Sarah tergopoh gopoh keluar mendengar deru mesin yang sudah tidak asing lagi baginya ,disana Leo baru saja sampai dengan diantar oleh temanya, Sarah menghampiri mereka
" Kemana saja ?? Kok lama tadi izinya sama bunda kan cuma beli alat tulis ??"
Leo garuk garuk kepala sambil cengingisan, Hendri temanya itu tidak habis pikir dia kira waktu Leo main anak itu memang benar-benar sudah izin , kalau begini dia gak mau ikut ikut yang ada nanti dia juga yg ikut di omelin akhirnya dia cabut dari sana setelah buru buru berpamitan
" Anu bunda Leo main bentar "
Sarah merotasikan bola matanya sudah terbiasa dengan serentetan alasan anak nakal itu
" Sudah sudah males bunda dengerin alesan kamu, ayo ikut bunda ke dalam ada yang pengen ketemu sama kamu "
Leo menarik kecil baju yang di pakai Sarah alhasil Sarah merespon dengan membalikkan badannya
" Siapa?? Bunda gak mau nyerahin aku ke orang kan ?? Bunda jujur disini aku gak mau ketemu orang itu kalau niatnya mau adopsi aku,"
" Lucu banget marah marah " tanpa menjawab pertanyaan Leo Sarah menarik tangan Leo dengan sedikit kencang agar mengikuti langkahnya masuk ke dalam, untuk kali ini dia tidak bisa membantu Leo, walaupun dia sudah berjanji sama Leo untuk tidak mengizinkan siapapun mengadopsi dirinya tapi orang yang datang kali ini adalah orang yang mempunyai kekuasaan
" Bundaa.." kesal Leo ,walaupun begitu dia tetap mengikuti langkah sang bunda yang membawanya masuk ke ruang tamu
Hans dan Mia yang sudah menunggu sedari tadi langsung mengalihkan pandangan mereka ketika terdengar pintu terbuka disana ibu panti sedang menarik tangan seorang remaja yang kelihatan kesal di belakangnya
" Apa ini Leo ??" Tanya Mia segera beranjak untuk mendekati leo
" Iya nyonya ini anak yang bernama Leo"
Mia tersenyum sumringah dia menggenggam kedua tangan Leo sembari berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan leo
Sedangkan Leo anak itu sudah cemas jika nanti dirinya jadi di bawa pulang bersama mereka,, bukan perkara trauma atau semacamnya tapi Leo sudah nyaman dengan yang dia jalani sekarang, bundanya , tempatnya tinggal ,lalu teman teman nya ah untuk terpikir meninggalkan mereka saja tidak pernah ingin Leo rasakan
" Leo ? Leo pulang ya sama mami ?? Papi juga seneng lho kalau Leo mau pulang sama kita "
Leo mengalihkan perhatian nya kepada sosok bertubuh tegap yang berdiri dengan raut muka yang datar, Leo lihat lihat gak ada tuh rasa bahagia yang di katakan tadi, duh kalau gini Leo gak hanya cemas tapi sudah di tahap takut, ngeri banget kalau mereka ini ternyata psikopat dan apa apaan tadi , mami ? Papi ? Kayak akrab aja
" Maaf nyonya emmm bagaimana ya,, lebih baik nyonya adopsi bayi saja, banyak kok bayi bayi imut yang ada di panti ini " mia mengerucut sebal dia melihat suaminya untuk segera menyelesaikan ini semua dan membawa Leo bersama mereka, Hans yang mengerti pun mengangguk dan segera menggendong paksa Leo lalu dengan langkah tegas membawa putra barunya menuju mobil mereka
" Iiihhh apa apaan sih!! Turunin gak !! Leo gak mau di adopsi, bunda !! Bunda tolongin leoooooo"
Sarah meringis malu, mengucapkan kata maaf berulang kali kepada Mia, Mia hanya tersenyum maklum lalu mengatakan jika surat adopsinya nanti akan di urus oleh bawahannya setelah berpamitan Mia pun segera menyusul suami dan anak barunya untuk segera pulang ke rumah mereka
Sesampainya Mia di mobil dapat di lihat Leo yang tengah memberontak dengan air mata yang sudah berlomba lomba keluar, Mia jadi makin gemes segera dia menutup pintu mobil dan menyuruh sopir nya untuk beranjak dari sana