2 Maret 2024
Yang sebenarnya Terjadi
Karena jam istirahat masih lama, Shella yang malas masuk ke kelas memutuskan untuk pergi ke rooftop. Dia cukup kagum dengan rooftop sekolah ini yang luas dan bersih, sangat terawat. Shella berjalan terus hingga dia berada di pembatas yang tingginya se dada Shella. Shella meletakkan kedua tangannya disana. Memejamkan mata dan membiarkan angin sepoi-sepoi menyapa kulit dan rambutnya.
Pikiran Shella melayang pada kejadian hari itu:
Beberapa hari yang lalu:
---
Kelas 12 IPA 1 dipenuhi oleh para orang tua murid sedangkan siswa dan siswinya berada di luar mengintip di jendela maupun di pintu masuk. Mereka mendengarkan pembicaraan wali kelas dengan orang tua mereka. Sebenarnya hari ini adalah pembagian hasil ujian Tengah semester. Kelas 12 IPA 1 yang biasanya terkenal ambis dan selalu berebut peringkat teratas sangat kepo dengan hasil ujian mereka kali ini. Tapi yang diberitahu terlebih dahulu adalah orang tua mereka. Jadi mereka sangat cemas dengan hasilnya jika tidak sesuai ekspektasi orang tua.
"Gue takut Shell, gimana kalo nilai gue anjlok lagi, hiks?" teman Shella, Yolanda, merengek kepada Shella yang duduk di sebelahnya.
Shella hanya menanggapinya dengan senyuman dan mengusap punggung tangan cewek itu. "Berdoa aja dulu."
"Lo mah bakal tetap juara satu, makanya Lo tenang-tenang aja," sahut teman Shella satunya lagi.
Shella hanya terkekeh malu, "Bukan gitu maksud gue," jawab Shella malu.
"Otak Lo kok encer banget sih Shell, tutor dong," sambung temannya yang lain.
"Iya, gue salut banget liat Lo! Udah cakep pinter pulak, ga satu-satu yang Lo borong," celetuk yang lain.
"Keknya pas pembagian kecantikan sama kepintaran si Shella ngambil bagian kita deh ges."
Shella hanya bisa tertawa. Dia bersyukur memiliki teman yang banyak dan baik kepadanya. Walaupun dia tidak beruntung dalam keluarga tapi setidaknya Shella punya teman yang selalu menghibur, menyayanginya, dan bahkan menolongnya di kala susah.
Satu persatu para orang tua sudah keluar dengan hasil ujian Tengah di tangannya. Teman-teman Shella pun sudah pada pulang.
Shella mulai gelisah. Biasanya pembagian hasil berdasarkan peringkat teratas, dan setidaknya namanya akan terpanggil di urutan pertama atau kedua. Tapi kenapa sejak tadi namanya tidak di panggil-panggil.
Shella mengintip dari jendela. Hanya tertinggal satu orang tua lagi. Dan setelah orang tua itu keluar, Shella pun segera masuk.
"Buk, kenapa hasil UTS saya belum dibagiin, ya buk? Apa nilai saya anjlok buk?" tanya Shella khawatir, jantungnya berdetak kencang menunggu jawaban walasnya yang bernama Desi.
Desi dengan wajah jutek menjawab, "Bawa orang tua kamu dulu ke sini baru saya kasih!"
Shella membulatkan matanya. "Tapi buk, saya udah izin ke kepala sekolah karena saya ga bisa bawa orang tua saya kesini," jelas Shella.
"Ini kelas saya, dan kamu harus nurutin apa yang saya perintahkan. Kepala sekolah itu beda lagi!"
"Tapi Buk, saya ga bisa bawa orang tua saya ke sini," Shella masih berusaha sabar.
"Ga ada! Dari awal sampai sekarang saya dengar kamu ga pernah bawa orang tua kamu ke sini. Emangnya kerjaan orang tua kamu apa hah? Sampe ga bisa datang ke sekolah anaknya sendiri! Bahkan anak yang orang tuanya pejabat pun masih bisa bawa orang tua mereka ke sini. Ibuk kan ga maksa dua-duanya datang, cukup satu aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudut Tak Bersuara
Teen FictionIni kisah dua manusia yang berasal dari sudut yang berbeda. Kisah yang rasanya baru saja dimulai namun harus diakhiri dengan paksa. Kisah antara dua remaja yang sedang melawan beratnya kehidupan, mereka adalah: Arshella, gadis remaja yang lahir dari...