BAB 9

2.5K 126 27
                                    

"Jess kamu sedang ada dimana?"

"Baru keluar kantor. Kenapa Mom?" Jesika menerima uluran kunci mobil dari petugas keamanan. Mengucapkan terimakasih sebelum masuk kedalam mobil. Ia menekan tombol loud speaker kemudian meletakan ponselnya diatas dashboard.

"Kenapa Mom, tadi aku tidak dengar."

"Aldian sakit. Tadi waktu Mom telfon suaranya serak sekali. Kamu memang belum ketemu Aldian?"

Jesika melirik kaca spion sebelum memutar kemudi. Berbalik arah menuju apartemen Aldian.

"Anak itu engga bisa dihubungin Mom. Telfon aku engga pernah dia angkat."

"Kalian berantem?" Suara Mom dari speaker ponsel menggema didalam mobil.

"Engga tahu. Aldian tiba-tiba hilang. Dia bahkan engga ngegubris waktu aku ajak makan bareng sama Evan."

Terdengar hela nafas dari seberang sana. Mom tampaknya baru saja mengerti mengapa Aldian seperti hilang ditelan bumi. Kemudian dengan suara yang jauh lebih tenang dari sebelumnya, Mom kembali berbicara.

"Yasudah, kamu coba jenguk dia diapartemennya."

"Ya, sebentar lagi aku sampai diapartemen Aldian."

Jesika mengangguk paham ketika Mom memberikan beberapa petuah tentang apa yang harus Jesika lakukan setelah sampai diapartemen Aldian. Mom bahkan mengulanginya sebanyak dua kali dibagian jenis obat dan makanan yang harus di konsumsi oleh pria itu.

Jesika sampai harus beralasan agar Mom segera menutup panggilannya sebelum Jesika menabrak salah satu mobil yang terparkir didalam basemant apartemen Aldian. Jesika hanya takut saja membayangkan berapa banyak uang yang harus dia keluarkan jika merusak mobil-mobil yang tampak sangat mengintimidasi.

Jesika menutup pintu mobil dengan pelan. Melangkah santai menuju lift yang berada disisi kanan. Dia menunggu beberapa menit sampai denting lift membuatnya bergegas keluar.

Unit Aldian berada dilantai enam belas. Tempat tinggal yang terlalu luas untuk ditinggali seorang diri. Suatu waktu Aldian pernah mengajak Jesika ikut tinggal bersamanya, yang tentu langsung Jesika tolak mentah-mentah.

Jesika menekan bel. Menunggu pintu didepannya terbuka sembari memainkan ponsel ditangannya. Membalas beberapa pesan yang masuk. Ada pesan dari Evan yang menanyakan keberadaannya.

Dahi Jesika mengeryit bingung. Pasalnya Aldian tidak juga membuka pintu padahal Jesika sudah membunyikan bel sebanyak tiga kali.

Cemas dengan keadaan Aldian, akhirnya Jesika putuskan untuk menekan password pintu tersebut. Membukanya tanpa rintangan lalu melangkah masuk kedalam unit mewah itu.

Jesika menukar sepatunya dengan sandal bulu yang biasa dia gunakan saat berkunjung ke apartemen ini sebelum melangkah lebih jauh mencari keberadaan Aldian.

Dugaan Jesika salah. Dia pikir alasan Aldian tidak bisa membuka pintu untuknya adalah karena pria itu sedang tertidur lelap didalam kamar. Nyatanya Jesika justru mendapati Aldian sedang duduk meringkuk diatas sofa sembari menonton tayangan Nat Geo di tivi lebarnya.

Jesika melangkah mendekati Aldian yang tetap bergeming meski menyadari kehadiran Jesika. Dia tetap diam ketika merasakan Jesika menyentuh dahinya untuk memeriksa suhu tubuhnya yang hangat.

"Sudah minum obat?" tanya perempuan itu.

Aldian tidak menjawab. Matanya tetap fokus menatap layar tivi didepannya. Dia mendengar Jesika menghela nafas.

"Sudah makan?"

"Belum," jawab Aldian singkat. Seharian ini dia hanya makan sereal dan beberapa gelas air putih. Pahit dilidah membuatnya enggan memasukan makanan kedalam mulut.

Fucking HappiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang