Bab. 12

2.8K 13 0
                                    

Carissa diam.

"Gak semudah itu, kita putus, gak semudah itu menggagalkan rencana ini, da--"

"Tapi, kamu punya dua kakak yang juga bertanggung jawab, 'kan, sama hutang orang tuamu? Kamu nggak seharusnya melunasi semua hutang yang numpuk itu sendirian." Potong Carissa.

Tidak mau menyakiti hati Carissa, Dilan melepas paksa tangan Carissa yang sempat merangkulnya. Dilan sangat mudah marah, dan jika marah maka dia akan bicara kasar. Karena Carissa terus memojokkannya, daripada dia marah akhirnya Dilan pergi dari sana tanpa berpamitan.

"Gua bersumpah nggak akan mati dengan keadaan banyak hutang!" Dilan berteriak di dalam mobilnya. Dia sangat marah akibat beban yang ditanggung selama bertahun-tahun.

**

Malam ini hujan turun lagi, Citra yang selalu berangkat kerja dengan angkutan umum, terpaksa kembali menunggu di halte yang dingin. Dia tidak sendiri, beberapa orang menunggu di sebelahnya dan mereka tidak saling bicara. Citra merasa sangat kesepian, tidak ada yang bisa diajak bicara setiap hari. Namun, inilah konsekuensi yang harus diterima jika memilih hanya bekerja saja dan lupa kalau hidup juga perlu pasangan.

Tiinn! Brak!

Lamunan Citra buyar saat mendengar bunyi yang nyaring dan suara klakson yang menyadarkan semua orang. Ditambah bunyi hantaman yang cukup kuat, membuat mereka serentak menatap ke sebelah kiri jalan yang berhadapan dengan posisi halte.

Di tengah hujan yang bergemuruh, justru terjadi kecelakaan yang melibatkan satu mobil sedan dan juga sepeda motor dari arah berlawanan. Entah bagaimana kronologinya, tapi Citra tahu itu mobil siapa.

"Eh, eh! Tolongin itu bapak-bapak udah tua!"

"Astaga! Sampai terpental gitu!"

Orang-orang disekitar Citra mulai riuh dengan pemandangan di depan. Kebanyakan dari mereka adalah para pekerja kantoran, sehingga hanya bisa berteriak meminta tolong sebab takut pakaian jadi basah dan kotor.

"Dilan ...." Citra menggumam saat seorang laki-laki dari dalam mobil sedan itu keluar dan hujan-hujanan membantu pria tua yang ditabrak.

Jalanan cukup ramai, sehingga Dilan hampir saja dikeroyok jika dia tidak menolong Pak Tua itu. Citra cukup memperhatikan saja dari tempatnya berdiri. Tapi, lama kelamaan dia melihat Dilan semakin dipojokkan oleh para warga yang berkumpul.

"Bisa mati dia kalau diam gitu aja," gumam Citra yang kemudian berlari menerobos hujan dengan heelsnya yang tinggi menuju tempat dimana Dilan mulai dihakimi.

"Saya tanggung jawab, Pak. Saya perbaiki motor bapak dan saya bayar semua biaya rumah sakit bapak. Nggak perlu sampai bawa ke kantor polisi!"

Citra mendengar Dilan berteriak cukup keras, bicara bahwa dia akan tanggung jawab sepenuhnya.

"Gak bisa nanti. Lo harus kasih uangnya ke dia sekarang! Nanti lo kabur kalau mau bawa korban sendiri!" Pria yang tubuhnya kekar bersuara lantang menentang ide dari Dilan.

"Gua bisa jamin! Nih, nama dan nomor telepon gua!" Dilan mengeluarkan kartu nama dan memberikannya pada pria kekar itu. Kini, pandangannya kembali pada pria tua yang sedang merintih kesakitan. "Ayo, Pak. Saya antar ke rumah sakit."

"Eh, gak bisa, gak bisa!"

Melihat ada yang tidak beres, Citra menahan pria yang berusaha menghalangi niat baik Dilan. Dia mendorong pria yang lebih tinggi darinya itu lalu berkacak pinggang di depannya. Citra menantang.

"Lo mau malakin dia, hah?! Dia udah berniat baik bawa bapak ini ke rumah sakit dan mau perbaiki motornya yang rusak!" Citra memekik di hadapan pria kekar itu.

"Gak usah ikutan, deh, lo! Sana!"

Begitu melihat tubuh Citra disingkirkan oleh pria itu, Dilan yang semula jongkok langsung berdiri dan membalas perlakuan kasar si pria kekar.

"Lo jangan kasar sama perempuan!"

"Apa, lo?! Mau gua hajar?!"

Suasana sempat ricuh, hingga kemudian terjadi aksi saling dorong. Hingga saat pria kekar yang rusuh itu hendak melayangkan pukulan pada Dilan, Citra yang memang mantan atlet taekwondo saat SMA hingga kuliah, menggunakan kemampuannya untuk menghajar pria itu lebih cepat dan kuat.

Pria kekar itu menarik baju Citra hingga tak sadar sobek, membuat bagian dalam Citra hampir terlihat.

Citra membenarkan bajunya tapi...

Bugh!

Semua tercengang...

K 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang