RUMIT

31 0 0
                                    

Sesaat setelah terbangun dari pagi, apa yang aku ku lihat semua terasa begitu sepi. Tak ada kabar terbaik darimu yang masuk ke pesan ponselku, tak ada lagi rengek manja yang ku dengar setelah kau lelah pulang bekerja. Seperti mimpi, aku masih tak percaya bahwa hatimu tak lagi aku miliki. Aku kalah, hatimu telah bertahta dengan dia yang kau anggap lebih mewah. Sungguh, ternyata kepedihan bisa datang sepagi ini.


Dengan nafas yang terengah-engah, teriring isak tangis bersama airmata yang entah kemana ia akan bermuara. Aku merayakan kepergianmu dengan pesta yang begitu meriah. Titik terberat dalam mencintaimu adalah mengikhlaskan kepergianmu. Aku tersesat ke dalam labirin waktu, aku mati dibunuh rindu. Sungguh, melupakanmu ternyata bisa sesakit ini.


Aku belum begitu yakin benar-benar bisa melupakanmu dengan utuh, sampai detik ini pun rindu kepadamu masih begitu riuh. Kepadamu keakuanku luluh, hatimu tak pernah tersentuh.


Aku bodoh, aku terkecoh. Aku terlambat menyadari bahwa hatimu tak sepenuhnya aku miliki. Ada yang diam-diam menjabat tanganmu. Ada yang sembunyi-sembunyi mencuri perhatianmu. Kau terlena, kau terpesona oleh cinta yang yang tiba-tiba. Ku harap keputusanmu memilih dia jangan sampai sia-sia, semoga dia mampu menjagamu dengan bijaksana.


Tunggu saja akan ada hari di mana malam-malammu diisii oleh kerinduan, mendengar namaku akan membuat hatimu penuh dengan pesakitan. Bersembunyi hanya akan membuatmu semakin lelah menahan pedih. Kau akan sadar bahwa tak ada lelaki selain aku yang mencintaimu paling sabar. Berbahagialah, semoga kau terluka.


Sampai di penghujung hari ini pun, aku masih menyisakan tempat untukmu kembali. Sambil sesekali bertanya kepada diri sendiri, mencintaimu apakah bisa serumit ini?.

PEMICU ANESTESITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang