Assalamualaikum ❤
Aku mau membuat cerita baru yang berjudul "57 Days" dan buat cerita aku yang berjudul "Sampai Titik Terakhir" aku bakal unpublish karna masih mikir alur kedepannya kayak gimana😄Semoga suka❤
"Selama jantung ini masih berdetak, akan ku jaga kamu, sampai jantung ini berhenti berdetak. "
Gibran Alteza Khadafy_
Happy Reading♡
***
"Kiw cewek!"Gibran menggoda Adara yang tengah fokus membaca buku. Namun, tak di gubris oleh sang empu.
"Ekhem! Cuek amat neng, jangan cuek cuek lah."goda Gibran.
"Ish! Lo tuh ya! Bisa gak, sehari aja gak ganggu gue?" Tanya Adara, netra nya menatap kesal pada Gibran.
"Gak bisa, karna kalo gue gak ganggu Lo sedetik aja, rasanya ada yang kurang."Jawab Gibran.
Tuk!
Adara memukul Gibran dengan buku yang ia pegang. Kesabarannya sudah habis, setiap hari di ganggu oleh nya.
"Kok di pukul sih?"
"Bodo! Lagian Lo, ganggu gue Mulu!"Cibir Adara.
Lalu, ia beranjak dari tempat duduknya. Dengan perasaan kesalnya dia meninggalkan Gibran yang terus memanggilnya.
"Adara!"
"Kok malah pergi sih?"
Gibran menatap kepergian Adara yang mulai menjauh. Lalu dia tersenyum simpul.
Setelahnya dia berdiri. Berlari menyusul Adara.
"ADARA TUNGGUIN GUE!" Gibran berteriak, sambil mengejar Adara yang kini sudah tak terlihat.
***
Di koridor sekolah, Gibran terus memanggil nama Adara. Sedangkan yang dipanggil, menulikan indra pendengaran nya.
"Adara! Tungguin dong!" Teriak Gibran.
Adara menghiraukannya, dia terus berjalan cepat tanpa mau menoleh kebelakang.
"Woy! Adara!"
Akhirnya Gibran dapat meraih pergelangan Adara. Keduanya berhenti, dengan perasaan senang nya Gibran tersenyum tanpa dosa.
"Mau kemana hm?" Tanya Gibran, tanpa melepaskan genggaman nya.
"Lepasin! Lo tuh gila apa gimana sih? Hobi nya ganggu gue mulu." Adara menatap Gibran kesal.
"Gue masih waras kok!"
Adara berdecak sebal."CK! Sehari gak ganggu gue bisa?"tanya Adara.
"Kan gue udah bilang, enggak." Jawab Gibran.
Adara memutar kedua bola matanya malas. Ia menepis kasar genggaman Gibran, alhasil genggaman itu terlepas.
"Denger ya! Gue itu, kesel banget sama Lo! Kesel banget!"ucap Adara.
"Gue tau kok!"
"Kalo Lo tau, kenapa gangguin gue terus?" Tanya Adara ketus.
"Sengaja"
Singkat, padat, dan jelas. Gibran menyengir menunjukkan deretan gigi rapih nya serta gingsul nya.
"LO YA!" Adara melototkan kedua matanya.
Tanpa pamit, dia berjalan sambil menghentak hentakan kaki nya karna kesal. Sementara Gibran, menatap kepergian Adara sambil tersenyum senyum sendiri.
"Kalo lagi kesel, Lo lucu banget sih." Ucap nya dalam hati.
Gibran tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Lalu, ia berniat untuk pergi ke kelas nya. Karna kelas Gibran dan Adara itu terpisah.
***
"Woy! Gib, Lo dari mana aja?" Tanya Irsyad.
Gibran duduk di dekat Irsyad."Kepo!" Balas Gibran singkat.
"Yaelah, gitu banget sih jawabnya." Ucap Irsyad dengan nada lesu.
"Suka suka gue."
"Gib, Lo tadi ada liat Naura gak?" Kini gantian Rasya yang bertanya.
Gibran menggeleng cepat."Enggak!" Jawab nya.
"Emang tadi gak bareng sama Lo, gitu?"tanya Irsyad.
"Gak, tadi gue udah ke rumah nya. Cuman, kata Tante Salma, Naura udah berangkat." Jawab Rasya.
"Huh! Kalo gitu tadi Lo jemput gue, Sya." Ucap Irsyad.
Rasya mengerutkan keningnya." Ngapain gue jemput Lo?"
"Hehe...kan biar gue nebeng ama elu." Irsyad menyengir.
Rasya menghela nafas pelan. Sungguh, Rasya kapok membonceng Irsyad.
"Gak! Kapok gue ngebonceng Lo." Sahut Rasya cepat.
"Abisnya lo sih, Sya. Bawa motor udah kayak mau balapan. Gimana gue gak takut coba?" Papar Irsyad.
"Heh! Yang ada elo, Syad! Bawa motor kek keong!" Gibran menimpali.
"Bener tuh apa kata si Gibran, Lo kalo bawa motor 5 jam baru nyampe!" Rasya ikut menyaut.
"Justru gue itu menjaga keamanan gue, kan kalo ngebut bisa membahayakan kita juga. Makanya, gue itu kalo bawa motor itu pelan pelan, supaya sampai dengan selamat."
Rasya dan Gibran menghela nafas, memang ada benar nya juga apa kata Irsyad. Namun, tidak lelet juga seperti Irsyad membawa motor, keselamatan itu tergantung kitanya yang membawa motor.
"Iyain aja deh." Ujar Gibran.
"Lo kalo ikut balapan, Syad. Gue jamin Lo bakal menang. Juara terakhir maksudnya." Ucap Rasya.
Gibran tertawa mendengar ucapan Rasya. Sementara Irsyad, menatap Rasya kesal.
"Gitu banget Lo, Sya." Ketus Irsyad.
Rasya hanya tertawa kecil, tidak menistakan Irsyad sehari saja. Rasanya ada yang kurang bagi Rasya dan Gibran.
TBC❤️
Gimana suka gak sama cerita nya? Kurang nyambung? Maaf baru belajar soalnya😊