"Anjir, lo nangis?" Sebastian kaget, dia langsung turun dari motornya. Lelaki itu masih menggunakan seragam sekolahnya. Sudah jam 11 malam begini dari mana saja anak itu, batin Alea.
Alea masih bergeming menatap lurus pada Sebastian yang menghampirinya.
"Na? Lo gak kesurupan kan? Plis ini bukan hantukan? Atau ternyata elo Kunti bogel? Atau ternyata gue saking memikirkan elo jadi--" Sebastian mengguncang bahu Alea sedikit keras.
"Duh, banyak bacot banget sih, lo!" Alea menepis lengan Sebastian.
Sebastian masih tidak percaya bahwa yang ditemui nya manusia, jadi dia mencubit keras pipi Alea membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Gila lo, ya! Sakit." Alea mengusap pipinya.
Sementara Sebastian masih dengan pikiran konyolnya. "Astaga, jadi beneran manusia."
Alea yang moodnya sedang down semakin down dibuatnya oleh Sebastian.
"Ya Lo pikir gue apaan? Setan?" Ketus Alea.
Sebastian hanya menggaruk tengkuknya kaku. "Maaf deh. Btw Lo kenapa nangis? Sendirian. malem-malem disini lagi? Gak takut diculik?"
Alea dibuat nya pusing dengan ocehan-ocehan Sebastian. "Gue gak papa. Lo gak balik?"
Sebastian kini ikut duduk disampingnya. "Gue baru balik balap." Jawaban nya sukses membuat Alea shock berat.
"Balap liar?"
Pria itu mengangguk. "Kenapa?" Kemudian menatap Alea.
"Kalo ketauan guru, Lo bakal langsung di DO mana pake almamater sekolah segala." Alea mendengus. Dasar murid bandel. Ada aja tingkah yang buat malu sekolah.
Tapi bukan nya mikir Sebastian malah tertawa. "Justru itu gue pindah ke sekolah Lo, ya karena di DO juga dari sekolah sebelum nya."
Alea tidak habis pikir. Bisa-bisanya sesantai itu Sebastian bicara.
"Harusnya Lo gak diterima di sekolah ini, apalagi dengan track record Lo yang buruk, ga mungkin kan kalo sekolah sefavorit ini gatau gimana Lo di sekolah yang lama?"
Sebastian mengangguk membenarkan. "Iya sih, tapi kan Lo lupa ya, bapak gue yang diriin sekolah itu. Ya mau gak mau suka gak suka gue diterima dan gak akan dikeluarin mau kayak gimana pun buruknya gue."
Alea berdecak sebal. "Jadi elo yang di gosipin akhir-akhir ini, tuh. Nyebelin banget panas telinga gue."
Sebastian terbahak. "Pasti gosip nya gue gantenglah, anak orang kayalah, dan itu pasti cewe-cewe. Iyakan?" Dan ya tebakan Sebastian benar meskipun sedikit narsistik juga anak ini.
Alea memutar bola matanya jengah. "Bukan tuh. Justru gosip nya lo homo."
Mata Sebastian membelalak. "What? kok yang nyampe ke telinga lo berita buruk nya sih." sebastian berdecak sebal. Tak habis pikir.
Tanpa sadar kesedihan Alea terlupakan sejenak karena mengobrol dengan Sebastian dan melihat tingkah freak nya itu.
"Ya, mana gue tau."
"Eh, Lo pulang kemana biar gue anter?" Sebastian menatap jam sebentar lagi hampir tengah malam. Tidak baik bukan bagi wanita berlama-lama sendirian diluar.
Gadis itu cemberut, tatapan sedih terpancar dari matanya yang indah menurut Sebastian.
"Gue ngerti kayaknya kondisi Lo. Lo ikut gue aja, yuk." Sebastian telah mendengar semua nya dari Jona. Ya tidak semua sih, garis besarnya saja.
"Engga deh, gue--" tolakan Alea terputus.
"Ah, banyak nolak, Lo. Udah ikut aja cepetan."
Akhirnya Sebastian menggendong tubuh Alea yang ringan dan menaikan nya di jok penumpang.
Alea tentu saja terpekik, ya bagaimana tidak tiba-tiba dirinya di angkut dan didudukan.
"Heh, maen gendong-gendong aja. Dikira gue karung beras kali ya!" Alea tak terima kini dirinya sudah duduk di jok motor Ducati milik laki-laki sinting yang tadi menggendongnya.
"Gue gak bawa helm, jadi siap-siap ya rambut Lo sama air liur Lo terbang-terbang karena gue mau ngebut." Ucap Sebastian seraya menaiki motor Ducati merah nya.
"Oh ya, jangan lupa peluk." Kemudian Sebastian menarik kedua lengan Alea melingkar di pinggang nya.
Dan langsung menancap gas menuju apartemen miliknya.
"Jangan ngebut woi!!"
Akhirnya Alea pasrah saja dibawa oleh Sebastian, diajak ngebut sampai rambut nya seperti sapu ijuk, hingga dipaksa memeluk laki-laki itu.
Hanya satu hari. Iya hanya satu hari saja dia menginap di tempat pria itu.
***
Sementara di tempat Han, suasana masih memanas.
"Kehan, Mama minta untuk jangan lagi berhubungan dengan Alea." Tatapan tajam Anita tidak lepas kepada anak sulung nya itu.
Han yang tepat duduk dihadapan Anita dan hanya di batasi oleh meja tamu, menunduk dalam. Dia sadar bahwa dirinya masih belum mampu melawan Anita.
"Emang kenapa dengan Alea? Karena dia sudah jatuh miskin?" Han menyoloti Anita.
Anita menghela nafas kasar. "Kehan, dengar. Mamah gak mempermasalahkan soal Alea yang jatuh miskin atau tidak. Tapi ini soal harga diri keluarga kita!"
Han tertawa sinis. "Apa bedanya?"
"Beda!" Tegas Anita.
"Kamu tahu ibunya yang berselingkuh, pergi menelantarkan anaknya ayahnya yang ternyata memiliki simpanan. Keluarga nya sudah tercoreng, Han. Mau dibawa kemana muka keluarga kita kalau kamu sampai jadi dengan Alea. Ditambah lagi, usaha yang baru kita rintis, investor-investor kita, hampir keseluruhan nya adalah rival keluarga Alea."
"Pikirkan kesitu, Nak. Mama gak mau hasil jerih payah yang kita bangun hancur begitu saja." Suara Anita melemah.
Han terdiam.
"Ingat, kamu harus mengalahkan Sebastian Armondhite dalam hal apapun! Dia sudah merebut semua yang menjadi milik kamu." Ucap Anita memprovokasi.
Han mengangguk. Disisi lain ia juga ingin mengalahkan bocah sialan itu. Tapi, apa harus dia mengorbankan cintanya juga? Setelah semua nya anak itu rebut dan sekarang dia perlu berkorban lagi?
"Iya, Ma. Kehan bakal nurutin perkataan Mama."
Anita tersenyum, menghampiri putranya dan mengusap kepalanya. "Dan satu lagi, Mama mau kamu lebih dekat dengan Cecil. Karena gimanapun keluarga nya akan sangat menguntungkan untuk kita, Han."
Han mendongak, menyentak tangan sang ibu. "Mama udah janji gak akan ada perjodohan. Kenapa tiba-tiba aku harus dekat dengan Cecil?"
"Kehan, mama tidak bilang kamu di jodohkan. Mama cuma bilang dekati. DEKATI. Kalau dirasa kamu tidak cocok, tidak usah dipaksa." Anita tersenyum miring menjawabnya.
Lain halnya dengan Han, dia mengacak rambut nya frustasi dan menghela nafas kasar. Disaat-saat seperti ini dia butuh Alea untuk menenangkan jiwanya.
"Pulanglah, Ma. Aku mau istirahat."
Brak!!
Han menutup pintu kamar nya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu Malam
RomanceDia adalah Alea, gadis kelas 3 SMA yang kehidupan nya sangat sulit. Ditinggal oleh kedua orang tuanya karena bercerai, terlantar dan di urus oleh sang nenek, kemudian keadaan ekonomi yang kurang, membuat Alea memilih jalan yang salah dan menghalalka...