00

17.5K 1K 25
                                    

POV Albar.

Nama ku Albar Djiodasran, saat ini aku baru memasuki usia 19 tahun dan akan melanjutkan pendidikan ku ke jenjang kuliah. Status ku seorang alpha dominan karena ayah dan ibu ku juga dominan.

Aku terlahir dari keluarga yang cukup terkenal karena kakek ku pendiri perusahaan sepatu ternama dan di wariskan pada ayah ku. Seiring jaman, perusahaan tak hanya fokus pada sepatu tapi pakaian, tas juga fashion lainnya.

Sebagai anak tunggal tentu aku menjadi pewaris satu-satunya dari Djisan Group.

Ayah selalu mengajari ku tentang seluk beluk perusahaan sejak aku masih kecil, aku sudah cukup dikenal di kalangan pengusaha sebagai pewaris yang mempuni karena kepintaran ku.

Bicara ku yang cakap, cara berpikir yang dewasa dan mampu memberi solusi saat aku pertama kali ikut ayah rapat. Kemampuan ku tak diragukan lagi oleh para investor yang akan menanam saham di perusahaan kami, mereka menyebut ku anak emas Djisan.

Aku bahagia dengan kehidupan ku, akan tetapi suatu hari ayah dan ibu mengajak aku pergi bersama mereka. Kami mengunjungi restoran kelas atas dengan makanan mewahnya, aku tak menaruh curiga sedikit pun tapi saat kami tiba dan duduk di meja itu.

Aku baru menyadari kalau aku berada dalam situasi yang akan mengubah kehidupan ku, ayah menjodohkan aku dengan seorang omega yang masih berstatus pelajar SMA.

Omega ini berusia 17 tahun, dia anak bungsu dari keluarga Nambigael, rekan kerja ayah sekaligus sahabat lama ayah.

Rio Nambigael, aku pernah beberapa kali bertemu dengannya saat dia masih sangat kecil mungkin saat itu dia berusia 6 atau 7 tahun tapi ini pertama kalinya aku melihat dia yang sudah remaja.

Wajahnya kecil, matanya bulat juga tubuhnya ideal untuk ukuran seorang omega dan jangan lupakan bibir plum merah mudanya.

Untuk sesaat mata kami bertemu tapi dia langsung menunduk malu dengan rona merah muda di kedua pipinya.

Aku pun tak bisa menampik kalau dia benar-benar tipe ideal ku, aku menyukainya pada pandangan pertama.

Saat ayah bertanya apakah aku bersedia menikah tentu aku langsung mengiyakan, aku pun menatapnya menanti jawaban yang akan keluar dari mulutnya.

Ibunya bicara sebentar dengannya lalu perlahan dia menatap ku dengan senyum lembut.
"Iy-iya, kalau mas Albar bersedia.. saya juga bersedia" jawabnya.

'Ugh..' aku langsung meremas celana ku, dia benar-benar sangat manis.

Kedua pihak keluarga tertawa pelan melihat tingkah kami berdua, akhirnya di putuskan pernikahan kami terselenggara secara tertutup dan rahasia karena Rio masih di bangku sekolah.

Tepat di ulang tahun ku yang ke 19, aku resmi menjadi kepala keluarga dan harus beradaptasi dengan omega yang baru ku temui 1 minggu lalu ini.

.
.

Bersambung ...

Pernikahan Muda (ABO21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang