Ch. 2 : Di Usir

14 1 0
                                    

"Udah berapa kali aku bilang, kamu gak perlu lagi part time. Biar aku yang cukupin kebutuhan kalian." Telinga Alea rasanya pusing sekali mendengar omelan Han.

"Tapi aku gak mau terus repotin kamu, Han!" jawab Alea sedikit gemas. Iya, dia tahu bahwa tanpa di suruhpun Han pasti akan mentransfer uang bulanan untuk Alea yang lebih dari cukup.

Han kesal, dia membanting stir ke tepi jalan dan menghentikan nya disana, kemudian ditatapnya perempuan yang kini sudah berganti menjadi kaos oblong dan jeans yang ada di sampingnya.

"Aku suka ketika kamu mengandalkan aku, Le. Kamu boleh bekerja, tapi setelah urusan pendidikan kamu selesai." Han sedikit terpancing emosi.

Alea menatap Han dengan rasa tak enak. "Kalau keluarga mu tahu, mereka pasti langsung jodohin kamu Han."

Han mengacak rambutnya yang memang sudah berantakan dan melonggarkan ikat dasinya. Lalu menarik dagu Alea dan mendekatkan bibirnya diantara bibir Alea.

"Aku bisa melepas semuanya supaya bisa bersamamu, bahkan orangtua sekalipun. Kamu orang yang aku cintai dan orang yang aku mau untuk hidup bersama sampai sisa umur ku, Aleanna!" Lirih Han, benar-benar tulus dari hati nya.

"Tap-- emhh." Han mencium dengan sedikit kasar bibir Alea agar gadis itu tidak berkata hal lain yang membuat emosi nya kembali naik. Han menarik semakin dalam tengkuk nya.

Alea bergerak mendorong dada Han, namun sia-sia karena kekuatan nya tidak sebanding. Ciuman Han didasari oleh emosi dan Alea tidak suka itu.

Nafas Alea hampir habis karena Han yang sangat kasar dan tidak sabaran mencium nya. Dilepasnya pagutan itu karena Han rasa Alea mulai kehabisan oksigen.

Bibir keduanya bengkak karena ciuman yang brutal. Dan sedikit liptint Alea mencoret bagian bibir Han. Dimata Alea Han sangat seksi dengan penampilannya seperti itu, tapi disisi lain dia tidak suka gaya Han meluapkan emosinya.

"Kamu tau, aku gak suka dicium kasar kayak gitu." Gumam Alea, dirinya menegakan badan menghadap jalanan sepi karena sudah malam. Untunglah tidak ada mobil atau motor lewat.

Han menghela nafas kasar, dan mulai menjalankan pedal gas.

"Maaf, aku terpancing emosi. Selebihnya kamu gak usah kerja lagi, kamu fokus lah pada pendidikan mu, setelah selesai aku akan membebaskan kamu untuk bekerja apapun dan dimana pun kamu mau." Tawar Han, dia bukan nya melarang atau mengekang Alea, tapi dirinya ingin Alea hanya fokus di pendidikan dan mengejar karir nya nanti.

Dia ingin Alea bisa membuktikan kepada orangtua yang meninggalkan nya bahwa gadis itu mampu dan layak untuk keluarganya.

Alea memang dibuang oleh kedua orangtua nya. Itu yang Han tahu, ayah ibu nya bercerai kemudian kakak laki laki Alea lah yang dibawa oleh Ayahnya, sementara Alea ditinggalkan begitu saja kepada Ibu nya.

Ibunya menikah lagi dan tinggal diluar negeri, tanpa memperdulikan Alea dan nenek nya di sini yang kesusahan. Dan untuk nenek nya itu ada dari pihak ibu Alea.

Alea sempat berpikir sejenak, ada benarnya Han. Dirinya harus fokus di pendidikan dahulu tapi, tetap saja hati nya tidak bisa. Dia tetap ingin berusaha memenuhi kebutuhan nya dengan uang sendiri.

Ya, walaupun tanpa sadar Alea menjadi partner with benefit nya Han. Dia mendapatkan uang dari hasil melayani pria itu.

"Baiklah." Jawab Alea, bukan berarti dia akan menuruti tapi supaya pria itu tidak lagi mengomel dan emosi nya mereda.

Han tersenyum, dan mengacak pucuk kepala Alea seraya menyetir.

Beberapa puluh menit kemudian mereka sampai di apartemen dengan sepanjang perjalanan dihiasi keheningan.

Kemudian Han membuka apartemen nya dengan smartdoor yang hanya menempelkan jempol saja.

Namun, presensi mereka berdua tak bisa teralihkan dari rak sepatu, terdapat wedges wanita. Yang Han maupun Alea sudah mengira kalau itu pasti milik Nyonya Pradipta alias Mama Han.

"Han..." Bisik Alea, wajah nya seketika pucat. Di dalam bayangan Alea, dia akan di Jambak, dicakar, diteriaki oleh Anita.

Han pun sama rupanya, ketar ketir, namun terlambat karena teriakan sang ibu sudah terdengar begitu dekat.

"KEHAN PRADIPTA! SUDAH BERAPA KALI MAMA BILANG UNTUK JAUHI JALANG ITU!" Teriakan menggelegar itu ada di depan mereka.

Wajah murka Anita tidak bisa di hindari lagi, wanita paruh baya yang dulu dalam ingatan Alea sangat menyayanginya seperti anak sendiri kini berubah menjadi iblis yang siap mencabut nyawa nya kapan pun.

Alea menunduk, merasakan kehadiran Anita di hadapan nya. Salahnya, Han malah membuka suara membela Alea.

"Mah, biarin Alea tinggal disini, dia--" Han kehilangan kata-katanya.

Plak!!

"Masih kurang kah kamu tamparan dari saya, Aleanna?" Ucap Anita setelah menampar keras pipi Alea.

Han panik, jelas. Berusaha menjauhkan Anita dari Alea.

"Diem kamu, Han!" Tunjuk Anita, wanita tua itu sama-sama emosi oleh keduanya.

"Saya sudah bilang, untuk jangan lagi mengganggu putra saya. Tapi kamu rupanya tidak ada kapok ya. Ya, memang buah jatuh tidak jauh dari pohon nya, mungkin ini gambaran Theresia sewaktu muda." Sinis Anita begitu sarkastik menyakiti hati Alea.

"Mah.." mohon Han, namun Anita tak menggubris.

"Keluar kamu dari apartemen ini, dan kemasi barang-barang mu itu! Oh tidak perlu kamu kemasi, toh barang yang ada disini pasti dibeli pakai uang Kehan, kan?"

Mata Alea memanas, meskipun semua yang dikatakan nyonya Pradipta itu benar tapi tetap saja hatinya terasa sakit. Mungkin memang sudah waktunya Alea berpisah dengan Han.

"Mah, dia gak punya lagi tempat tinggal." Han masih berusaha membujuk Anita. Jelas saja Anita tidak Sudi.

"Apa? Gak punya tempat tinggal? Ngaca kamu Kehan, dia masih punya nenek nya, biarin aja dia pulang ke tempat nenek nya itu. Lagian so banget udah jadi miskin tapi ingin sekolah di sekolahan elit. Huh, emang dia siapa?" Anita mengipas-ngipas leher nya yang kepanasan dengan dua tangannya.

Alea mengangguk lemah masih menundukkan kepalanya. "Saya akan pergi, Tante gak usah khawatir."

Dan Alea meninggalkan tempat itu tanpa membawa barang satupun, bahkan seragam sekolahnya hanya yang tadi dia pakai saja.

Han ingin mengejar namun di tahan oleh Anita. "KEHAN, SINI KAMU!"

Setelah keluar dari apartemen Alea menangis di lorong yang sepi itu. Kemudian tertawa getir memikirkan perkataan Kehan tadi di mobil.

Dia bilang akan meninggalkan keluarganya bahkan orangtua nya sekalipun. Tapi apa? Menghadapi masalah seperti ini saja Kehan masih tidak punya power untuk mengalahkan Anita.

Tidak mau terlihat acak-acakan Alea menyusut air matanya dan bergegas keluar. Dimana lagi dia harus tinggal? Karena selama ini apartemen Han lah yang menjadi tempat nya pulang.

Dan Alea tidak tahu bagaimana caranya Anita bisa mengetahui letak apartemen rahasia nya dengan Han, bahkan sampai kode apartemen nya wanita itu tahu.

Tak mau memikirkan hal tak penting itu, Alea berusaha memutar otak siapa kira-kira yang bisa dia hubungi untuk disinggahi nya pada malam ini?

Saking bingung nya, Alea berdiam di halte Bus dia kedinginan dan tidak tahu kemana. Therin? Alea tidak ingin merepotkan sahabatnya lagi. Sudah cukup dengan Therin mau menerima nya sebagai sahabat setelah skandal yang dibuat oleh ibunya serta berbagai gosip buruk tentang nya.

"Sendirian aja, Neng?" Sebuah suara membuat Alea yang sedang menunduk mendongak bersama wajahnya yang sudah memerah dan belek yang menempel.

"Anjir, lo nangis!?"

****

Kupu-Kupu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang