06. Berbagi Cerita

1 0 0
                                    

4 Maret 2024

Berbagi cerita

"Lo?" Shella membulatkan mata begitu orang itu bangun dari tidurnya. Dia Glend, cowok yang tidur di atas kursi-kursi yang di susun memanjang. Diperhatikan sekilas mungkin seperti tidak ada orang di kursi itu. Dan tadi, Shella hanya melirik sekilas ke kursi itu.

"Suara tangisan Lo yang jelek itu ngerusak tidur gue!"

Glend berdiri disamping Shella. Mengeluarkan sebungkus rokok dari celananya berserta pemati. Cowok itu lalu mengapit sebatang rokok itu di antara dua bibirnya. "Mau?" tawar Glend pada Shella yang terus menatapnya.

Shella menggeleng kuat.

Glend kemudian menyalakan pematik dan membakar rokok nya. Menghisap rokok itu lalu menghembuskan asapnya ke depan wajah Shella.

"Uhuk-uhuk!" Shella menepis kepulan asap itu dengan tangannya.

Glend terkekeh ulah keisengannya. Dia kemudian memandangi pemandangan kota yang terlihat indah dari rooftop sembari merokok. Shella pun melakukan hal yang sama. Mereka berdua terbuai dengan pikiran masing-masing.

"Gue benci suara tangisan." Glend kembali memulai percakapan.

Shella menoleh, alisnya berkedut, "kenapa?" tanya Shella penasaran.

Glend juga ikut menoleh, memperhatikan wajah cantik Shella sejenak sebelum dia angkat bicara, "Emang kita dekat sampe gue harus cerita ke elo?"

Shella memutar mata dan berpaling dari Glend.

Mereka kembali hening, yang terdengar hanya suara helaan nafas Glend ketika dia mengeluarkan asap rokok dari mulut dan hidungnya. "Karena mama," sambung cowok itu tiba-tiba.

Shella terhenyak. Dia menoleh untuk mengetahui ekspresi wajah Glend sayangnya cowok itu terlihat biasa saja seolah tidak punya masalah lebih.

"Gue nangis juga karena mama," tutur Shella.

Glend menoleh, mereka saling bertatapan sejenak, hingga akhirnya Shella memutus kontak terlebih dahulu, tidak kuat untuk memperhatikan wajah tampan Glend lebih lama. Jika saja Glend tidak merokok, mungkin Shella sudah memasukkan nama cowok itu sebagai list cowok impiannya.

"Gue duluan," pamit Shella ketika dia mendengar suara bel. Meninggalkan Glend yang masih mengisap rokoknya sembari memandangi pemandangan kota.

Sudah beberapa menit Shella berada di dalam kelas, namun dia tidak kunjung melihat batang hidung Glend. Sebenarnya Shella merasa senang Glend mau bicara dengannya, setidaknya dia merasa punya teman. Shella harap Glend kedepannya mau bicara dengannya lagi.

"Sss, Lo liat gerak-gerik ketua kelas baru itu? Gue liatin sejak tadi liat ke arah meja Glend deh?" bisik Clara pada teman sebangkunya, Qira.

Qira yang sedang sibuk menonton TV show Korea mengangkat pandangannya, menatap Shella dengan mata berkobar api.

Qira yang terkenal jahat dari kecil hingga dewasa, mengambil sebuah pulpen dari kotak pensil. Karena jarak mejanya dengan Shella tidak jauh-jauh banget. Cewek itu mengangkat tangannya, mengumpulkan kekuatannya di satu titik, lalu melempar pulpen itu sekuat tenaga ke kepala Shella.

"Akh!" Shella meringis kesakitan beriringan dengan sebuah pulpen yang jatuh tidak jauh dari kursinya. Shella memungut pulpen itu dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya sibuk mengusap bagian kepalanya yang terasa perih dan berdenyut-denyut.

'Jangan kan orangnya, mejanya aja Lo tatap, mati Lo!'

Sebuah kalimat menggunakan kertas di dalam pulpen itu.

Shella mencari pelaku dengan memutar tubuhnya menghadap kebelakang, ya karena dia duduk di depan. Rata-rata siswi di kelas ini tertawa geli melihat Shella kesakitan. Dan ketika Shella melempar pandangan kepada dua siswi yang duduk tepat di depan meja Glend, barulah ia tau siapa pelakunya.

BUG BUG BUG

Guru yang saat itu sedang menjelaskan materi memukul meja. "Tolong suaranya!" tegur guru itu lalu melanjutkan aktivitasnya.

Shella mendengus kesal karena sikap guru itu yang seolah tidak peduli. Shella yakin guru itu melihat apa yang dilakukan Qira tapi dia memilih seolah tidak melihat apapun.

Shella meremas pulpen itu sekuat tenaga hingga buku-buku jarinya kelihatan. Ingin sekali Shella membalas perbuatan mereka tapi mengingat dia sudah memiliki banyak masalah, Shella mengurungkan niatnya. Cewek itu hanya bisa menghirup nafas dalam-dalam dan mengusap dada.

Seiring nafasnya ia hembuskan keluar, Glend masuk ke kelas tanpa permisi dengan wajah dingin tak tersentuhnya. Cowok itu langsung saja duduk tanpa permisi pada guru yang sedang mengajar. Bahkan guru itu juga terlihat tidak ambil pusing dan terus melanjutkan materi pelajaran. Seolah dia sudah lelah dan tidak mau lagi berurusan dengan anak-anak orang kaya yang manja dan tidak terdidik ini.

Shella menoleh kebelakang. Dia penasaran dengan apa yang dilakukan Glend. Apakah cowok itu akan belajar? Atau melanjutkan tidurnya lagi? Apa dia benar-benar tidak peduli dengan nilai sedikitpun? Otak Shella terus bertanya-tanya.

Glek

Shella terhenyak ketika dia beradu pandang dengan Glend. Cowok itu menatapnya dengan tajam. Shella juga tidak sengaja menoleh ke arah cewek yang duduk di depan Glend. Tatapan matanya tak kalah tajam dari Glend.

"Shella perhatian saya!" tegur guru itu mengambil alih perhatian Shella.

Shella kembali bertanya-tanya. Kenapa guru itu hanya berani menegurnya? Siswa dan siswi lain bahkan tidak mendengarkan apa yang dia jelaskan dan guru itu tidak menegurnya? Shella benar-benar heran dengan apa yang terjadi disini.

Derrt

Suara kaki kursi yang bertemu dengan ubin pun membuat Shella kembali memalingkan wajah dari guru. Dia menoleh ke samping kanan, bangku kosong yang berada disebelahnya sekarang sudah di huni oleh Glend.

Dan hal ini cukup membuat warga kelas termasuk Shella terkejut dengan apa yang cowok itu lakukan.

"Di meja gue panas. Gue mau tidur disini, awas aja Lo ganggu gue lagi!" ancam cowok itu yang sudah mengambil ancang-ancang untuk tidur di atas meja.

Shella melirik ke arah jendela. Ternyata benar Matahari sedang naik ke puncak dan itu menyebabkan meja Glend terkena sinar matahari yang kuat. Sedangkan meja Shella tidak karena dia duduk di meja paling depan di tengah baris.

Shella hanya bisa pasrah. Dia membiarkan Glend tidur sembari memperhatikan sesekali wajah tampan itu tidur. Wajahnya terlihat damai dan polos seperti anak-anak yang menginginkan perhatian dan kasih sayang.

"Okee.. Cukup sampai disini. Jangan lupa salin ke catatan apa yang saja jelaskan karena nanti akan saya masukin ke ujian semester. Paham?"

Hening. Tidak ada jawaban kecuali anggukan kecil Shella. Semua warga kelas terlihat lesu dan tak berdaya. Mata mereka bahkan terlihat mengantuk.

Karena jam sudah menunjukkan pukul 12. 00. Dan itu waktunya istirahat kedua. Shella yang malas keluar pun ikut tidur di atas meja.

Pada akhirnya, dia dan Glend tidur satu meja. Dan itu benar-benar membuat beberapa orang di kelas melirik ke arah  Qira unntuk sekedar melihat ekspresinya dengan hal itu.

***

9 March 2024


Sudut Tak BersuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang