Larasita Maira pernah hampir kehilangan nyawa karena memulai pernikahan pertamanya dengan cara yang salah. Kejadian itu cukup mengguncang batinnya, yang kemudian membuatnya sadar dan berusaha memperbaiki diri.
Waktu berlalu, dan Laras kembali dihada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mas, ini seriusan?"
Dirga mengangguk kecil. Diperhatikannya bagaimana mata Laras berbinar sempurna menatap secarik kertas memo yang ia berikan padanya tadi.
"Ini banyak sekali. Jadi tambah list pesanan deh!" Laras meletakkan kertas itu di dada, memejamkan kata seraya mengucap syukur.
Kertas itu berisi pesanan brownies dari rekan-rekan kerja Dirga di gudang cabang Tangerang. Tidak banyak sebenarnya, hanya lima orang saja yang masing-masing memesan satu loyang brownies.
"Jangan lupa, kasih kita harga kenalan ya, Pak!"
Begitu pesan Widya saat memberikan catatan pesanan itu pada Dirga. Yang langsung Dirga setujui dengan menanggung diskon harga kenalan yang diminta Widya dan para pemesan. Tidak mungkin juga ia meminta Laras untuk memberikan potongan harga
"Makasih ya, Mas," ucap Laras. Perempuan itu menyerongkan tubuh, ke arah Dirga yang sudah duduk bersandar di tempat tidur. "Aku nggak expect loh, kalau temen-temen kamu bakalan pesan."
Pria yang sibuk menekuri ponselnya itu mengurai senyum. "Kata mereka brownies buatan kamu enak."
Laras menaiki tempat tidur, menggeser tubuhnya, sedikit mendekat pada Dirga. "Mas, nanti kalau kamu visit ke cabang daerah lain, kamu bilang aku. Nanti, aku bawakan kue buatan aku untuk temen-temen kamu di sana. Siapa tahu banyak masuk pesanan lagi."
"Boleh," jawab Dirga lagi. "Memangnya pesanan Ayas Kitchen lagi sepi?"
"Nggak juga. Cuma kan ... apa salahnya memperluas jangkauan pasar?"
"Betul juga," sahut Dirga.
"Lagipula kan, sebentar lagi aku jadi ... single lagi. Jadi, aku harus lebih giat di Ayas Kitchen," tutur Laras.
"Terus setelah kita cerai nanti, kalau teman-temanku pesan lagi gimana? Kamu bilang kan, kita mau putus hubungan?"
Laras meringis pelan. "Sebenarnya kalau untuk urusan bisnis sih, aku nggak masalah."
Dirga terkekeh saja seraya menggelengkan kepala.
"Kamu keberatan?" tanya Laras.
"Nggak juga. Asal dapat komisi!" Dirga mempertemukan ujung jari telunjuk dan ibu jarinya, mengangkatnya sedikit ke atas lalu saling digesekkannya pelan.
Laras tertawa. "Boleh. Nanti akan ada bonus juga kalau mencapai target."
"Serasa lagi merekrut sales ya, Bu!" sindir Dirga mengundang tawa Laras.
"Mantan suamiku, sales usahaku," timpal Laras yang membuat mereka tergelak bersamaan.
"Tapi, aku rasa sih istri kamu nggak akan setuju." Laras memundurkan tubuh ke tempatnya. Mengambil posisi yang sama seperti Dirga saat ini.