Bab 11 Di culik

45 28 67
                                    

Ada sosok pria paruh baya yang sedang duduk di ruang tamu.

Aku langsung saja menghampiri pria paruh baya itu lalu duduk di sampingnya. Iya, dia adalah Ayahku.

"Assalamualaikum Ayah," Ucapku kemudian.

"Waalaikumaalam, Nak. Dari mana kok baru pulang," Balas si ayah.

"Habis jalan-jalan sama Kak Arga, Yah."

"Arga siapa, Nak?"

"Hehe, maaf, Ayah. Aku belum sempat cerita, Kak Arga yang beberapa lalu bertemu denganku, Yah."

"Teman atau---?"

Belum sempat Ayah menyelesaikan kalimatnyanya, aku langsung saja memotongnya dengan pertanyaan. Aku tahu apa yang bakal ayahku tanyakan kepadaku, makanya aku langsung ganti topik pembicaraan. Aku tidak mau bahas sesuatu yang belum ingin kupikirkan.

"Ibu mana, Yah?" Tanyaku padah ayah untuk merubah topik pembicaraan.

"Di dapur, lagi buatin Ayah kopi"

"Ayah ini kopinya."

"Ibu," Panggilku dengan sumeringah.

"Eh- sayang udah pulang?"

"Udah, Bu."

"Bu, jagoan kita kemana ini?"

"Adek kamu lagi pergi sama teman-temannya."

"Ah--pergi mulu, dah. Aku kan jadi enggak ada teman berante nya nih kalo tuh anak main mulu."

Ibuku menjewer telingaku.

"Kamu ini ya, adeknya main dicariin, kalau ada kalian berantem. Hadeh, enggak bisa akur. Bok yok kalian itu akur gitu loh._ Kalian tuh harus akur. Kalian itu tuh saudara kandung, bisanya berantem mulu. Kalo ketemu enggak enak diliatnya. Yang akur ya. Apalagi kamu, Fati! Kamu seorang kakak, jadi janganlah kamu berantem sama adekmu, kalo bisa yang akur gitu biar enak dipandang ... "

Aku sebenar nya bukan berantem sih, tapi lebih tepatnya jail. Wkwk.

"Hehe ampun, Bu. Bercanda ... " Ucapku menyesal menanyakan adekku yang menyebalkan itu.

"Ya udah, Bu, Yah. Aku ke kamar dulu, mau bersih-bersih udah gerah ini."

"Ya udah, sana," Ucap orangtuaku.

Selesai bersih-bersih, aku pun langsung tidur. Begitu cepatnya pagi pun sudah menyapa, matahari bersinar memasuki jendela  kamarku. Mataku pun perlahan mulai terbuka.

"Sayang, bangun yuk. Udah pagi ini, turun dulu sarapan sayang"

"Huamm, em. Iya, Bu," Sahutku.

Aku bersih-bersih lalu aku turun menuju meja makan dimana di sana sudah ada ibuku yang sedang memasak.

Aku mencium betapa harumnya masakan ibuku. Berbagai rempah-rempah yang sudah tercampur dengan masakan itu menusuk hidungku, membuatku ingin segera menyantapnya. Hehe.

"Wah ibu masak apa hari ini?" Tanyaku kepada ibu.

"Masak capcai, ayam kecap, tumis kangkung, sop ayam, sop buah, mie tek tek, tempe goreng dan orek tempe sayang."

"Wah banyak banget bu masaknya?"

"Engga papa, Sayang. Biar kamu dan adekmu puas makannya."

"Ada yang bisa aku bantu, Bu ?" Tanyaku kepada ibu. Siapa tahu ibu mau dibantu.

Iya sih, tau. Kalau mau bantu mah tinggal bantu aja, tapi aku enggak enak kalo enggak izin atau bertanya dulu sama ibu.  Ehehe karena sudah terbiasa selalu bertanya dan izin sebelum melakukan sesuatu.

SENYUMAN PALSU GADIS MANISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang