Bab 4

7 2 0
                                    

Bintang berlarian di lorong sekolah sembari menggendong tubuh Rena yang tak sadarkan diri menuju ke ruang UKS. Sesampainya di sana, ia pun langsung membuka paksa pintu UKS menggunakan bahu nya.

Akhirnya pintu UKS pun berhasil dibuka dan Bintang pun langsung merebahkan tubuh Rena di salah satu bangsal yang ada disana secara perlahan.

Bintang merogoh ponsel yang ada di kantong celana nya, kemudian menelpon kenalan nya yang merupakan anggota PMR.

"Bro, ke UKS sekarang urgent nih!" Desak Bintang.

"Iya bentar lagi jalan." Balas seseorang dari balik telepon.

Bintang langsung mematikan ponsel nya lalu kembali memeriksa suhu tubuh Rena. Saat tangan Bintang menyentuh dahi gadis itu.

"Panas banget! Rena kamu ngapain sih maksain sampe kayak gini?" Gumam Bintang dengan hati yang khawatir.

Tak lama kemudian ada seseorang yang masuk ke UKS sambil membawa kunci, akan tetapi ia terkejut ketika pintu UKS bisa terbuka tanpa harus menggunakan kunci.

"Wah gila, lu dobrak ya Bin?" Tanya seorang siswa PMR yang baru saja masuk.

"Gausah banyak omong lah Tio, buru kasih pertolongan pertama!" Desak Bintang dengan nada yang agak tinggi.

Mau tidak mau, Siswa PMR yang bernama Tio itu menuruti permintaan Bintang. Ia segera melakukan perawatan kepada Rena, mau tak mau ia pun menuruti permintaan Bintang.

Pertama-tama Tio menyuntikan infus ke tangan Rena, kemudian mengambil kain lap dan baskom berisi air dingin, dan meletakan lap itu di dahi Rena untuk mengompres nya. Terakhir, ia menutupi tubuh Rena dengan selimut supaya gadis itu tidak merasa kedinginan.

"Udah, tinggal nunggu siuman aja." Ujar Tio.

Bintang terus menatap Rena sembari mengelus bagian dahi nya, khawatir akan keadaan kekasih nya yang kelelahan akibat terlalu memaksakan diri.

"Ngomong-ngomong Bin, lu masih rahasia-rahasiaan soal hubungan lu sama Rena?" Celetuk Tio yang langsung mematahkan lamunan Bintang.

"Masih yo. Ya lu tau sendiri lah peraturannya kayak gimana, Rena juga nurut banget jadi orang." Jelas Bintang sembari melipat tangannya.

"Tapi kan elu temenan sama ketua OSIS, tinggal ngomong aja." Celetuk Tio.

Bintang terdiam sejenak. Memang benar ia memiliki relasi dengan ketua OSIS di sekolah ini. Sama seperti Vino dan Gilang, Bintang juga memiliki perkumpulan dan teman-teman yang berpengaruh.

Tapi mereka berbeda, ketika kelompok Gilang lebih kearah berandal dan pembully, teman-teman Bintang merupakan orang-orang yang aktif dalam kegiatan sekolah, salah satunya Tio dan Ketua OSIS.

"Gak deh, kayaknya hubungan kalo terlalu dipaksakan juga gak bakal bener."

"Buset, belajar darimana lu soal beginian." Ujar Tio sembari merangkul Bintang.

Bintang mengenyahkan tangan Tio dari bahu nya, kemudian ia kembali memeriksa keadaan Rena. Bintang mengambil kompres yang ada di dahi Rena, memerasnya kemudian mencelupkan lap itu ke air dingin lalu memasangnya kembali di dahi Rena.

Tio hanya tersenyum kecil melihat Bintang akhirnya bisa perhatian. Sesuatu yang jarang terlihat dari sosok Bintang, orang yang narsis, sombong serta memiliki perilaku yang menyebalkan itu.

Tiba-tiba ponsel milik Bintang bergetar, menandakan bahwa ia mendapatkan sebuah pesan.

"Lu ngeliat Rena gak? Anak-anak pada nyariin nih."

Bintang menarik nafas panjang, seseorang yang mengirimnya pesan ternyata adalah si Ketua OSIS.

"Yo kayaknya gw harus pergi dulu deh." Ujar Bintang sembari membalas pesan di ponselnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ikatan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang