Gadis berambut hitam itu tidak bisa berhenti berbicara, dia tanpa izin duduk di tempat tidur Jennie dan mulai berbicara dengannya tentang betapa menakjubkannya mansion besar itu.
Untuk pertama kalinya Jennie merasa tenang saat berada dihadapan orang asing. Dadanya tidak terasa sakit lagi, nafasnya juga tidak sesak dan tubuhnya tidak bergetar.
Namun Jennie tidak berkata apa-apa, dia hanya mendengarkan apa yang dibicarakan gadis itu.
Jujur saja dia senang melihat bagaimana si rambut hitam begitu cerewet saat berbicara, bahkan mulutnya sampai berbelit-belit ketika mengucapkan beberapa kata yang sulit diucapkan. Jennie juga melihat bagaimana mata gadis itu berkerut ketika dia tersenyum.Jennie terus menganalisanya. Ini adalah pertama kali bagi dirinya melihat seorang anak yang hampir seusianya berada di hadapannya.
"Berapa umurmu?" Jennie memotong pembicaraannya.
"Sebelas!" Ucap Lisa dengan antusias.
"Kamu lebih muda dariku tapi kamu bersikap seenaknya, kamu seharusnya berbicara denganku secara formal, umurku dua belas tahun," Jennie berkata seraya mengangkat salah satu alisnya.
"Bagiku umur tidak menjadi masalah." Lisa tersenyum lalu bangkit dari tempat tidur. Sedangkan Jennie memutar matanya. Meskipun kehadirannya masih membuatnya sedikit tidak nyaman, tetapi dia tidak ingin Lisa pergi.
"Kamu akan pergi?"
"Ya, aku tidak bisa tetap disini, aku tadi tidak meminta izin, para pelayan juga melarangku berada disini, tapi meskipun begitu, aku berjanji padamu aku akan kembali secepat mungkin."
"Aku tidak memintamu kembali."
"Jangan malu-malu, aku tahu kamu ingin aku kembali, sampai jumpa besok." Sebelum pergi, Lisa mendekat untuk meraih tangan Jennie tetapi gadis itu segera mundur dengan ketakutan.
"Jangan sentuh aku!" Katanya.
"Kenapa? Aku bersumpah aku sudah mencuci tanganku," mendengar itu Jennie mulai tertawa.
"Kamu benar-benar idiot!" ucapnya masih sambil tertawa sementara Lisa melihat tawa indah Jennie dengan sangat takjub, baru pertama kali dia melihat bidadari tertawa. Lisa merasa senang karena berhasil membuatnya tertawa.
"Matamu cantik saat tertawa, sampai jumpa bidadari."
"Namaku Jennie!"
Lisa segera meninggalkan kamar dan menutup pintu dengan perlahan-lahan agar tidak menimbulkan kebisingan.
Jennie mencoba untuk tidur tetapi dia tidak bisa menghilangkan obrolan kecil mereka dari pikirannya.
***
Lisa entah kenapa ingin bertemu dengan Jennie lagi, dia ingin tahu lebih banyak hal tentang gadis berambut coklat yang terus membuat jantungnya berdebar kencang.
Lisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Jennie mengizinkan Lisa untuk menggenggam tangannya.
Saat itu jam 3 pagi dan Lisa terus memikirkannya, dia memikirkan tentang senyuman indahnya dan matanya yang seperti kucing bersinar karena cahaya bulan.
"Bagaimana dia bisa begitu cantik? Kalau aku laki-laki, aku pasti akan memintanya untuk menjadi pacarku." bisik Lisa dalam hati.
***
Yoona memasuki ruangan besar sambil membawa sarapan favorit Jennie, pagi itu dia sedikit terlambat dan dia mengira Jennie akan sangat kesal, namun yang terjadi justru sebaliknya.
"Nanaaaaaa... Aku dari tadi menunggumu..." Jennie berkata sambil mengangkat tangannya dengan ceria.
"Dari apa yang aku lihat, sepertinya tidurmu nyenyak semalam." Yoona berkata sambil tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENDELA (GXG)
Teen FictionLisa adalah anak dari Hakju, seorang tukang kebun yang bekerja di mansion keluarga Kim. Dari taman, Lisa selalu memperhatikan gadis berambut coklat yang sering muncul dari jendela kamarnya. Lisa bertanya-tanya, mengapa gadis itu selalu disana dan t...