlari mengitari lapangan hingga 20×
sungguh melelahkan, tapi lebih melelahkan saat ia terburu-buru ke sekolah tadi.

Sampai diputaran ke 20, ia langsung masuk ke kelas. Kali ini guru tidak menghalanginya dan mempersilahkannya untuk duduk.

Bel istirahat berbunyi nyaring tiga kali, semua siswa bersemangat untuk pergi ke kantin. Namun berbeda dengan Haikal, ia malah pergi ke kelas Jidan dan langsung duduk di sampingnya tanpa mengucapkan apapun.

Jidan sebenarnya juga bingung, belum sempat Jidan bertanya, Haikal tertidur pulas di meja kelas Jidan. Begitu cepatnya Haikal tertidur, sepertinya semalam memanglah malam yang tidak enak untuk Haikal.

Jidan hanya menatap wajah sang kakak, senyuman tipis terlihat diwajahnya. Jidan memutuskan juga tidak pergi ke kantin, untuk menemani Haikal hingga jam masuk kelas.

Arah RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang